Renungan 5 Juli 2013

Hari Jumad, Pekan XIII

Kej 23:1-4.19;24:1-6.62-67

Mzm 106: 1-2.3-4a.4b-5

Mat 9:9-13


Jatuh Cinta Pada Orang Berdosa




Dalam pertemuan para guru untuk mengevaluasi sikap para siswa di sebuah sekolah, terjadi perbedaan pandangan di antara para  guru yang hadir. Banyak di antara mereka yang menghendaki agar semua siswa yang nakal dikeluarkan dari sekolah. Ada guru yang mengatakan bahwa yang bodoh dan tidak naik kelas atau tidak lulus sebaiknya dikeluarkan dari sekolah. Setelah cukup lama berdiskusi demi membela “mutu” sekolah, sang kepala sekolah menunjukkan kebijaksanaannya. Ia berkata: “Tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia. Kalau ada siswa yang nakal dikeluarkan dari sekolah, siswa yang bodoh dikeluarkan dari sekolah maka sebaiknya sekolah ini kita minta kepada Yayasan untuk ditutup. Kita harus berani memilih siswa yang nakal untuk dijadikan siswa teladan, siswa yang bodoh untuk dijadikan siswa bermutu”. Memang masih ada guru yang bersungut-sungut tetapi suara itu hilang dengan sendirinya. Mereka bersatu dan membuat sekolah itu berubah wajahnya dari sekolah yang tidak bermutu menjadi sekolah favorit karena mutunya meningkat. Para orang tua puas dan mengajak anak-anak lain untuk belajar di sekolah tersebut.

Seorang Romo pernah menceritakan pengalamannya tentang berpastoral di Parokinya. Banyak umat selalu menyoroti kegiatan pastoral di paroki tersebut. Ada umat yang mengeluh karena para pastor cendrung melayani umat dengan kategori tertentu. Biasanya umat yang terbaik selalu memperoleh kemudahan dalam pelayanan, sedangkan umat yang suka protes terhadap pastor dikucilkan, umat yang miskin sulit untuk dilayani. Ia bersama para rekan imamnya membuat sebuah gerakan baru dengan mengunjungi keluarga-keluarga setiap hari. Dalam waktu beberapa bulan para pastor berhasil mengetahui realitas paroki dan menyusun strategi pelayanan pastoral. Suara yang melawan pastor berubah menjadi acungan jempol. Para pastor berubah, umatnya juga berubah.

Pada hari ini kita berjumpa dengan Tuhan Yesus yang sedang melakukan sebuah gerakan melawan
arus zamanNya. Ia berjalan menyusuri pantai danau Galilea yang saat itu merupakan sebuah pusat perniagaan di Timur Tengah. Ia melihat seorang bernama Matius sedang duduk di rumah cukai. Yesus memanggilnya: “Matius, ikutlah Aku”. Reaksi Matius adalah segera berdiri dan mengikuti Yesus. Ternyata Matius tidak hanya sekedar berdiri dan mengikuti Yesus tetapi ia juga mengundang Yesus bersama para muridNya untuk makan bersama rekan-rekan pemungut cukai di rumahnya. Hal ini menumbulkan rasa dengki dari kaum Farisi karena Yesus bergaul dengan para pemungut cukai dan kaum pendosa. Yesus dengan tegas mengatakan: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, melainkan orang sakit. Aku datang bukannya untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” 

Sikap Yesus seperti ini memang melawan arus. Kebiasaan orang zaman itu adalah orang baik harus bergaul dengan orang baik, jangan bercampur dengan orang jahat. Orang-orang Yahudi saat itu dijajah oleh orang-orang Romawi. Orang-orang Romawi dianggap sebagai orang kafir. Orang-orang Yahudi yang bekerja sebagai pegawai pemerintah Romawi juga ikut dikucilkan dan dianggap setingkat dengan kaum pendosa. Orang-orang yang bergaul dengan mereka seperti Yesus akan menjadi sasaran kritikan. Apalagi mengunjungi mereka di rumah, duduk dan makan bersama dengan mereka merupakan hal yang tidak biasa. Bagi orang Yahudi, seorang Israel sejati harus menguduskan dirinya dengan menjauhkan diri dari kaum pendosa.

Pada hari ini Yesus mengajar sesuatu yang sangat berbeda. Ia memanggil Matius untuk mengikutiNya dan Matius sungguh berubah di dalam hidupnya. Mungkin saja sebelumya Matius jatuh dalam dosa korupsi bea cukai tetapi ketika disapa oleh Yesus, Ia sungguh mau berubah dari hidup lama menjadi hidup baru. Sebagai tanda syukur ia mengundang Yesus untuk makan bersama di rumahnya. Dan bukan hanya makan bersama di rumahnya tetapi ia juga nantinya menjadi salah seorang rasul dan penulis Injil. Kesaksiannya membawa banyak orang yang belum percaya dan mengenal Kristus bertobat.

Yesus mengajar sesuatu yang baru yaitu mengasihi orang berdosa. Melalui Nabi Hosea, Tuhan bersabda, “Aku menghendaki belas kasihan bukan kurban persembahan” (Hos 6:6). Yesus menunjukkan belas kasihnya yang besar kepada orang-orang berdosa dengan mencari, memanggil dan menyelamatkan mereka. Yesus tidak pernah takut dengan orang-orang berdosa. Ia menunjukkan belas kasih dan pengampunan yang berlimpah kepada mereka.

Tuhan senantiasa menunjukkan belas kasihNya kepada manusia. Dalam bacaan pertama kita mendapat gambaran bagaimana Tuhan telah memilih dan memberkati Abraham dan keturunannya. Abraham mengalami belas kasih Tuhan dengan lahirnya Ishak. Ketika Sara meninggal dunia, Abraham menangisinya. Ishak putranya juga bertumbuh dewasa dan mengalami kasih Tuhan. Ia menikahi wanita kesayangannya bernama Ribka. Ishak mencintai Ribka sehingga terhibur oleh kematian ibunya. Tuhan menunjukkan belas kasihNya bukan hanya berjanji untuk memberi tanah yang luas tetapi manusia ciptaanNya diberikan keturunan yang banyak.

Sabda Tuhan pada hari ini menyadarkan kita bahwa kita juga orang berdosa tetapi dikasihi Tuhan. Tuhan Yesus jatuh cinta pada orang berdosa dan Ia mau mengubah orang berdosa menjadi orang baik. Ia menunjukkan belas kasihNya yang tiada batasnya bagi kita semua. Mari kita berusaha supaya hari demi hari menjadi semakin serupa dengan Yesus dengan menyelamatkan sesama kita dari kuasa dosa. Jangan pernah takut dengan orang berdosa. Kalau Tuhan ada di pihak kita, mengapa harus takut. Tuhan dapat menjadikan kita sarana keselamatan bagi mereka.

Doa: Tuhan, mampukan kami untuk mewartakan pertobatan kepada sesama melalui sikap hidup kami yang layak di hadiratMu. Amen

PJSDB


Leave a Reply

Leave a Reply