Renungan 2 Agustus 2013

Hari Jumat, Pekan Biasa XVII
Im 23:1.4-11.15-16.27.34b-37
Mzm 81:3-4.5-6ab.10-11ab
Mat 13:54-58


Inilah Hari-Hari Raya

Kisah tentang Musa dan Bangsa Israel berlanjut. Musa selalu berbicara dengan Tuhan maka wajahnya pun bersinar di hadapan Harun dan seluruh bangsa Israel. Musa juga mendirikan Kemah Suci di mana di dalam Kemah itu diletakkan dua loh batu yang berisi sepuluh perintah Allah. Kemah Suci menjadi tempat Tuhan bersemayam di dalamnya. Tanda kehadiran dan penyertaan Tuhan bagi Israel pada siang hari adalah tiang awan dan api pada malam hari. Orang Israel sungguh-sungguh merasakan kehadiran Tuhan di tengah-tengah mereka. Tanda kehadiran Tuhan tidak hanya dalam wujud tiang awan dan api pada malam hari, tetapi Tuhan juga menetapkan hari-hari istimewa bagi bangsa Israel untuk tetap bersatu denganNya. Hari-hari raya itu berguna untuk menyembah Tuhan dan menguduskan namaNya.


Dari Kitab Imamat dalam bacaan pertama, kita dibantu untuk mengenal nama-nama hari raya orang Yahudi atau hari-hari pertemuan kudus. Hari pertama adalah Hari Sabat. Hari Sabat berarti Hari kebebasan dari Pekerjaan sebagaimana Allah sendiri berhenti pada hari ketujuh. Tahun baru orang Yahudi. Orang Yahudi mengenal empat tahun barunya yakni Nisan, Elul, Tisyri, dan Syebat. Hari Raya Paskah bagi Tuhan (Pesakh) biasanya dirayakan pada senja hari, tanggal empat belas bulan pertama. Hari Raya Roti Tidak Beragi (Hag Hammasot) dirayakan hari kelimabelas bulan pertama selama tujuh hari. Festival menuai atau menyabet gandum. Pesta ini dirayakan kemungkinan bersamaan dengan Hari Raya Roti Tidak Beragi dan dihubungkan dengan masa menuai tanaman. Buah sulung dari hasil panenan ini

dipersembahkan untuk Tuhan. Panen berlangsung selama tujuh minggu. Hari Raya Pentekosta (Shavuot). Hari Raya Shavuot merupakan pesta panen gandum pada hari kelima puluh sejak hari Sabat pertama setelah paskah. Pentekosta juga dirayakan untuk mengenang turunnya sepuluh perintah Allah dan dirayakan selama dua hari. Untuk melaksanakan semua Hari Raya ini dengan baik maka umat Israel diharapkan tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan berat. Mereka menyatakan rasa syukur mereka dengan mempersembahkan kurban bakaran bagi Tuhan.


Hari-hari raya orang Yahudi ini sekarang menjadi mirip

dengan perayaan-perayaan hari kudus di dalam Gereja. Setiap kali merayakan Ekaristi, kita semua merayakan paskah Kristus. Yesus Kristus, sungguh Allah dan sungguh manusia mengorbankan diriNya demi keselamatan umat manusia. Di dalam perayaan Ekaristi diadakan upacara pendamaian dalam tobat dan salam damai. Ada dua bagian terpenting dalam Ekaristi Kudus adalah Yesus Kristus sungguh-sungguh hadir nyata dalam Sabda dan juga dalam Tubuh dan Darah yang kita sambut. Melalui SabdaNya kita merasa disapa dan dikasihi Tuhan. Melalui Tubuh dan DarahNya kita dikuatkan dan disucikan. Inilah tanda penyertaan Tuhan bagi kita pada hari-hari yang istimewa. Hari-hari raya ini juga menjadi perwujudan iman kita. Roh Kudus Allah senantiasa menguasai seluruh hidup kita untuk mentaati peraturan-peraturan dari Tuhan.


Merayakan hari-hari suci di dalam Gereja dengan baik dapat membantu kita untuk menjadi akrab dan dekat dengan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus menjadi andalan dan pusat hidup kita. Dengan mengandalkan Dia, kita pun dapat mengakui diri sebagai saudara Yesus. Penginjil Matius pada hari ini mengisahkan pengalaman mudikNya Yesus ke kampung halaman. Di Nazaret, Ia mengajar di rumah ibadat dengan kuasa dan wibawa. Semua orang menjadi takjub denganNya. Namun banyak juga yang mempertanyakan identitas Yesus. Inilah pertanyaan-pertanyaan untuk Yesus: “Dari mana diperolehNya hikmat itu?Bukankah Dia itu anak tukang kayu? Bukankah ibunya Maria dan saudara-saudaraNya Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Darimana diperoleh semuanya itu?” Yesus pun ditolak di kampung halamanNya. Ia dengan tegas berkata: “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di negeri asalnya sendiri dan dirumahnya”

Pengalaman Yesus menjadi pengalaman hidup banyak orang di sekitar kita. Kadang kita tidak sadari bahwa kelemahan kita yang besar adalah selalu memandang orang dari penampilan luar saja. Dengan memandang suku, agama, ras, latar belakang kehidupan tertentu kita langsung menarik kesimpulan bahwa orang itu begini dan begitu. Kita lebih mudah berbicara tentang orang lain tetapi sangat sulit berbicara dengan orang lain. Bacaan-bacaan suci pada hari ini membangkitkan pikiran kita untuk berubah dengan melihat hal-hal yang positif di dalam hidup sesama.

Doa: Tuhan Bapa di dalam Surga, kami bersyukur atas segala anugerah yang Engkau limpahkan kepada kami. Bantulah kami untuk selalu bersyukur kepadaMu dan menguduskan waktu-waktu kehidupan yang Engkau limpahkan kepada kami. Amen

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply