St. Dominikus de Guzman
Bil 20:1-13
Mzm 95:1-2.6-7.8-9
Mat 16:13-23
Ibu St. Yohanes Bosco bernama Margaretha Occhiena. Dia adalah seorang ibu yang sederhana, single parent dan harus bekerja untuk membesarkan tiga orang anak yang ditinggal mati suaminya Francesco Bosco. Ketiga anak yang dimaksud adalah Antonio, Giuseppe dan Giovanni Bosco. Sejak mimpinya yang pertama pada usia 9 tahun, Yohanes Melkhior Bosco bercita-cita untuk menjadi seorang imam yang nantinya membaktikan seluruh hidupnya bagi orang-orang muda yang miskin. Pada saat ditahbiskan sebagai imam, ibunya menyalaminya dan memberi pesan istimewa kepada anaknya Pastor Yohanes Bosco. “Sekarang engkau sudah menjadi imam, dan engkau mempersembahkan Misa. Oleh karenanya, engkau menjadi lebih dekat dengan Yesus Kristus. Tetapi ingatlah bahwa mulai mempersembahkan misa berarti mulai menderita. Engkau tidak akan menyadari hal ini dengan segera, tetapi sedikit demi sedikit engkau akan mengerti bahwa benarlah ibumu. Saya yakin engkau akan berdoa bagi saya setiap hari, entah saya masih hidup atau sudah meninggal. Itu saja sudah cukup. Mulai sekarang engkau harus memikirkan soal menyelamatkan jiwa-jiwa. Janganlah pernah risau tentang saya.” Pesan ini kelihatan sangat sederhana dari seorang ibu tetapi memiliki makna yang sangat mendalam bagi pastor Yohanes Bosco. Pesan ini juga mendorong dia untuk menjadi imam yang kudus, yang saat ini kita kenal dengan nama St. Yohanes Bosco. Imam yang siap menderita demi orang muda yang dikasihinya.
Sikap sebagai iblis bukan hanya dilakukan Petrus sehingga ditegur keras oleh Yesus. Di dalam bacaan pertama, kita juga mendapat gambaran umat Israel di padang gurun Zin. Mereka lalu tinggal di Kadesh. Miriam saudari Moses meninggal dunia dan dikuburkan di sana. Mereka juga sudah melihat tanah terjanji tetapi masih bersungut-sungut dan mencobai Tuhan Allah. Kali ini mereka bersungut-sungut karena kekurangan air di hadapan Musa dan Harun. Musa dan harun masuk ke dalam Kemah Pertemuan untuk berdoa: “Ya Tuhan Allah, dengarkanlah seruan umatMu, dan bukalah harta bendaMu, sumber air hidup, agar mereka dipuaskan lalu berhenti menggerutu.” Tuhan menunjukkan kesabaranNya dengan meminta Musa untuk memukul tongkatnya pada bukit batu sehingga mengalirlah air keluar untuk memberi hidup kepada mereka.
Tuhan juga bersabda kepada Musa: “Karena kalian tidak percaya kepadaKu, dan tidak menghormati kekudusanKu di depan orang Israel, maka kalian tidak akan membawa umat Israel masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka”. Perkataan Tuhan ini terlaksana karena setelah Miryam saudari Moses meninggal, Harun dan Musa pun akan meninggal dunia sebelum masuk tanah terjanji. Kita juga banyak kali mencobai Tuhan Allah di dalam hidup kita, hanya Tuhan selalu sabar dan baik hati terhadap kita. Bagaimana cara mencobai Tuhan? Kita menggerutu kepadaNya. Kita berpikir Tuhan sudah pikun dan tidak memperhatikan kehidupan kita.
Sabda Tuhan pada hari ini memfokuskan kita pada Tuhan yang mengabdikan diriNya bagi manusia. Ia telah mengorbankan PutraNya yang tinggal untuk menebus kita semua. Apa balasan kita bagi Tuhan? Tuhan ternyata tidak menuntut balasan tetapi Dia tetap mahapengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setiaNya. Apakah kita juga dapat menjadi orang yang panjang sabar dan besar kasih setia? Apakah kita berani menerima salib dan menguduskannya dalam hidup kita setiap hari? Salib yang kita pikul berguna untuk membuat sesama kita selalu bahagia di dalam hidupnya. Yesus sendiri membahagiakan kita melalui penderitaanNya. Mari kita mengikuti jejakNya.