Renungan 25 Juni 2013

Hari Selasa, Pekan Biasa XII

Kej 13: 2.5-18

Mzm 15: 2-3ab, 3cd-4ab, 5

Mat 7:6.12-14


Jangan ada perkelahian, kita ini kerabat!


Pada suatu kesempatan aku dikunjungi seorang bapa. Ia ingin berbicara dengan saya karena beban yang sedang ia hadapi bersama saudaranya dalam hal harta warisan. Sejak kedua orang tuanya meninggal dunia, saudaranya menuntut supaya segala warisan orang tua dibagi secara adil. Mereka hanya dua bersaudara dan sudah bertemu dengan notaris. Akta pembagian warisan pun dibuat. Setelah semuanya itu terjadi, ia merasa hubungan persaudaraan dengan saudaranya semakin jauh. Ia merindukan masa lalu di mana mereka bisa merasakan bagaimana sebagai saudara yang pernah sama-sama menghuni satu rahim yang sama yaitu rahim mendiang ibu dan satu rumah yang sama, rumah yang dibangun sang ayah. Kini gara-gara warisan yang sudah dipisahkan maka hubungan persaudaraan juga rasanya ikut terpisah. Saya mendengar semua kisah hidupnya kemudian saya menganjurkan dia untuk memulai kembali relasi dengan saudaranya.


Kisah di atas kiranya dapat membantu kita untuk memahami kisah Abram dan Lot. Abram digambarkan sebagai orang yang sangat kaya, banyak ternak, perak dan emasnya. Lot kerabat Abram juga dikenal sebagai orang kaya karena memiliki domba, lembu dan kemah. Daerah hunian mereka terbatas sehingga tidak mampu menampung ternak peliharaan mereka. Hal ini menimbulkan pertikaian di antara para gembala Abram dan Lot. Kedengaran memang lucu karena yang bertikai adalah para gembala yang setiap hari melakukan pekerjaan yang sama, punya majikan yang masih kerabat. Abram memanggil Lot menyampaikan perasaan hati kepadanya bahwa mereka adalah kerabat sehingga bertikai merebut tanah garapan adalah tidak wajar. Mereka lalu membagi daerah itu dengan hanya melayangkan pandangan saja. Lot memilih Lembah Yordan yang subur dan berkemah di dekat Sodom. Sejak saat itu Lot berpisah dengan Abram.


Abram mendapat berkat istimewa dari Tuhan. Inilah Firman Tuhan kepadanya: “Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur, dan barat, utara dan selatan. Sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya. Dan Aku akan menjadikan keturunanmu seperti debu tanah banyaknya, sehingga jika seandainya ada yang dapat menghitung debu tanah, keturunanmupun akan dapat dihitung juga. Bersiaplah, jalanilah negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan Kuberikan negeri itu” (Kej 13:14-17).


Pengalaman Abram dan Lot adalah pengalaman keseharian kita. Banyak kali kita merasakanya dalam relasi dengan saudara-saudari dalam keluarga atau komunitas tertentu. Ada pertikaian, permusuhan tanpa memandang lebih jauh hidup sebagai saudara dan saudari. Hanya karena harta kekayaan maka dapat memisahkan relasi sebagai saudara. Mengapa dapat terjadi demikian? Karena kita lupa bahwa kita adalah saudara dan saudari dan bahwa semua yang kita miliki adalah berkat dari Tuhan. Lihatlah reaksi dari Tuhan setelah Lot memisahkan dirinya dari Abram. Tuhan memberi berkat yang berlimpah kepada Abram karena Abram percaya pada semua rencana dan kehendak Tuhan. Tuhan tidak hanya memberi Abram tanah yang luas untuk semua ternak tetapi keturunannya pun diperbanyak seperti debu tanah. Kita kadang hanya berhenti pada kekayaan dan kita memilih tempat nyaman seperti Lot lalu lupa pada Tuhan. Seharusnya semangat Abram dengan iman yang besar kepada Tuhan dapatlah menopang seluruh langkah hidup kita.



Penginjil Matius melanjutkan pengajaran Yesus di bukit. Kali ini Yesus memulai pengajarannya dengan bahasa yang sulit di mengerti: “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya lalu ia berbalik lalu mengoyak kamu” (Mat 7:6). Barang yang kudus agaknya berhubungan dengan tubuh manusia yang kudus karena diciptakan sesuai gambar dan citra Allah. Tubuh yang kudus tidak boleh dipersembahkan kepada pribadi-pribadi berdosa yang tidak mengenal Allah. Ini tentu sama dengan anjing yang tidak dapat membedakan mana sajian yang boleh dimakannya dan sajian yang dipersembahkan di dalam bait suci atau sajian di pinggir jalan. Mutiara adalah barang berharga. Yesus sendiri mengumpamakan Kerajaan Allah dengan mutiara yang indah. Babi memang tidak mengerti tentang berharganya sebuah mutiara maka babi akan menginjak dengan kakinya. Orang-orang Yahudi menganggap anjing dan babi sebagai hewan yang kotor. Orang-orang kafir juga disamakan dengan kedua hewan ini. Barang kudus dan mutiara boleh menjadi gambaran Injil yang diwartakan Yesus dan akan diteruskan oleh para muridNya.


Selanjutnya Yesus memberikan sebuah hukum yang menjadi isi dari hukum Taurat dan Kitab para nabi. Hukum yang dilandasi oleh kasih itu berbunyi: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki diperbuat orang kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka”. Orang-orang kafir dan kaum pendosa akan melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan orang lain. Mereka boleh melakukan kejahatan sesuka hati tetapi tidak ingin mendapat balasan dari orang lain. Mereka boleh mengatakan bahwa orang lain bersalah tetapi tidak mau mengakui kesalahan sendiri di hadapan sesama.


Salah satu kecenderungan umum yang dilakukan manusia adalah menyukai hal-hal yang mudah dan menghindari hal-hal yang sulit. Ternyata Yesus memiliki prinsip yang berbeda dan manusia harus melakuannya. Orang yang mencari pola hidup gampang, jauh dari kesulitan itu adalah orang yang menyukai pintu yang lebar yang dapat membawa mereka kepada kebinasaan. Pengikut Kristus yang baik akan memilih yang paling sulit laksana pintu yang sempit karena akan meminliki hidup. Hanya sedikit orang yang menemukan dan melewati pintu yang sempit.


Logika pintu yang lebar dan sempit ini sudah dialami oleh Abram dan Lot sebagaimana di kisahkan di dalam bacaan pertama. Daerah di mana Lot dan Abraham menggembalakan ternak adalah bagian utara Yerusalem. Sayang sekali karea para gembala bertikai sehingga kedua bersaudara ini harus berpisah. Abram memberikan kesempatan kepada Lot untuk memilih tempat baginya. Ia memilih daerah lembah Jordan yang subur. Abram berkemah di bagian selatan Palestina, sekitar 40 km dari Yerusalem atau 3 km dari Hebron. Di tempat itu ia juga membangun altar pemujaan bag Yahwe. Lihatlah bahwa Lot memilih pintu yang lebar sedangkan Abram memilih pintu yang sempit. Berkat dan hidup dianugerahkan bagi Abram.


Sabda Tuhan pada hari ini membangkitkan semangat hidup sebagai pengikut Kristus. Kita memiliki panggilan yang luhur untuk menjadi kudus, mempersembahkan diri bagi Tuhan untuk mewartakan Injil bagi sekalian bangsa terutama mereka yang belum mengenal Kristus. Dalam usaha mewartakan Injil kita ditawarkan untuk memilih pintu yang lebar atau pintu yang sempit. Orang yang setia kepada Kristus akan menemukan dan memilih pintu yang sempit yang membawa kepada kehidupan.


Doa: Tuhan, dihadapanMu kami mengakui, sering kami berkelahi karena kami terlalu melekat pada harta duniawi. Bantulah kami supaya hari ini kami dapat mengubah sikap hidup kami ini sehingga kami lebih dekat padaMu. Amen

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply