Renungan 7 Agustus 2013

Hari Rabu, Pekan Biasa XVIII

Bil 13:1-2.25; 14: 1.26-29.34-35
Mzm 106: 6-7a.13-14.21-22.23
Mat 15:21-28

Kasih Tuhan itu sempurna adanya

Pada suatu kesempatan, saya berjumpa dengan seorang pemuda yang  belum dibaptis. Ia mengaku memperoleh pendidikan katolik sejak Taman Kanak-Kanak hingga universitas Katolik. Hanya saja ia belum percaya diri untuk dibaptis di dalam gereja Katolik. Pada suatu hari ia merasa sakit dan pergi berkonsultasi dengan seorang dokter spesialis. Ia divonis mengalami penyakit kanker darah. Ia terkejut karena selama itu ia tidak pernah mengeluh sakit apapun. Ia terpukul dan merasa langsung down tetapi dalam perjalanan pulang ker umahnya ia melihat gambar Tuhan Yesus yang pernah saya bagikan pada saat retret bersama. Pikirannya langsung terfokus pada Yesus dan ia berbisik, “Tuhan Yesus sembuhkanlah saya”. Ia pun berusaha datang dan mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja. Ketika bertemu dengan saya ia bercerita tentang gambar Tuhan Yesus yang saya bagikan dan ia mau mendapat mukjizat dari Tuhan. Saya mendoakannya dan mengatakan kepadaNya bahwa kalau ia sungguh percaya pada Yesus maka ia dapat sembuh. 

Pada kesempatan yang lain, ia datang dan membawa berita baik dengan berkata: “Romo, Tuhan Yesus sudah menyembuhkan saya setelah dua tahun bergumul dengan penyakitku. Ternyata penyakitku itu kecil, Tuhan Yesus jauh lebih besar dan menyembuhkanku. Sekarang saya mau menjadi katekumen dan memohon supaya Romo membaptis saya”Ini adalah sebuah kisah nyata sekaligus pengalaman rohani seorang yang disembuhkan oleh Tuhan Yesus. Ia hanya memiliki kerinduan akan Yesus meskipun belum dibaptis. Tetapi ia juga percaya bahwa Tuhan Yesus mengasihinya dan pasti menyembuhkannya. Sungguh mukjizat itu nyata. Tuhan Yesus mengasihi semua orang. 

Penginjil Matius pada hari ini mengisahkan perjalanan Yesus ke luar komunitas orang Yahudi. Ia sedang berada di Tirus dan Sidon. Di sana ia berjumpa dengan seorang wanita yang putrinya kerasukan setan. Ia pun meminta Yesus untuk menyembuhkannya. Ia berkata, “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud. Anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” Yesus seolah-olah tidak mau mendengar wanita non Yahudi ini dan para muridNya pun ikut terpancing untuk memintaNya mengusir wanita itu. Reaksi Yesus adalah kembali kepada tugas perutusanNya: “Aku diutus hanya kepada domba-domba umat Israel yang hilang”. Wanita itu tetap percaya bahwa Yesus akan mendengarnya maka ia mendekat, menyembah dan berkata, “Tuhan tolonglah aku!” Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing”. Reaksi sang wanita adalah menjawab Yesus dengan iman: “Benar, Tuhan, tetapi anjing-anjing pun makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya”. Yesus melihat iman wanita itu dan mengatakan bahwa keinginannya yaitu kesembuhan anaknya akan terlaksana.

Wanita dalam Injil adalah tipe orang yang beriman radikal pada Yesus Kristus. Ia percaya bahwa Tuhan akan melakukan apa saja, dan pasti yang terbaik untuk putrinya yang kerasukan setan. Ia percaya bahwa setan tidak punya kuasa di hadirat Tuhan Yesus dan Tuhan Yesus pasti akan menyembuhkannya. Iman wanita itu diuji dengan sikap Yesus yang seolah-olah tidak mau mendengarnya, mengatakan bahwa perutusanNyapun hanya untuk domba-domba umat Israel yang hilang, dan tidaklah patut mengambil roti bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing. Ternyata wanita itu tetap percaya kepada Yesus sehingga Yesus memuji imannya: “Hai ibu, sungguh besar imanmu” Putrinya pun menjadi sembuh.

Tuhan mengasihi semua orang. Lihatlah wanita di dalam Injil hari ini adalah bukan orang Yahudi. Memang bagi kalangan orang Yahudi saat itu, daerah Tirus dan Sidon adalah daerah orang-orang kafir. Tidak ada keselamatan bagi mereka. Namun, Tuhan menunjukkan cinta kasihNya yang universal dengan menyembuhkan anak perempuan yang kerasukan setan. Kisah ini mengingatkan kita akan sikap orang Nazaret yang mengecewakan Yesus ketika mengajar di dalam Sinagoga sehingga Ia berkata, “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di negeri asalahnya, di dalam keluarganya” (Mat 13:57). Ia pun tidak melakukan banyak mukjizat di Nazareth. Tuhan Yesus membuka mata hati kita untuk mengasihi semua orang tanpa memilah-milah apakah orang seiman dengan kita atau tidak, apakah orang segolongan dengan kita atau tidak. Semua orang diberikan Tuhan kepada kita untuk dikasihi. Memang kasih Tuhan itu senantiasa baru dan sempurna adanya. Mari kita menjadi serupa dengan Tuhan.

Wanita asing ini juga menjadi model bagi kita ketika berdoa kepada Tuhan. Apa yang dia tunjukkan? Satu hal penting yakni berdoa tanpa henti. Memang ketika berbicara dengan Yesus, kelihatan Yesus tidak menanggapi dengan baik. Tetapi ia terus mengikuti Yesus dan tidak berhenti meminta dari Tuhan Yesus. Dengan meminta tanpa henti ini maka Tuhan mengabulkan permintaannya. Tuhan melihat iman yang terungkap dalam doanya. Pertanyaan bagi kita adalah, apakah kita juga tekun berdoa? Apakah kita juga bersyukur ketika doa kita dikabulkan? Banyak kali kita lupa bersyukur ketika memperoleh apa yang kita perlukan dari Tuhan.

Sikap sebagai pelupa ada juga di dalam diri umat Israel. Dalam perjalanan di padang gurun,Tuhan menunjukkan kasih setiaNya dengan menyertai dan membimbing mereka. Ketika hampir tiba di tanah Kanaan, Tuhan melalui Musa mengutus 12 utusan yang mewakili suku-suku Israel untuk mengintai tanah terjanji. Setelah empat puluh hari, mereka kembali dan mengatakan kepada Musa bahwa benar tanah Kanaan itu kaya dengan susu dan madu. Namun para pengintai juga mengatakan hal yang menakutkan bahwa orang-orang yang menghuni tanah Kanaan itu berperawakan raksasa dan dapat menjadi kanibal. Hal ini mengundang ketakutan orang Israel sehingga mereka menangis semalaman. Ini juga menunjukkan kerasnya hati mereka di hadirat Tuhan. Maka Tuhan mengatakan bahwa generasi itu tidak akan masuk ke tanah terjanji. Mereka akan mati di padang gurun dan yang masuk ke tanah terjanji hanyalah generasi baru di bawah pimpinan Yosua.

Hidup kita juga ditandai dengan pergumulan hidup. Banyak kali kita merasa begitu akrab dengan Tuhan, tetapi banyak kali kita juga jauh dari Tuhan. Kita lupa akan kasih setia Tuhan sehingga memilih untuk menjauhinya. Namun demikian, Tuhan tetap menyertai kita semua. Ia tidak memperhitungkan dosa dan salah kita. Satu hal yang perlu adalah berdoa dan mendekatkan diri kita kepadaNya. Bagaimana dengan anda? Apakah anda akrab juga dengan Tuhan? Dia mengasihi kita dengan kasihNya yang sempurna adanya.

Doa: Tuhan Yesus, bantulah kami supaya mampu mengasihi semua orang sebagaimana Engkau sendiri telah mengasihi kami. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply