Renungan 15 Juni 2013

Hari Sabtu, Pekan Biasa X

2Kor 5:14-21

Mzm 103:1-2.3-4.8-9.11-12

Mat 5:33-37

Jangan hanya pandai bersumpah!

Seorang sahabat saya mengatakan: “Saya heran dengan para pemerintah kita. Mereka selalu mengucapkan sumpah demi Allah tetapi mereka sendiri tidak takut akan Allah sehingga masih melakukan dengan sadar dan terang-terangan tindakan korpusi, kolusi dan nepotisme”. Sahabat yang satu lagi mengatakan setelah mengikuti perayaan perkawinan: “Semoga sumpah atau janji perkawinan “Demi Allah dan Injil suci” itu dapat dihayati selamanya karena ternyata banyak yang tidak setia di dalam perkawinan mereka”. Saya lalu berpikir tentang kaul-kaul kebiaraan yang saya ikrarkan di hadapan Tuhan untuk menjadi taat, miskin dan murni.  Semua hidup dengan janji, ikrar, sumpah dan banyak kali selalu disebutkan “Demi Allah”. Masalahnya adalah bagaimana menghayatinya. Apakah ada kesetiaan dalam menghayatinya? Kadang janji, ikrar dan sumpah hanyalah kata-kata kosong. Mengapa? Karena kata-kata itu hanya untuk menutupi wajah kemunafikan dan mengelabui kebenaran.


Pada hari ini Yesus dalam Injil mengingatkan para muridNya: “Kalian telah mendengar, ‘Jangan bersumpah palsu melainkan peganglah sumpahmu di hadapan Tuhan’. Peraturan ini diketahui oleh semua orang Yahudi. Tetapi Yesus memperdalam pemahaman mereka dengan mengatakan, “Jangan sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi karena bumi adalah tumpuan kakiNya, atau pun demi Yerusalem karena Yerusalem adalah kota Raja Agung”. Mengapa Yesus mau mengatkan demikian? Karena di dalam tradisi Yahudi, para rabi biasanya mengajarkan bahwa tidak ada kekuatan bagi sumpah yang diucapkan demi langit dan bumi. Orang yang bersumpah itu harus tahu semua konsekuensinya. Artinya ada hukuman bagi orang yang melanggar sumpahnya.


Yesus mau membuka wawasan para muridNya untun menyadari bahwa semua sumpah yang diucapkan selalu berhubungan dengan Allah. Oleh karena itu bersumpah demi langit, bumi dan Yerusalem tidak patut karena itu adalah bagian dari Allah sendiri. Langit menjadi tempat Ia bertakhta atau berkuasa, bumi sebagai tempat Ia berpijak dan Yerusalem sebagai kotaNya. Artinya baik di langit dan bumi ada kuasa Tuhan dan kita sebagai manusia tidak memiliki kuasa apa pun. Lagi pula kita harus menyadari bahwa sebagai manusia kita tidak punya kuasa untuk langit, bumi dan Yerusalem. Sumpah demi langit dan bumi hanyalah sumpah palsu, topeng kemunafikan manusia.


Yesus melanjutkan pengajarannya: “Jangan bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun. Kalau ya katakana ya, kalau tidak katakan tidak”. Yesus menghendaki agar para pengikutNya setia, tulus dan jujur. Karena kenyataannya banyak yang tidak setia, tulus dan jujur maka ada sumpah. Yesus

mengatakan pada bagian terakhir dari Injil, “Apa yang lebih itu berasal dari si jahat”.  Karena ada si jahat ini membuat manusia harus bersumpah, namun masih ada juga yang tidak punya komitmen dengan sumpahnya. Orang masih berbohong dan tidak jujur.


Kebohongan bukan hanya soal-soal kecil tetapi berkembang menjadi kebohongan public. Ini seperti sebuah penyakit menular dalam masyarakat kita. Anak-anak berbohong kepada orang tuanya, suami berbohong kepada istrinya, istri berbohong kepada suaminya, meskipun dibawah sumpah tetapi orang masih juga berbohong, anak buah berbohong kepada atasan dan sebaliknya. Inilah kebohongan yang sudah menjadi turun temurun di dalam masyarakat kita. Itus sebabnya Yesus mau supaya orang menjadi jujur dengan dirinya untuk mengatakan benar atau tidak benar.


Santo Paulus di dalam bacaan pertama mengingatkan kita untuk bertumbuh sebagai pengikut Kristus yang baik. Paulus percaya bahwa Kristus sudah mati, maka konsekuensinya adalah semua orang berdosa juga ikut mati dan dibangkitkann oleh Kristus sendiri. Setiap orang yang dibangkitkan Kristus menjadi ciptaan baru. Hidup lama berlalu, hidup baru dianugerahkan. Paulus juga melihat

kefanaan manusia yang sering jatuh dalam dosa. Namun demikian Allah selalu berusaha untuk mendamaikan manusia dengan diriNya melalui Yesus PutraNya. Yesus Kristus adalah damai kita!


Mengingat panggilan dan pelayanannya maka Paulus juga mengingatkan jemaat di Korintus untuk berani memberi dirinya di damaikan dengan Allah. Mengapa? Karena Kristus sendiri yang tidak mengenal dosa dibuatNya menjadi dosa karena kita agar di dalam Yesus Kristus kita semua dapat dibenarkan. Paulus adalah contoh orang yang setia pada janjinya kepada Tuhan sebagai abdi.


Sabda Tuhan pada hari ini mengundang kita untuk bertumbuh sebagai orang yang setia di dalam panggilan masing-masing. Memang setiap orang memiliki kelemahan manusiawi yakni pandai bersumpah namun mudah mengiingkari sumpahnya. Kita butuh Yesus yang mendamaikan kita dengan Allah. Ia senantiasa membuka kesempatan kepada kita untuk bertobat.


Doa: Tuhan, bantulah kami untuk menjadi orang yang jujur dan setia kepadaMu dan sesama kami. Amen


PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply