Renungan 28 Juni 2013

St. Ireneus dari Lyon

Hari Jumat, Pekan Biasa XII

Kej 17: 1,9-10.15-22

Mzm 128:1-2.3.4-5

Mat 8:1-4

Orang takwa diberkati Tuhan!


Hari ini seluruh Gereja Katolik memperingati St. Ireneus. Ia lahir di Asia Kecil kira-kira pada tahun 140. Ia belajar di Smyrna di bawah bimbingan St. Polikarpus, seorang murid Santo Yohanes Rasul. Ia dikenal dari tulisan-tulisannya. Ada surat yang ditulisnya sebagai kesan terhadap maestronya St. Polikarpus. Berikut ini adalah salah satu kutipan suratnya: “Peristiwa-peristiwa pada masa itu masih kuingat baik daripada yang terjadi baru-baru ini. Karena yang kita pelajari pada masa muda tumbuh subur dan mengakar dalam batin. Saya masih mengingat dimana Polykarpus duduk ketika ia mengajar, bagaimana caranya berjalan dan bagaimana sikapnya. Saya masih ingat akan khotbah-khotbahnya kepada umat, dan bagaimana ia mengisahkan pergaulannya dengan Yohanes serta orang-orang lain yang menjadi saksi hidup Tuhan. Polykarpus mengajarkan apa yang didengarnya dari saksi-saksi mata kehidupan Yesus dan mukzijat-mukzijatNya. Semua berkat kemurahan Allah itu telah kuterima dengan sepenuh hati dan kucatat bukannya di atas selembar kertas, melainkan di dalam hatiku, serta oleh rahmat Allah selalu kurenungkan dengan seksama”.


Meskipun ia seorang Yunani tetapi sebagai imam Ireneus bekerja di Lyon. Di kemudian hari, ia diangkat menjadi uskup Lyon menggantikan Potinus. Ia menggembalakan umatnya dengan penuh perhatian dan cinta. Ia berusaha membela ajaran iman yang benar. Ia juga memperjuangkan kesatuan Gereja dan menegakkan kewibawaan Pausdi Roma. Namanya Ireneus, yang berarti pencinta damai, menjadi kenyataan di dalam seluruh hidupnya. Dalam perselisihan antara Gereja Latin dan Yunani tentang tanggal hari raya Paska, ia menjadi juru bicara Sri Paus. Ia meninggal pada tahun 202 selaku seorang martir Kristus.


Satu hal yang dapat kita pelajari dari kehidupan St. Ireneus adalah ia mengikuti kehendak Allah. Kehendak Allah yang di alami bersama Polikarpus gurunya, sampai menjadi uskup dan martir di Lyon. Ia menyerahkan dirinya secara total karena ia percaya pada Tuhan. Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mempertegas rasa percaya atau iman kita kepada Tuhan seperti yang dialami Ireneus.


Di dalam bacaan pertama dari Kitab Kejadian, kita mendengar kisah lanjutan dari keluarga Abraham. Sebelumnya kita mendengar nama Abram tetapi kali ini namanya diganti oleh Tuhan menjadi Abraham karena ditetapkan Tuhan sebagai bapa sejumlah besar bangsa (Kej 17:5). Tuhan menampakkan diriNya kepada Abraham yang sudah berusia 90 tahun dan bersabda: “Akullah Allah yang Mahakuasa, hiduplah di hadapanKu dengan tidak bercela!” Kehendak Tuhan bagi Abraham adalah menjadi orag kudus di hadiratNya. Tuhan juga mengikat perjanjian baruNya dengan Abraham yakni setiap anak laki-laki harus di sunat. Tentu saja hal ini membingungkan Abraham karena ia belum memiliki Anak dari istrinya yang sah yaitu Sarai. Anak yang sekarang adalah Ismael dari Hagar, budaknya.


Tuhan tetap membangkitkan iman Abraham dengan mengatakan: “Tentang istrimu Sarai, jangan kau sebut lagi Sarai, tetapi Sara. Aku akan memberkatinya dan kepadanya juga Aku akan memberikan kepadamu seorang anak laki-laki, bahkan Aku memberkatinya, sehingga ia akan menjadi ibu bangsa-bangsa, raja pelbagai bangsa akan lahir dari padanya”. Reaksi dari Abraham adalah ia tertawa dan dalam hatinya ia meragukan perkataan Tuhan sebab usianya dan Sara sudah lanjut. Lagi pula ia sudah memiliki Ismael dari Hagar. Namun Tuhan tetap mengatakan kepada Abraham bahwa Ia akan menganugerahkan anak dari kandungan Sara. Anak itu akan di namai Ishak. Ishak berarti “dia tertawa” yang menggambarkan Abraham tertawa ketika mendengar janji Tuhan akan kelahiran Ishak di usia senja dia dan Sara. Tuhan berjanji untuk mengadakan perjanjian dengan Ishak dan keturunannya. Tuhan juga memiliki kehendak yang luhur untuk Ismael. Ismael akan diberkati sebagai bangsa yang besar, dengan dua belas raja dari keturunannya. Namun Perjanjian tetap diikat oleh Tuhan Allah dan Ishak.


Membaca kisah Abraham dan Sara di dalam Kitab Kejadian ini, kita melihat semua rencana dan relasi yang begitu akrab antara Tuhan dan manusia. Abraham dan Sara mengharapkan keturunan. Mereka kelihatan sudah putus asa dan kehilangan kepercayaan kepada Tuhan. Ketika mendengar bahwa Sara akan melahirkan seorang anak laki-laki, Abraham tertawa seakan tidak percaya pada rencana dan kehendak Tuhan. Di pihak Tuhan, Ia tetap meyakinkan Abraham bahwa dari kandungan Sara akan lahir seorang anak laki-laki dan Ia akan mengikat Perjanjian dengannya. Untuk itu Tuhan membimbing Abraham untuk bertumbuh dalam iman. Rencana dan kehendak Tuhan memang melampaui pikiran manusiawi Abraham tetapi sungguh terlaksana di dalam hidup Abraham dan Sara dengan kelahiran Ishak.


Rencana dan kehendak Tuhan juga indah bagi orang yang berharap padaNya. Di dalam bacaan Injil kita mendengar kisah penyembuhan seorang yang sakit kusta. Ia berinisiatif datang kepada Yesus dan memohon: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan daku”. Yesus dan para murid baru turun dari bukit dan para murid masih mengingat Sabda Bahagia yang diucapkan Yesus. Yesus mengajarkan bahwa orang yang miskin termasuk orang sakit juga berbahagia karena bagi merekalah Kerajaan Allah. Itu sebabnya, tanpa banyak komentar Yesus mengulurukan tanganNya, menjamah orang itu dan berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir”. Orang kusta itu pun menjadi sembuh.


Yesus menyuruh orang kusta itu untuk memperlihatkan dirinya kepada imam bahwa ia sudah sembuh dan memberikan persembahan sebagai tanda syukur kepada Tuhan. Mengapa Yesus menyuruh orang kusta untuk memperlihatkan dirinya kepada imam? Karena pada waktu orang kusta dianggap seolah-olah bukan manusia. Mereka menggunakan pakaian compang-camping, dengan rambut yang tidak terurus, dan kalau berjalan di jalan mereka berteriak bahwa mereka orang kusta sehingga orang sehat dapat menjauhkan dirinya dari mereka. Sikap manusia terhadap sesamanya yang sakit berbeda dengan Yesus. Ia justru mengulurkan tangan dan menjamah orang kusta itu sehingga ia sembuh. Tentu saja iman orang kusta kepada Yesus juga kuat. Ia percaya bahwa Yesus akan menyembuhkannya. Iman yang terungkap di dalam doa permohonannya.


Sabda Tuhan pada hari ini sangat menguatkan kita. Tuhan memiliki rencana dan kehendak yang luhur bagi manusia. Rencana dan kehendakNya melampaui pikiran manusia seperti yang dialami Abraham. Tuhan tetap sabar dengan Abraham. Ia membimbing Abraham sehingga perlahan-lahan Abraham mengerti dan menerima rencana dan kehendakNya. Tuhan juga mendengar dan peduli dengan kehidupan manusia yang sakit dan menderita. Maka orang sakit dijamah dan disembuhkan. Dari pihak manusia, Tuhan menuntut iman dan keterbukaan pada semua rencana dan kasihNya. Apakah ketika mengalami pergumulan hidup, kita masih berharap pada Tuhan atau justru kita semakin jauh dari padaNya? Selidikilah batinmu di hadirat Tuhan! Orang yang bertakwa kepada Tuhan pasti akan diberkatiNya.


Doa: Tuhan, Engkau selalu memiliki rencana yang indah bagi kami. Bantulah kami untuk tetap menyadari kehadiranMu. Jamah dan sembuhkanlah sakit penyakit kami. Amen


PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply