Renungan 31 Juli 2013

St. Ignasius Loyola

Hari Rabu, Pekan Biasa XVII
Kel 34:29-35
Mzm 99:5.6.7
Mat 13:44-46
Wajah yang bercahaya

Salah seorang konfrater imam menyukai ayat Kitab Suci ini: “Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau. Tuhan menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi engkau kasih karunia. Tuhan menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera” (Bil 6:24-26). Setiap kali memimpin perayaan Ekaristi, beliau selalu menyanyikannya dengan meriah sebagai bagian dari berkat perutusan. Banyak umat merasa dibantu untuk merasakan kehadiran dan berkat Tuhan. Ada seorang bapak pernah berkata, “Tuhan begitu baik sehingga Ia masih mau menyinari aku dengan wajahNya dan menghadapkan juga wajahNya kepadaku, padahal aku ini orang berdosa”.

Pada hari ini kita mendengar kelanjutan kisah Musa di kaki Gunung Sinai bersama bangsa Israel. Musa digambarkan sebagai seorang figur di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama yang sangat akrab dengan Tuhan. Musa dapat berbicara berhadapan muka dengan Tuhan dan merasakan kemuliaan Tuhan yang luar biasa. Dikiahkan bahwa ketika ia turun dari gunung dengan membawa dua loh batu yang berisikan hukum Allah, Musa memiliki perubahan kulit wajahnya. Wajahnya bercahaya karena ia telah berbicara dengan Tuhan. Harun dan semua orang Israel melihat Musa, tampak kulit wajahNya bercahaya sehingga merekapun takut mendekati Dia. Tentu saja perubahan wajah seperti ini menakutkan banyak orang, apalagi Musa sebagai pemimpin mereka. Namun, ia tetap memanggil Harun dan orang-orang Israel untuk mendekatinya dan ia memberi kepada mereka semua perintah Tuhan ang ditulis Tuhan sendiri di atas dua loh batu itu. 

Pengalaman Musa menunjukkan bahwa Tuhan menunjukkan kasihNya yang besar kepada orang yang dekat denganNya. Wajah Musa bercahaya karena ia berbicara dengan Allah. Artinya Musa berdoa kepada Allah. Maka boleh dikatakan bahwa orang yang selalu bersatu dengan Allah dapat memancarkan sinar kasih Allah kepada orang lain. Para Rasul pun pernah mengalaminya bersama Yesus. Petrus, Yakobus dan Yohanes adalah para rasul yang menjadi saksi mata ketika melihat Yesus berubah rupa di gunung Tabor. Penginjil Lukas menceritakan bahwa pada saat itu Yesus sedang berdoa, wajahNya berubah dan pakaianNya menjadi putih berkilau-kilau (Luk 9:28-29). Yesus sebagai Musa baru juga berubah  rupa pada saat Ia berbicara dengan Bapa dalam doa. Bagaimana dengan anda dan saya? St. Paulus kepada jemaat di Korintus menulis, “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.” (2Kor 3:18). Di bagian lain Paulus menulis: “Sebab Allah yang telah berfirman, “Dari dalam gelap akan terbit terang!”, Ia juga yang membuat terangNya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus” (2Kor 4:6).

Setiap orang yang dibaptis dalam nama Tritunggal Mahakudus dipanggil untuk memancarkan kasih Tuhan kepada sesama. Melalui doa, percakapan yang terus menerus dengan Tuhan secara pribadi dan komunitas maka kita juga dapat memancarkan kasih Allah kepada sesama yang lain, bahkan orang jahat sekalipun dapat berubah. Kerajaan Surga yang diwartakan oleh Yesus adalah Kerajaan kasih dan damai. Kerajaan itu sangat mahal nilainya sehingga butuh pengorbanan yang besar untuk meraihnya. Pengorbanan bisa dalam wujud pengorbanan diri, harta benda untuk memilikinya.

Yesus dalam bacaan Injil pada hari ini mengajar banyak orang bahwa hal Kerajaan Surga itu seumpama harta yang terpendam di ladang dan dipendamkannya lagi. Dengan sukacita yang besar sang penemu itu pergi dan menjual segala yang dimilikinya untuk membeli ladang tersebut. Bagi Yesus, Kerajaan Surga juga serupa dengan seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah menemukan mutiara itu ia juga menjual segala yang dimilikinya untuk membeli mutiara itu. Pengajaran Yesus tentang Kerajaan Surga dalam perumpamaan ini memang menarik perhatian kita semua. Kerajaan Surga itu sangat bernilai, sangat berharga dan indah. Orang yang menemukannya tidak langsung meraihnya tetapi mengurbankan diri dan harta untuk meraihnya.

Pengajaran Yesus ini sangat konkret. Pada zaman dahulu orang suka menyembunyikan hartanya di dalam tanah karena takut dengan pencuri. Kadang-kadang harta itu milik pribadi, rahasia maka ketika orang itu meninggal dunia, anggota keluarga tidak mengetahuinya. Harta itu pun tetap ada di dalam ladang tersebut. Nah kalau orang yang tamak, ketika mendapatkan harta terpendam atau mutiara langsung mengambilnya menjadi milik. Tetapi orang yang disebutkan di dalam Injil adalah orang yang bijaksana. Ia harus berjuang, mengurbankan diri supaya dapat memperoleh Kerajaan Surga. Kita pun dipanggil untuk mengurbankan diri dan memiliki sikap lepas bebas terhadap segala yang kita miliki supaya lebih bebas mengasihi Tuhan. Kerajaan Surga itu bernilai, indah dan selalu menjadi harapan kita untuk meraihnya.
Pada hari ini kita belajar dari St. Ignasius dari Loyola. Ia mengawali hidup sebagai prajurit yang tentu saja mengandalkan diri dan kekuatannya, juga  sebagai bangsawan ia pasti mengandalkan harta kekayaan yang dimiliki keluarga. Tetapi Tuhan memiliki rencana yang luhur. Pengalaman penderitaan di dalam perawatan berubah menjadi sukacita iman ketika mengenal Yesus dalam buku “Mengikuti Jejak Kristus”. Wajahnya yang lama berubah menjadi baru, terang kekudusan Tuhan bersinar di dalam dirinya. Ignasius berhasil menemukan Kerajaan Surga yang sangat berharga dengan meninggalkan egoisme serta harta kekayaan yang dimilikinya. Kini semuanya untuk kemuliaan Tuhan. Ad Maiorem Dei Gloriam.
Doa: Tuhan, Sinarilah selalu wajah kami dengan wajahMu yang kudus agar kami pun menjadi kudus menyerupai Engkau sendiri. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply