Homili Hari Minggu Biasa ke-XXIX/C

Hari Minggu Biasa XXIX

Kel 17:8-13
Mzm 121:1-2.3-4. 5-6.7-8
2Tim 3:14-4:2
Luk 18:1-8
Allah sang Pembela

Allah adalah kasih (1Yoh 4:8.16). Ini adalah rumusan tentang hakekat Allah yang kita kenal, baik di dalam Kitab Perjanjian Lama maupun Kitab Perjanjian Baru. HakikatNya ini Ia tunjukkan kepada manusia dengan kasih yang tiada batasNya. Di dalam Kitab Perjanjian Lama Tuhan mengutus para nabi untuk bernubuat sekaligus mempersiapkan umat Allah untuk memperoleh keselamatan. Tuhan menggenapi nubuat-nubuatNya dengan mengutus Yesus Kristus PuteraNya. Ia rela wafat di kayu salib untuk keselamatan umat manusia (Flp 2:8). Pemazmur pernah berdoa seperti ini: “Aku tahu bahwa Tuhan akan memberi keadilan kepada kaum tertindas dan membela perkara orang-orang miskin” (Mzm 140: 12). Tuhan Yesus telah wafat, bangkit dan naik ke Surga, duduk di sebelah kanan Allah dan menjadi pembela kita (Rm 8:34). Tuhan adalah pembela kita. 

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu Biasa XXIX/C ini menggambarkan bagaimana Allah sangat mengasihi sehingga Ia membela semua orang yang berharap kepadaNya. Orang-orang yang berharap adalah mereka yang menjadi pilihan dan Ia mengasihi mereka. Yesus di dalam Injil Lukas memberi perumpamaan kepada para muridNya untuk menegaskan bahwa mereka harus selalu berdoa tanpa jemu-jemu. Di kisahkan bahwa ada seorang hakim yang yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati manusia. Di tempat itu, ada juga seorang janda yang selalu datang kepada hakim untuk meminta supaya haknya dibela oleh sang hakim itu. Oleh karena janda itu tanpa jemu-jemu datang kepadanya maka ia akhirnya membela janda itu supaya tidak menyusahkannya lagi. Menurut Yesus, kalau hakim yang tidak jujur, dengan motivasi negatif dapat membela hak si janda, apalagi Allah Bapa di Surga. Ia akan membela orang-orang pilihanNya yang siang dan malam berseru kepadaNya. Kendati pun Ia mengulur-ulur waktu atas mereka, namun Ia juga akan segera membela mereka. Untuk itu butuh iman dari orang-orang yang percaya kepada Tuhan. 

Ada banyak orang yang kecewa dengan Tuhan karena merasa doa-doanya tidak dikabulkan. Mereka memang menyadari bahwa Tuhan sendiri berfirman supaya berdoa tanpa jemu-jemu. Tuhan Yesus bahkan menginstruksikan: “mintalah, carilah, ketuklah…maka kamu akan mendapatkan” (Luk 11:9 dst). Namun demikian kita juga harus sadar bahwa Tuhan selalu memberi apa yang kita butuhkan buka apa yang kita minta. Banyak kali kita meminta apa yang tidak kita butuhkan. Perlu kita ingat bahwa setiap doa permohonan asal dilakukan dengan yakin dan tanpa jemu-jemu, pasti dikabulkan oleh Allah. Contoh yang jelas adalah si janda di dalam bacaan Injil hari ini.

Di dalam Bacaan pertama dari Kitab Keluaran, kita mendapat gambaran yang jelas tentang ketekunan doa Musa yang membawa kemenangan bagi Israel atas bangsa Amelek. Apa yang dilakukan Musa? Apabila Musa mengangkat tangannya maka pasukan Israel yang dipimpin oleh Yosua menjadi kuat tetapi kalau Musa menurunkannya maka pasukan Amalek lebih kuat. Maka Harun dan Hur harus mengambil sebuah batu sebagai tempat duduk Musa dan keduany menopang kedua tangan Musa seharian. Pasukan Israel di bawah pimpinan Yosua memenangkan perang. Musa tidak hanya sekedar mengangkan tangan tetapi ia berdoa tanpa jemu-jemu dengan memohon pertolongan Tuhan demi kemenangan Israel terhadap bangsa Amelek. Sebenarnya kisah ini mau mengatakan bahwa Allah sendirilah yang berperang untuk membela umat pilihanNya. Allah selalu setia kepada umatNya. Kita pun melalui doa dan puji-pujian menunjukkan kesetiaan kita kepada Allah. Kita mengakui dan berjanji bahwa kita mengimaniNya selama-lamanya.

Perumpamaan tentang hakim yang jahat dan janda yang dibelanya juga mau mengatakan kepada kita tentang Allah sebagai pembela umat kesayangan yang selalu setia dan berharap kepadaNya. Allah tidak hanya sebatas mendengar dan mengabulkan doa tetapi Ia menjadi pembela umat pilihanNya dalam pengadilan terakhir pada saat kedatangan kembali Yesus Kristus. Kalau saja hakim yang jahat mau membela sang janda dengan motivasinya yang negatif, apalagi Allah Bapa yang mahabaik. Dia akan membela umat yang berharap kepadaNya dan dalam waktu lambat atau cepat Ia pasti membelanya. Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Di pihak manusia, kita mengambil semangat sang janda. Janda itu figur pribadi yang lemah, tetapi tekun memohon kepada yang berkuasa yakni Tuhan sendiri untuk membelanya. Kita harus banyak berdoa sehingga dapat menumbukan iman kita kepada Tuhan. Tanpa doa, iman kita menjadi kerdil.

St. Paulus di dalam bacaan kedua, mengingatkan Timotius untuk tetap berpegang pada kebenaran yang telah ia terima dan yakin serta mengingat semua orang yang sudah mengajarkannya. Di samping itu Timotius juga dingatkan untuk mencintai Kitab Suci sebagai sumber hikmat. Kitab Suci sendiri adalah tulisan yang diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran. Semua ini membantu kita untuk selalu berbuat baik. Mewartakan Sabda adalah sebuah tugas panggilan bagi kita semua. Paulus meminta supaya selalu siap sedia untuk mewartakan Sabda, baik atau tidak baik waktunya.

Hari ini adalah Hari Minggu Misi. Pesan St. Paulus masih sangat aktual bagi Gereja saat ini. Sebagai orang yang dibaptis kita memiliki tugas dan panggilan luhur untuk mewartakan Sabda hingga ke ujung dunia. Tuhan Yesus berjanji untuk menyertai hingga akhir zaman. Semoga sabda Tuhan yang hari ini kita dengar menjadikan kita sebagai pembawa khabar sukacita kepada semua orang. Dengan demikian nama Tuhan Yesus semakin dikenal dan dimuliakan oleh semua orang. 

Doa: Tuhan Yesus Kristus, kami bersyukur kepadaMu karena Engkau mengajar kami untuk mengenal Bapa sebagai pembela kami ketika Engkau akan datang kembali. Bantulah kami untuk selalu bersyukur kepadaMu melalui doa-doa dan pujian kami kepadaMu. Amen

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply