Renungan 6 Agustus 2013

Pesta Yesus Menampakkan KemuliaanNya

2Pt 1:16-19

Mzm 97:1-2.5-6.9

Luk 9:28b-36

Dengarkanlah Dia!

Seorang romo pernah bercerita bahwa ia merasa heran karena ditengah kerumunan orang banyak, ia masih dikenal sebagai seorang romo. Pada suatu kesempatan ia berani bertanya kepada orang yang menyapanya Romo tentang bagaimana ia mengenalnya. Orang itu mengatakan bahwa ia adalah seorang aktivis Gereja maka ia mengenal sosok para Romo. Ada yang istimewa dari diri mereka sebagai orang yang diurapi. Penampilannya, cara membawa dirinya, cara berbicara dan dari wajahnya terpancar sinar kekudusan. Ini sebuah sharing sederhana dari salah seorang Romo. Mungkin saja para Romo belum menyadari diri mereka sebagai orang yang diurapi sehingga merasa biasa-biasa saja tetapi kaum awam melihat sesuatu yang berbeda dalam hidup para Romo.

Pada hari ini kita merayakan Pesta Tuhan Yesus menampakkan kemuliaanNya di atas sebuah gunung yang tinggi. Dalam tradisi disebut gunung Tabor. Ia membawa tiga murid terpilih yaitu Petrus, Yakobus dan Yohanes mendaki sebuah gunung, sedangkan para murid lain menunggu di kaki gunung. Ketika tiba di atas puncak gunung, Yesus berdoa dan amat mengaggumkan karena Ia berubah rupa dan pakaianNya juga menjadi putih berkilau-kilauan. Pada saat yang bersamaan tampaklah Musa dan Elia sedang berbicara denganNya tentang rencana kepergiaaNya ke Yerusalem untuk mewujudkan karya keselamatan.Tentu saja kita yang membaca Injil ini bingung dan bertanya apakah para murid terpilih mengenal Musa dan Elia? Sebenarnya kisah ini mau mengatakan bahwa rencana keselamatan yang akan digenapi oleh Yesus di Yerusalem sudah ada di dalam Kitab Taurat Musa dan Kitab para nabi. Musa sendiri pernah mengalami perubahan rupa setelah berbicara dengan Tuhan sehingga menakutkan bagi Harun dan kaum Israel (Kel 34:30). Musa mengantar kaum Israel ke tanah Kanaan, sedangkan Yesus adalah Musa baru yang mengantar kita ke Surga. Elia adalah nabi yang menurut tradisi diangkat ke Surga (2Raj 2:1) dan dialah yang akan datang mendahului Mesias (Mal 4:5). Yesus sekarang menggenapi Kita Taurat dan Kitab Para nabi.

Pada saat itu dikisahkan para rasul terpilih ketiduran sehingga ketika bangun mereka melihat Yesus dalam kemuliaanNya bersama Musa dan Elia. Petrus begitu terpesona sehingga ia berkata kepada Yesus: “Guru, betapa bahagiannya kami berada di tempat ini. Baiklah kami mendirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu lagi untuk Engkau”. Petrus dan teman-temannya merasakan kemuliaan Tuhan yang luar biasa. Selama itu mereka memang selalu ada bersama Yesus, tetapi pengalaman kali ini memang pengalaman istimewa. Mereka bahagia dan ingin merasakannya selamanya. Kemah-kemah adalah tanda kehadiran Tuhan dan para utusanNya di tengah jemaat. Meskipun demikian, Petrus sendiri tidak menyadari apa yang ia bicarakan dengan Yesus.

Di samping pengalaman terpesona di atas gunung karena mereka merasakan kehadiran Tuhan, ada juga awan yang menaungi mereka sehingga ada suara yang mengatakan: “Inilah AnakKu yang Kupilih, dengarkanlah Dia”. Ketika mendengar suara itu, di mata mereka hanya ada Yesus seorang diri. Pengalaman terpesona dengan kemuliaan Tuhan tidak hanya bersifat sementara. Para murid memiliki tugas dan tanggung jawab yang luhur yakni pertama-tama mereka harus percaya kepada Yesus bahwa Dialah Putra pilihan Bapa. Kedua, Mereka harus mendengar Yesus di dalam hidup mereka setiap hari. Ketiga, mereka siap menyimpan rahasia kehidupan Yesus bahwa kemuliaanNya akan diperoleh melalui penderitaanNya di Salib dan terlaksana di Yerusalem.

Apa yang harus kita lakukan sebagai pengikut Kristus? Sambil merayakan pesta agung ini, kita semua diajak untuk memandang Yesus yang menampakkan kemuliaanNya sebagai Putra pilihan dan yang dikasihi Bapa. Dialah satu-satunya penebus kita. Dialah yang akan memuliakan kita dengan tubuhNya yang mulia. St. Petrus menulis: “Oleh karena Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakanNya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah” (1Pt 1:21). Petrus dalam bacaan pertama mengajak kita untuk melihat Yesus sebagai pelita yang bernyala di tempat yang gelap. Dialah yang menerangi kegelapan hidup kita sehingga kita pun berubah menjadi anak-anak terang. Maka untuk mengalami kemuliaan Tuhan, kita perlu bertobat hari demi hari sehingga menjadi semakin serupa dengan Dia. Pengalaman akan Allah ditandai dengan pertobatan terus menerus di dalam diri kita, dan dengan demikian kita juga dapat memancarkan kemuliaanNya kepada sesama kita.

Pengalaman nyata Transfigurasi atau Yesus menampakkan kemuliaanNya adalah dalam perayaan Ekaristi. Tuhan menampakkan kemuliaanNya di hadapan kita dalam peristiwa transubstansi, di mana melalui tangan imam yang sudah dikuduskan oleh daya Roh Kudus, imam in persona Christi bertugas menguduskan, memberkati hosti menjadi Tubuh Kristus dan anggur menjadi Darah Kristus. Jadi perubahan rupa hosti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus merupakan peringatan Transfigurasi Yesus di dalam kehidupan kita setiap kali berekaristi bersama. Maka pertanyaan bagi kita adalah apakah kita sungguh-sungguh menghayati Ekaristi yang kita rayakan bersama? Apakah Ekaristi memiliki kuasa mengubah kita untuk dapat mengalami kemuliaan Kristus di dalam diri kita masing-masing?

Doa: Tuhan Yesus Kristus, bantulah kami agar mampu memancarkan kemuliaanMu kepada sesama kami yang lain. amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply