Uomo di Dio

Saling Menopang

Saya pernah melihat sebuah gambar yang unik. Ada sebuah batu besar di atas sebuah bukit yang terjal. Batu itu kelihatan sepintas dapat jatuh kapan saja tetapi ditopang oleh batu lain yang lebih kecil. Mungkin titik bebannya tepat sehingga angin dan goncangan apa pun tidak pernah membuat batu itu jatuh dari atas bukit. Saya juga pernah melihat sebuah bangunan yang besar dan sudah cukup lama dibangun. Sebenarnya bangunan itu sudah roboh tetapi masih bertahan karena ada sebuah tiang penyanggah yang kokoh. Semua beban bangunan ada di atasnya. Orang-orang yang berkunjung merasa heran tetapi juga takut karena bangunan itu bisa roboh kalau penyanggahnya sudah tidak kuat lagi.

Menyaksikan dua hal ini saya membayangkan hidup manusia sendiri. Kita pun dapat tetap kokoh dan kuat kalau kita butuh orang lain yang menopang kehidupan kita. Pertama-taman Tuhan sendiri yang menopang kita sejak menjadi bayi yang lemah di dalam kandungan hingga lahir dan bertumbuh. Kedua orang tua memiliki peran yang vital, saling tolong menolong untuk menopang kehidupan kita. Saudara-saudari, sahabat kenalan juga memiliki andil yang besar dalam kehidupan sosial, bisa beinteraksi dengan sesama karena kehadiran dan partisipasi mereka di dalam kehidupan pribadi kita.
Di dalam Kitab Keluaran (17:8-13) terdapat sebuah kisah yang menarik tentang saling menopang. Pada suatu saat bangsa Israel tiba di daerah Rafidim. Di tempat itu terjadi perang antara orang-orang Amalek dan orang Israel. Tuhan menyuruh Musa untuk menyiapkan orang-orang yang dapat bertempur melawan orang-orang Amalek. Yosua dipilih untuk memimpin pasukan Israel. Musa, Harun dan Hur naik ke atas sebuah bukit untuk menyaksikan pertempuran. Setiap kali Musa mengangkat tangannya pasukan Israel menjadi kuat tetapi ketika Musa menurunkan tangannya pasukan Israel menjadi lemah sedangkan pasukan Amalek menjadi kuat. Untuk itu Harun dan Hur mengambil sebuah batu dan menjadikannya tempat duduk yang nyaman bagi Musa, lalu Harun dan Hur duduk dan menopang tangan kanan dan kiri Musa hingga matahari terbenam. Pasukan Israel menang terhadap orang-orang Amalek karena doa Musa dan dukungan dari Harun dan Hur. Boleh dikatakan bahwa Tuhan sendiri yang berperang dan memberi kemenangan kepada Israel.
Para pria yang menjadi figur utama di sini melakukan tugas mereka masing-masing. Yosua mengatur strategi perang dan mendapat dukungan dari Tuhan melalui Musa. Musa sebagai pempimpin tidak bisa bekerja sendiri. Ia membutuhkan orang lain untuk menopangnya. Kehadiran Tuhan dalam diri Harun dan Hur membuat Musa menjadi kuat. Bisa dibayangkan dukungan luar biasa Harun dan Hur, mereka rela duduk dan menopang lengan Musa sehingga tidak lemah.
Spiritualitas Pria Katolik macam apa yang dapat kita ambil dari kisah ini? Seorang Pria Katolik dapat menjadi penopang yang baik dalam hidup bersama. Misalnya di dalam keluarga, pria katolik dapat menjadi seperti tiang yang kokoh untuk menopang seluruh keluarga. Seorang Pria katolik dapat menopang sebuah karya pelayanan di tempat di mana ia bekerja. Untuk menjadi penopang perlu sikap rela berkorban karena semua beban ada dipundaknya.

Marilah kita memandang Yesus, sumber spiritualitas kita. Ia menopang kehidupan kita ketika ia diangkat di atas kayu salib. Dengan memandang Dia yang tersalib kita merasakan keselamatan yang  datang dari Allah kita. Ia tidak hanya diangkat di atas kayu salib, tetapi Ia juga wafat dan bangkit bagi kita semua. Peristiwa Paskah Kristus ini menjadi dasar yang kokoh spiritualitas Pria Katolik.

Semoga pada hari ini kita semua menyadari panggilan kita masing-masing dan berusaha untuk selalu siap kapan dan di mana saja menjadi penopang kehidupan bagi sesama yang lain. Kita saling menopang satu sama lain. Tuhan memberkati kita semua.
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply