Renungan 9 Oktober 2013

Hari Rabu, Pekan Biasa XXVII

Yun 4:1-11

Mzm 86:3-4.5-6.9-10

Luk 11:1-4


Apabila kamu Berdoa Katakanlah…


Antony de Mello pernah bercerita dalam bukunya “Burung Berkicau” sebuah cerita tentang doa Bapa Kami. Konon pada suatu kesempatan ada sebuah kapal milik seorang Uskup berlabuh untuk satu hari di sebuah pulau yang terpencil. Uskup bermaksud menggunakan hari itu sebaik-baiknya. Ia berjalan-jalan menyusur pantai dan menjumpai tiga orang nelayan sedang memperbaiki pukat. Dalam bahasa Inggris pasaran mereka menerangkan, bahwa berabad-abad sebelumnya mereka telah dibaptis oleh para misionaris. ‘Kami orang Kristen,’ kata mereka sambil dengan bangga menunjuk dada. Uskup amat terkesan. Apakah mereka tahu doa Bapa Kami? Ternyata mereka belum pernah mendengarnya. Uskup terkejut sekali. Bagaimana orang-orang ini dapat menyebut diri mereka Kristen, kalau mereka tidak mengenal sesuatu yang begitu dasariah seperti doa Bapa Kami?


‘Lantas, apa yang kamu ucapkan bila berdoa?’ ‘Kami memandang ke langit. Kami berdoa: ‘Kami bertiga, kamu bertiga, kasihanilah kami.’ Uskup heran akan doa mereka yang primitif dan jelas bersifat bid’ah ini. Maka sepanjang hari ia mengajar mereka berdoa Bapa Kami. Nelayan-nelayan itu sulit sekali menghafal, tetapi mereka berusaha sebisa-bisanya. Sebelum berangkat lagi pada pagi hari berikutnya, Uskup merasa puas. Sebab, mereka dapat mengucapkan doa Bapa Kami dengan lengkap tanpa satu kesalahan pun. Beberapa bulan kemudian kapal Uskup kebetulan melewati kepulauan itu lagi. Uskup mondar-mandir di geladak sambil berdoa malam. Dengan rasa senang ia mengenang, bahwa di salah satu pulau yang terpencil itu ada tiga orang yang mampu berdoa Bapa Kami dengan lengkap berkat usahanya yang penuh kesabaran. Sedang ia termenung, secara kebetulan ia, melihat seberkas cahaya di arah Timur. Cahaya itu bergerak mendekati kapal. Sambil memandang keheran-heranan, Uskup melihat tiga sosok tubuh manusia berjalan di atas air, menuju ke kapal. Kapten kapal menghentikan kapalnya dan semua pelaut berjejal-jejal di pinggir geladak untuk melihat pemandangan ajaib ini.


Ketika mereka sudah dekat, barulah Uskup mengenali tiga sahabatnya, para nelayan dulu. ‘Bapak Uskup’, seru mereka, ‘Kami sangat senang bertemu dengan Bapak lagi. Kami dengar kapal Bapak melewati pulau kami, maka cepat-cepat kami datang.’ ‘Apa yang kamu inginkan?’ tanya Uskup tercengang-cengang. ‘Bapak Uskup,’ jawab mereka, ‘kami sungguh-sungguh amat menyesal. Kami lupa akan doa yang bagus itu. Kami berkata: Bapa kami Yang ada di surga, dimuliakanlah namaMu; datanglah kerajaanMu … lantas kami lupa. Ajarilah kami sekali lagi seluruh doa itu!’ Uskup merasa rendah diri: ‘Sudahlah, pulang saja, saudara-saudaraku yang baik, dan setiap kali kamu berdoa, katakanlah saja: Kami bertiga, kamu bertiga, kasihanilah kami.’


Pada suatu kesempatan Yesus juga sedang berdoa di suatu tempat. Setelah selesai berdoa, ada seorang murid yang datang dan memohon supaya Yesus mengajar mereka berdoa. Yesus berkata: “Kalau kamu berdoa, katakanlah”. Lalu Yesus mulai mengajar mereka untuk menyapa Allah sebagai Bapa. Yesus mau mengakrabkan relasi antara Allah sebagai Bapa dan manusia sebagai anak, bukan hanya untuk diriNya tetapi seluruh umat manusia menyapa Allah seperti Yesus sang Putra. Selanjutnya Yesus juga mengajar doa yang sangat sederhana. Hanya ada lima kalimat doa: ada dua kalimat doa pengharapan dan tiga kalimat doa yang bersifat permintaan untuk kepentingan diri mereka.


Kalimat doa pengharapan pertama adalah dikuduskanlah namaMu. Ini bukanlah sebuah pujian bagi nama Allah melainkan sebuah doa pengharapan agar nama Allah Bapa dikuduskan. Nabi Yehezkiel peernah bernubuat bahwa Allah sendiri akan menguduskan namaNya yang sudah dinodai oleh umat Israel (Yeh 36:22-28). Maka harapannya adalah agar janji Tuhan ini dapat segera terwujud sehingga namaNya diakui serta dihormati oleh semua orang. Kalimat doa pengharapan kedua: Datanglah KerajaanMu. Ini adalah sebuah harapan agar Bapa dapat menegakkan pemerintahanNya. PemerintahanNya memang sudah sedang hadir dalam diri Yesus dan para muridNya dan kiranya dapat kokoh hingga akhir zaman. 

Kalimat doa permintaan pertama: Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya. Makanan yang diminta supaya diberikan Tuhan setiap hari, terus menerus. Tentu saja makanan yang sifatnya jasmani maupun rohani. Kalimat doa permintaan kedua: Ampunilah dosa-dosa kami. Tuhan maharahim dan Ia pasti mengampuni dosa-dosa manusia. Sebab kami pun mengampuni setiap orang. Para murid tidak hanya memohon supaya diampuni tetapi mereka juga dimampukan untuk mengampuni. Kalimat doa permintaan ketiga: Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan. Orang-orang Yahudi percaya bahwa segala sesuatu berasal dari Allah, termasuk pencobaan. Oleh karena itu mereka memohon supaya Tuhan jangan memasukkan mereka ke dalam pencobaan.


Doa Bapa Kami ini memang sebuah doa yang sederhana tetapi meringkas semua doa kita kepada Tuhan. Dengan doa ini Allah semakin dekat, akrab dengan kita yang diciptakanNya sewajah denganNya. Sebagai anak-anakNya kita pun berharap dan meminta semua yang kita butuhkan dan Tuhan tidak pernah terlambat memberi apa yang kita butuhkan. Mari kita semakin tekun, berdoa tanpa henti kepada Bapa di dalam Yesus PutraNya.

Satu bahaya yang sering dihadapi oleh manusia adalah cepat merasa puas dengan doa dan merasa seolah-olah dialah yang berjasa dalam suatu perutusan tertentu. Kisah Yunus yang kita dengar hari ini menggambarkan sisi kemanusiaan Yunus. Ia tadinya berpikir bahwa orang Niniwe sangat jahat maka Tuhan layak untuk menghancurkan kota berpenduduk seratus dua puluh ribu jiwa. Tetapi orang-orang Niniwe sudah bertobat secara radikal. Dalam hal ini warta pertobatan Yunus diterima dengan baik dan semua orang bahkan ternak mengatakan pertobatannya kepada Tuhan. Dengan perubahan radikal ini maka Tuhan tidak menghancurkan Niniwe. 

Banyak kali kita juga berdoa dan seolah-olah mau mengatur atau mengendalikan Tuhan. Yunus juga berpikir demikian dan ia kecewa dengan Tuhan. Tetapi Tuhan menyadarkan dia sehingga ia mengakui Allah yang mahapengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setianya serta menyesal karena malapetaka yang sudah dirancangNya. Tuhan menegaskan kepada Yunus bahwa pertobatan itu nilainya lebih tinggi dari pada kata-kata atau nasihat semata-mata. Tuhan yang memiliki kuasa untuk mengampuni orang yang berdosa.


Doa: Tuhan, kami berterima kasih kepadaMu karena Engkau mengajar kami untuk berdoa tanpa henti. Bantulah kami untuk senantiasa bersyukur kepadaMu, berharap pada semua penyelenggaraanMu dan Engkau menganugerahkan semua yang kami butuhkan di dalam hidup sepanjang hari ini. Amen.

PJSDB 

Leave a Reply

Leave a Reply