Homili Hari Minggu Biasa XXVII/C

Hari Minggu Biasa XXVII/C

Hab 1:2-3;2:2-4

Mzm 95: 1-2.6-7.8-9

2Tim 1:6-8.13-14

Luk 17:5-10

Beriman untuk melayani


Pada suatu kesempatan ada diskusi antara beberapa orang bapa. Ada seorang bapa yang menceritakan kisah seorang sahabatnya yang sudah meninggal dunia selama beberapa jam kemudian hidup kembali. Dikisahkan bahwa orang itu sudah dimandikan dan dimasukan ke dalam peti jenasah. Tiba-tiba jenasah itu bangun dan semua orang di dalam ruang duka itu berhamburan keluar karena ketakutan. Hanya ada seorang bapa yang bertahan di dalam ruangan.Orang yang meninggal dunia itu meminta minum. Setelah sesesai minum, ia keluar dari peti jenasah dan berjalan keluar ruangan rumah duka. Semua orang heran dengan kejadian itu dan bahwa orang itu masih hidup sampai sekarang. Tanggapan dari kelompok para bapa ini berbeda-beda. Ada yang mengatakan, “Bagi Allah tidak ada yang mustahil”. Ada yang mengatakan , “El Shadai”. Ada yang mengatakan, “Praise the Lord”. Tetapi ada juga yang meragukannya dan mengatakan mungkin itu hanya kebohongan saja karena sekali Tuhan memanggil maka orang itu harus menghadapNya. Reaksi dari para bapa yang lain adalah, “Kamu tidak memiliki iman”.


Kita semua mempunyai pengalaman yang berbeda-beda. Kadang-kadang ada sesuatu yang tak dapat kita jelaskan dan hanya bisa diakui dengan iman. Ketika berhadapan dengan tugas atau keadaan yang sulit maka sangat dibutuhkan iman yang tulen. Artinya orang itu sungguh-sungguh percaya bahwa Tuhan itu ada dan memiliki kuasa yang besar bagi manusia dan pekerjaan-pekerjaan atau pelayanannya. Tetapi ada juga pribadi-pribadi tertentu yang tidak menerimanya dan merasa bahwa hal itu mungkin hanya keadaan sesaat atau tipu muslihat saja. Iman adalah karunia yang diberikan Allah kepada manusia melalui Roh Kudus secara cuma-cuma. Setiap orang menerimanya dari Tuhan dan dengan mamilikinya manusia itu akan selalu mengarahkan hidupnya kepada Tuhan sendiri.


Penginjil Lukas pada hari ini mengisahkan bahwa pada suatu kesempatan, para murid meminta kepada Yesus: “Tuhan, tambahkanlah iman kami!” Yesus tidak langsung memberi apa yang mereka minta tetapi Ia berkata: “Sekiranya kamu memiliki iman sebesar biji sesawi, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini, ‘Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut’ dan pohon itu akan menuruti perintahmu”. Para murid memang merasa sudah memiliki iman tapi masih sedikit sehingga meminta tambahan lagi dari Tuhan. Tentu mereka merasa kaget dengan jawaban Yesus yang mengatakan seandainya mereka memiliki iman sebesar biji sesawi maka mereka dapat melakukan karya besar seperti memerintahkan pohon untuk tercabut dan berpindah tempat. Para murid belum puas dan merasa hanya sedikit saja iman mereka. Tuhan yang memberi iman melihat bahwa iman sekecil apapun memiliki potensi yang besar. Itulah perbedaan cara pandang Tuhan dan manusia.


Habakuk dalam bacaan pertama mengatakan bahwa orang-orang benar akan hidup karena imannya. Dalam hidup setiap hari selalu saja ada pengalaman-pengalaman yang keras. Ada penindasan, kejahatan, perbantahan, kekerasan, premanisme yang ada di dalam masyarakat kita. Pengalaman-pengalaman ini memang keras dan menakutkan manusia. Dan pertanyaan yang selalu muncul adalah: “Kalau Tuhan itu mahabaik, mengapa ada kejahatan, kekerasan, penindasan, ketidakadilan social di dalam masyarakat?” Manusia memang bertanya karena pengalaman yang konkret yang sedang dialami dan berhenti di situ. Manusia lupa bahwa Tuhan tetaplah mahabaik. Ia juga menguji iman setiap orang yang percaya kepadaNya. Tuhan berfirman, “Sungguh orang yang sombong tidak lurus hatinya tetapi orang benar akan hidup berkat iman”. Apakah anda termasuk orang benar? Atau anda adalah salah seorang yang selalu protes kepada Tuhan karena pengalaman-pengalamanmu yang keras? Kalau saja anda memiliki iman kepada Tuhan Allah, anda akan berpasrah kepadaNya.


Iman yang dimiliki setiap orang memiliki potensi yang besar untuk melayani lebih baik. Tuhan Yesus di dalam bacaan Injil hari ini mengingatkan kita tentang aktualisasi iman di dalam semangat pelayanan. Orang dikatakan memiliki iman kalau ia mampu melayani dengan sungguh-sungguh. Kita belajar dari Tuhan Yesus Kristus sendiri yang meskipun Allah rela menjadi manusia dalam wujud seorang hamba, Ia juga mengosongkan diri, merendahkan diri dan menjadi taat (Flp 2:2-7). Yesus sendiri berkata: “Aku berada di tengah-tengahmu sebagai seorang pelayan” (Luk 22:27). Mengapa demikian? Karena “Anak manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan memberikan dirinya sebagai tebusan bagi banyak orang” (Mat 20:28). Bentuk pelayanan Yesus yang sangat nyata adalah ketika Ia berlutut di depan para muridNya untuk membasuh kaki mereka. Setelah selesai membasuh kaki para muridNya, Ia mengajak mereka untuk melakukan hal yang sama dengan saling membasuh kaki. Yesus juga mewujudkan pelayananNya dalam peristiwa salib sebagai tanda kasihNya sampai tuntas bagi manusia. Pada bagian terakhir Injil hari ini, Yesus berkata: “Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata, “Kami ini adalah hamba-hamba yang tidak berguna, kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan.”


Orang yang beriman juga mengaktualisasikan dalam kesaksian hidup yang nyata. St. Paulus dalam bacaan kedua, menghimbau Timotius untuk tidak malu bersaksi tentang Tuhan kita. Timotius sebagai orang beriman mewujudkan pelayanannya dengan mengobarkan karunia Allah yang telah diterimanya pada saat ditahbiskan atau diurapi oleh Paulus. Dalam pengurapan suci itu, Timotius diberikan Roh Kudus. Roh Kudus adalah Roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban bukan roh ketakutan. Karena Roh Kudus maka ia juga harus berani bersaksi tentang Tuhan yang diimaninya. Di samping memberi kesaksian, ia juga boleh menderita karena Injil. Iman bagi Paulus adalah harta yang berharga, indah yang Tuhan sendiri anugerahkan kepada mereka.


Sabda Tuhan pada hari Minggu ini memfokuskan perhatian kita pada iman kepada Tuhan dan wujud nyata iman di dalam karya pelayanan. Orang beriman telah menerima cuma-cuma dari Tuhan maka mereka juga harus memberi atau berbagi kepada sesama. Iman menjadi nyata dalam pelayanan kepada Tuhan dan sesama. Semangat melayani itu seperti hamba-hamba yang tidak berguna, yang melakukan apa yang harus mereka lakukan. Apakah kita dapat menunjukkan iman kita dalam karya pelayanan kita setiap hari? Yesus adalah pelayan sejati. Ikutilah Dia!


Doa: Tuhan, kami bersyukur karena Engkau menganugerahkan iman kepada kami. Bantulah kami untuk menjadi pelayan-pelayan sejati. Amen

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply