Renungan 28 September 2013

Hari Sabtu, Pekan Biasa XXV
Za 2:1-5.10-11a
Mzm (Yer): 31: 10.11-12ab.13
Luk 9: 43b-45

Seorang Mesias yang menderita

Yesus berdoa dan sambil berdoa Ia didatangi oleh para muridNya. Ia bertanya kepada mereka perihal pandangan orang tentang diriNya. Ada dua jawaban yang muncul. Kata orang Yesus adalah Yohanes Pembaptis, nabi Elia atau salah seorang nabi yang bangkit. Pertanyaan ini tergolong mudah karena intinya adalah apa kata orang tentang Yesus. Pertanyaan menjadi sulit ketika Yesus bertanya: “Menurut kamu masing-masing, siapakah Aku?” Semua murid sejenak memilih untuk diam. Dengan bantuan Bapa, Petrus menjawab dengan tepat pertanyaan Yesus ini bahwa Ia adalah Mesias dari Allah. Namun demikian, pengakuan iman Petrus ini tidak membuat Yesus bangga. Ia justru melarang mereka untuk tidak menceritakan kepada orang lain bahwa dirinya adalah Mesias. Alasan utamanya adalah mereka memiliki konsep Mesias secara politis bukan Mesias ilahi. Mesias secara politis mengandaikan bahwa apabila mereka sudah tahu bahwa Yesus adalah Mesias maka mereka akan memaksaNya supaya Ia dapat memimpin Israel untuk mengusir penjajah Romawi. Di antara oara murid Yesus ada yang menjadi anggota gerakan bawah tanah untuk mengusir orang Romawi. Dia adalah Simon orang Zelot. Tetapi kita semua tahu bahwa Yesus berhasil mengubah hati Simon untuk  bergerilia dalam mewartakan Injil.

Siapakah Mesias bagi Petrus? Mesias dalam pikiran Petrus adalah seorang Mesias yang jaya dan agung, Mesias yang tidak akan mengalami suatu penderitaan apapun. Namun konsep Mesias menurut Oetrus ini tidak bertahan lama. Ternyata konsep Mesias yang menurut para Rasul bukanlah demikian dengan Mesias sebenarnya yang harus dihayati Yesus sendiri. BagiNya, Mesias yang benar adalah Dia yang menderita untuk keselamatan banyak orang. Nah, pikiran dan jalan Tuhan memang berbeda dengan yang dimiliki manusia. Manusia memikirkan hal-hal yang penuh kejayaan, Tuhan memikirkan penderitaan yang harus dialami Anak Manusia untuk membawa Penebusan yang berlimpah. 

Pada hari ini Yesus mengatakan dengan terus terang kepada para murid bahwa Ia akan menderita padahal pada saat itu banyak orang masih terpesona dengan semua Sabda dan karya Yesus. Ia berkata: “Dengarlah dan camkanlah segala perkataanKu: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia”. Semua orang tidak mengerti maksud Yesus. Yesus sudah tahu semua yang akan Dia alami selagi masih berada di dunia. Namun demikian, Ia tidak pernah memilih untuk mundur atau takut dengan segala penderitaan. Ia tetap berani dan memberi segalanya untuk keselamatan umat manusia. 


Mengikuti Yesus memiliki konsekuensi yakni orang harus siap untuk masuk dalam Sekolah Penderitaan Yesus (SPY). Siap menderita demi kebaikan sesama yang lain. Apakah anda dan saya berani menyerupai Yesus Tuhan kita yang selalu siap untuk menderita bagi kita semua? Renungkan kata-kata Yesus ini: “Ikutlah Aku!” (Yoh 21:22). Mengikuti Yesus bukan hanya pada saat-saat senang-senang saja tetapi pada saat susah, saat menderita, saat di mana perlu pengorbanan diri yang lebih. Hidup Kristiani akan bermakna ketika kita sungguh-sungguh mengikuti jejak langkah Kristus. Ia  memanggil, memilih dan menetapkan kita supaya berjalan mengikuti jejak kakiNya. Prinsip yang baik adalah: “There can be no share in God’s glory without the Cross”

Di dalam bacaan pertama, kita mendengar nubuat Zakharia yang menggambarkan keakraban Tuhan dan manusia. Ia sendiri bersabda: “Aku Zakharia, melayangkan mataku dan melihat”. Apa yang Zakharia lihat? Zakharia melihat seorang yang memegang tali pengukur. Ia mau mengukur panjang dan lebar Yerusalem. Yerusalem menjadi kota penting di mana Tuhan akan bersemayam di sana. Melalui Zakharia, Tuhan berjanji untuk memenuhi Yerusalem dengan kemuliaanNya. Untuk itu, Ia mengharapkan agar umat Israel bersorak sorai dan bersukaria karena Ia akan datang dan tinggal bersamanya. Tuhan akan tetap akrab dan bersatu dengan umat kesayanganNya.


Doa: Tuhan, bantulah kami untuk berani memikul Salib dan mengikutiMu. Amen

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply