Renungan 18 Juni 2013

Hari Selasa, Pekan Biasa XI
2Kor 8:1-9
Mzm 146: 2.5-6.7.8-9a
Mat 5:43-48

 

Mengasihi tanpa batas!

Saya ingat kata-kata Mario Teguh: “Musuh adalah sahabat yang belum jadi. Sahabat yang belum jadi ini mungkin orang-orang yang menggunakan hatinya, pikirannya dan mulutnya untuk menjahati kita, tapi kalau kita tidak menjahatinya, dan kita tetap jadi orang baik, yang mungkin suatu ketika bisa menjadi sahabat baginya.”Sekarang coba kita masing-masing membayangkan orang-orang yang masuk kategori, sahabat yang belum jadi itu. Ada orang yang begitu dekat dengan kita kini menjauh dan menyakiti kita dengan kata-kata dan perilaku tertentu. Ada juga sahabat yang belum jadi tetaplah jauh dari jangkauan kita tetapi rasa bencinya juga ada untuk kita. Selagi kita masih bernapas selalu saja ada orang yang menjadi kawan dan lawan, sahabat dan musuh.

 
Pernah terjadi, ada seorang tentara Amerika menderita luka parah karena ditembak oleh para tentara Vietnam. Ia merintih kesakitan di pinggir sebuah hutan di Vietnam. Tiba-tiba datanglah seorang anak perempuan Vietnam dan menyapanya dengan ramah. Anak itu mengatakan kepada tentara Amerika itu untuk tidak merasa takut dengannya. Anak itu melihat kaki dan tangan tentara itu luka parah maka ia mengambil kain yang ada di pinggangnya untuk membalut semua luka tentara itu. Sambil membalut luka-luka, anak itu berkata kepadanya: “Hari ini kalian berperang melawan orang-orang kami. Banyak orang yang tewas karena senjata api dan biologis. Tetapi bagimu saat ini lain. Kita bersahabat.  Aku merawat kakimu seperti aku merawat kakiku sendiri. Aku merawat tanganmu seperti aku merawat tanganku sendiri. Kita semua masih manusia”.
 

Tentara itu merasa bersyukur karena ternyata musuh juga dapat menjadi sahabat. Di saat-saat yang sulit, ekstrim Tuhan selalu mengutus orang-orang tertentu, bahkan musuh juga dapat menjadi sahabat yang menolong. Itulah indahnya kehidupan manusia karena selalu memiliki musuh dan sahabat. Pertanyaan bagi kita adalah, mengapa orang masih suka bermusuhan? Apakah untungnya orang bermusuhan satu sama lain? Biasanya kalau bermusuhan pasti rasa benci menggebu-gebu. Orang menjadi lupa dengan jati dirinya sebagai manusia.

 


Pada hari ini Tuhan Yesus mengajar para muridNya untuk memiliki cinta kasih lintas batas. Artinya memiliki kemampuan untuk mengasihi semua orang tanpa kecuali. Yesus mengatakan bahwa di dalam hukum lama memang dikatakan dengan jelas: “Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuh-musuhmu”. Tetapi Yesus berkata: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kalian”. Wah ini bukan perkara yang gampang. Musuh kog dikasihi, para penganiaya kog didoakan. Ini memang ajaran yang sama sekali baru! Kalau kita dapat berlaku seperti yang diajarkan Yesus maka kita sungguh-sungguh menjadi anak Allah. Mengapa Yesus mengajar demikian? Karena Yesus tahu bahwa Bapa di Surga mengasihi semua orang. Allah Bapa menciptakan matahari dan hujan untuk orang baik dan orang yang tidak benar. Orang-orang yang tidak benar juga dapat berlaku baik di antara mereka. Orang-orang yang tidak mengenal Allah juga berlaku demikian. Maka Yesus mengharapkan agar para muridNya berlaku sebagai murid dan anak-anak Allah.
 

Paulus dalam bacaan pertama mengharapkan agar jemaat di Korintus memiliki daya tahan yang kuat sebagai murid Kristus. Ia mengambil contoh Jemaat di Makedonia yang mengalami kemiskinan, penderitaan dan aneka cobaan lain tetapi mereka memiliki sukacita yang meluap-luap karena kaya dalam kemurahan. Dengan demikian mereka juga berminat untuk turut melayani dengan sukacita. Mengapa perlu melayani? Paulus mengarahkan mereka untuk memandang Yesus: “Ia sekali pun kaya, telah menjadi miskin karena kalian, supaya karena kemiskinannya kalian menjadi kaya”.

 

 
Sabda Tuhan yang kita dengar pada hari ini sangat bermakna bagi kehidupan rohani. Ada dua hal yang patut kita catat dalam hidup pribadi kita adalah pertama, kita mengasihi semua orang tanpa memandang siapakah orang itu. Asal dia sesama manusia, kita dipanggil oleh Tuhan untuk mengasihinya. Maka kita patut mengikuti kehendak Tuhan untuk mengasihi musuh dan mendoakan orang-orang yang menganiaya diri kita. Kedua, kita dipanggil untuk menjadi murah hati sekalipun banyak penderitaan dan pergumulan hidup. Yesus sendiri, meskipun kaya raya rela menjadi miskin supaya kita juga menjadi kaya.
 
Doa: Tuhan, ajarilah kami untuk mengikuti jejakMu. Amen
 
PJSDB

 

Leave a Reply

Leave a Reply