Renungan 13 Agustus 2013

Hari Selasa, Pekan Biasa XIX
Ul 31:1-8
Mzm (Ul) 32:3-4a.7.8.9.12
Mat 18: 1-5.10.12-14

Jangan Takut!

 

 

Kisah umat Israel menuju ke tanah terjanji dihiasi oleh pengalaman-pengalaman yang luhur di dalam diri Musa, Harun dan Yosua dan juga di dalam diri umat Israel. Umat Israel sendiri mengalami pergumulan di padang gurun. Hal-hal yang mendominasi kehidupan mereka adalah mereka suka bersungut-sungut soal makanan dan minuman, mereka ingin melihat Allah yang sebenarnya sehingga mereka membuat patung anak lembu jantan dari emas dan ketakutan mereka ketika mendengar tentang para penghuni tanah Kanaan yang berbadan raksasa dan kanibal. Musa, Harun dan Yosua sendiri mengalami tantangan yang besar dari umat Israel. Sikap menggerutu, bersungut-sungut dan marah diarahkan kepada Tuhan melalui Musa. Tentu hal-hal ini membuat Musa, Harun dan Yosua kurang percaya diri di hadapan Tuhan. Mereka juga mengalami Krisis iman. Kepada Musa dan Harun, misalnya, Tuhan mengatakan bahwa mereka berdua tidak akan ikut masuk ke tanah terjanji.

 

 
Pada hari ini kita mendengar berita pengunduran diri Musa. Ia berkata kepada umat Israel: “Aku sekarang berumur 120 tahun. Aku tidak dapat dengan giat memimpin kalian lagi. Tuhan sendiri bersabda kepadaku, ‘Sungai Yordan ini tidak akan kauseberangi’. Tuhan Allahmu, Dialah yang akan memimpin kalian menyeberang. Dia sendiri akan memusnahkan bangsa-bangsa dari hadapanmu sehingga kalian dapat memiliki negeri mereka. Yoshua akan memimpin kalian menyeberang sesuai dengan Sabda Tuhan”. Tentu saja wejangan Musa ini membuat hati orang Israel sedih karena hampir 40 tahun Musa memimpin mereka. Sikap bijaksana dan legowo Musa ini memang patut diikuti. Ia menyadari keterbatasannya maka ia berani mengundurkan diri, mengembalikan kepemimpinan kembali kepada Tuhan dan nantinya diwariskan kepada Yosua hambaNya. 

 

Musa melanjutkan pesan-pesan penuh motivasi kepada umat Israel sebelum mereka masuk tanah terjanji. Mereka diharapkan untuk tidak merasa takut karena Tuhan menyertai mereka. Para musuh akan ditaklukan Tuhan dan Tuhan sendiri akan menyerahkan para musuh itu kepada mereka. Musa juga menguatkan Yosua, pemimpin baru Israel. Ia berkata, “Kuatkan dan teguhkan hatimu, sebab engkau akan masuk bersama bangsa ini ke negeri yang telah dijanjikan Tuhan  dengan sumpah kepada nenek moyangmu. Engkau akan memimpin mereka…Jangan takut dan jangan patah hati.”Kata-kata peneguhan Musa ini sangat dirasakan oleh Yosua di saat memimpin umat Israel masuk ke tanah terjanji.

 

 
Yosua adalah pemimpin baru. Nama Yosua berarti Allah menyelamatkan. Ia memimpin
umat Israel untuk masuk ke tanah terjanji dengan selamat dengan menyebarang sungai Yordan. Sungai Yordan adalah tempat memembersihkan mereka dari hidup lama yang penuh dengan sikap menggerutu, menyembah berhala dan tidak setia kepada Tuhan. Mereka akan masuk ke tanah terjanji sebagai makhluk atau ciptaan baru. Kita para pengikuti Kristus juga dibimbing oleh Yesus, nama yang sama maknanya dengan Yoshua, melalui sakramen pembaptisan untuk masuk tanah terjanji abadi yaitu surga. Di sinilah kita melihat sejarah keselamatan menjadi sempurna di dalam diri Yesus sendiri. Yesus menggenapinya dengan sempurna. 

 

Yesus menghadirkan Kerajaan Surga. Kerajaan Surga secara rohani merupakan situasi yang dirasakan manusia di mana Allah melalui Yesus Kristus menjadi raja, Mesias yang membebaskan dari belenggu-belenggu dosa. Penginjil Matius hari ini menghadirkan ciri khas dari Kerajaan Surga yakni Kerajaan yang penuh belaskasih dan sederhana. Diceritakan bahwa pada suatu kesempatan para murid bertanya kepada Yesus tentang siapa yang terbesar di dalam Kerajaan Surga. Yesus mengatakan bahwa yang terbesar di dalam Kerajaan Surga adalah orang yang bertobat dan rendah hati. Anak kecil adalah model kepolosan, kepasrahan kepada Tuhan. Anak-anak itu selalu mengandalkan orang tua dan orang dewasa. Anak-anak Allah adalah mereka yang hari demi hari mengandalkan Tuhan bukan mengandalkan dirinya sendiri. Mengapa? Karena terlepas dari Yesus, kita semua tidak dapat berbuat apa-apa (Yoh 15:5).

 

 
Kerendahan hati adalah sebuah kebajikan yang tidak dapat diungkapkan tetapi dihayati. Ketika seorang mengatakan bahwa dia rendah hati, pada saat itu ia juga menjadi sombong karena mengakui bahwa dirinya rendah hati. Rendah hati dalam bahasa Latin disebut humilitas. Humilitas membantu kita mengingat tentang humus sebagai zat yang penting, tidak kelihatan tetapi dapat menyuburkan tanaman. Kerendahan hati itu dihayati dengan diam-diam tetapi membuat orang lain menjadi bahagia. Yesus menyebut diriNya lemah lembut dan rendah hati karena melalui pengorbananNya, kita semua memperoleh keselamatan. Mari kita menjawabi kasih Tuhan dengan membangun sikap tobat terus menerus. Jangan lelah melakukan pertobatanmu. 

 
Apa yang harus kita lakukan? Kita harus rendah hati seperti Musa. Ia bersifat legowo dan memberi tongkat kepemimpinan kepada Yosua. Ia taat kepada rencana Tuhan. Musa juga mengingatkan Israel bahwa Tuhan menyertai mereka. Oleh karena itu mereka jangan takut, jangan berkecil hati karena Tuhan selamanya ada bersama mereka. Yesus di dalam Injil mengajar para murid untuk menjadi pribadi yang rendah hati. Hanya orang rendah hati dapat membuat sesamanya berbahagia dalam hidupnya. Bagaimana dengan anda dan saya? Mari kita menjadi semakin serupa dengan Yesus yang lemah lembut dan rendah hati. 

 
Doa: Tuhan, kami bersyukur kepadaMu karena Engkau mengingatkan kami untuk menjadi pribadi yang rendah hati. Banyak kali kami bersikap sombong dan terlalu mementingkan diri sendiri. Ampunilah kami Tuhan. Amen 

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply