Renungan 20 Juni 2013

Hari Kamis, Pekan Biasa XI

2Kor 11:1-11
Mzm 111:1-4.7-8
Mat 6: 7-15

Demi Injil Suci!


Paulus selalu istimewa dan cemerlang. Setelah melewati berbagai pengalaman yang menarik di Korintus, kini ia mengalami tantangan-tantangan tertentu di dalam kerasulannya di sana. Banyak jemaat di Korintus yang menerima pewartaan-pewartaan dari pribadi-pribadi yang tidak bertanggung jawab. Langkah pertama yang ia lakukan adalah ia coba membela dirinya dengan menunjukkan kebajikan-kebajikan tertentu di hadapan jemaat. Sebenarnya ia sendiri malu untuk melakukannya tetapi demi menarik minat Jemaat Korintus maka ia  mau melakukannya. Ia berkata: “Alangkah baiknya jika kamu sabar terhadap kebodohanku yang kecil itu. Memang kamu sabar terhadap aku!”. (2Kor 11:1). Selanjutnya Paulus mengatakan: “Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi, karena aku telah mempertunangankan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus” (2Kor 11:2). Paulus cemburu ilahi kepada jemaat. Cemburu bukan dalam makna iri hati terhadap jemaat tetapi cemburu ilahi disini dalam artian cinta kasih ilahi mendalam yang tidak boleh dianggap sepele oleh mereka. Injil yang diwartakannya hendaknya diterima dan di hayati jemaat Korintus, dalam arti Kristus sungguh-sungguh hidup di dalam diri pribadi dan jemaat.


Paulus juga merasa takut dengan jemaat Korintus yang sudah diinjili karena ajaran-ajaran sesat yang sedang subur pada saat itu. Oleh karena itu ia berani mengatakan bahwa ia takut kalau jemaat Korintus disesatkan dari kesetiaan kepada Kristus. Siapa yang dapat menyesatkan mereka? Mereka adalah para pengkotbah palsu yang memutarbalikan kebenaran Injil dan pekerja-pekerja yang curang (2Kor 11:4.13). Jemaat Korintus disesatkan oleh mereka dari iman dan kepercayaannya kepada Kristus. Paulus lalu meminta jemaat  untuk memiliki kesabaran yang tinggi terhadap para pengkotbah palsu yang mungkin mewartakan Kristus dan Roh Kudus yang berbeda.


Selanjutnya Paulus semakin masuk dalam pengalaman iman yang dalam. Ia mengatakan bahwa dirinya mungkin saja kurang dalam hal berkata-kata namun tidaklah kurang pengetahuan. Ia menyatakan segala sesuatu yang telah ia terima dari Tuhan. Ia juga menunjukkan sikap sosialnya sebagai rasul dengan tidak mementingkan dirinya sendiri. Oleh karena itu Paulus menulis: “Apakah aku berbuat salah, jika aku merendahkan diri untuk meninggikan kamu karena aku memberitakan Injil Allah kepada kamu dengan cuma-cuma?” Jemaat lain kurampok dan dengan tunjangan dari mereka, aku melayani kamu” Sikap hidup misioner Paulus ini luar biasa. Ia memiliki rasa menggereja yang tinggi dengan merendahkan diri dalam pelayanannya. Semua yang dilakukannya semata-mata untuk memuliakan Tuhan.


Dalam karya pelayanannya, Paulus tetapi mengambil inspirasi dari Tuhan Yesus Kristus. Ia membiarkan dirinya larut dalam pelayanannya. Meskipun mengalami banyak penderitaan namun ia tetap setia, tetap kuat untuk melayani Tuhan dan sesama. Ia berusaha menghadirkan Kristus yang benar kepada jemaat di Korintus. Ini tentu untuk melindungi jemaat dari para pekerja curang yang dapat menyesatkan mereka dari ajaran-ajaran sesat. 

Pengalaman kebersamaan Paulus masih tetap ada di dalam Gereja. Banyak orang yang tidak paham Kitab Suci tetapi berlaku seolah-olah memahami dengan baik Kitab Suci dan ajaran-ajaran Gereja. Akibatnya, banyak orang diseret kembali ke hidup lama dan menjauh dari Tuhan. 


Pengajar-pengajar sesat mungkin mengatakan bahwa penyataan alkitabiah itu benar, tetapi pada saat yang sama mereka juga mengatakan bahwa mereka memiliki penyataan dan pengetahuan tambahan di luar yang alkitabiah yang setara dengan kekuasaan Alkitab dan absah bagi jemaat secara keseluruhan. Pengajaran palsu semacam itu biasanya mendatangkan suatu sinkretisme antara iman Kristen dengan agama-agama atau filsafat-filsafat lain. Hal ini akan mengakibatkan kesalahan berikut: (1) Penyataan yang dinyatakan sebagai sesuatu yang baru itu disejajarkan dengan kekuasaan penyataan alkitabiah yang asli dari rasul-rasul dalam Kristus. (2) Alkitab menjadi kurang penting dan Kristus menjadi urutan kedua setelah “orang kudus” atau pendiri suatu gerakan atau gereja tertentu. (3). Pengajar palsu itu menyatakan bahwa mereka memiliki pengertian yang lebih dalam atau eksklusif mengenai apa yang disebut sebagai “penyataan tersembunyi” dalam Alkitab.

Hari ini Paulus menunjukkan satu sikap heroik sebagai orang beriman. Ia berusaha menghadirkan Kristus yang nyata dalam pewartaannya. Jadi semua yang dia lakukan di sini bukan heroik dalam arti demi popularitas namanya tetapi demi Injil suci dan Yesus Kristus sendiri. Sikap Paulus ini tentu sangat positif. Di saat jemaat Korintus mengalami krisis iman, Paulus mengadalkan Tuhan untuk mereevangelisasi dan mengubah hati mereka yang kering ikut merasakan kembali embun surgawi. 


Belajar dari pengalaman Paulus, bagaimana kita berhadapan dengan saudara-saudari yang sedang mengalami krisis iman? Mereka yang sudah lama tidak ke Gereja, menjauh dari Tuhan tanpa ada alasan yang jelas? Paulus tidak menyerah begitu saja tetapi dia tetap berusaha menghadirkan Kristus yang benar. Kita pun seharusnya tidak mundur ketika berhadapan dengan umat yang krisis iman. Pertolongan pertama itu penting untuk membantu  jemaat bertumbuh. Banyak kali sifat gembala Paulus ini tidak menjangkau para gembala di dalam Gereja. Pengalaman umum mengatakan bahwa banyak gembala putus asa berhadapan dengan krisis-krisis di dalam Gereja. Ini berarti para gembala hanya mengandalkan dirinya sebagai single fighter. Andaikan Tuhan juga dilibatkan dalam tugas kegembalaan maka para gembala adalah sahabat Tuhan yang membawa jemaat ke jalan keselamatan. 


Doa: Tuhan, bantulah para gembala kami untuk tidak berlaku sebagai single fighter atau pastor centris, tetapi selalu mengandalkanMu di dalam karya kerasulan mereka. Amen

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply