Renungan 24 Oktober 2013

Hari Kamis, Pekan Biasa XXIX

Rm 6:19-23

Mzm 1:1-4.6

Luk 12:49-53

Hidup kekal itu tujuan kita

St. Paulus melanjutkan pengajarannya tentang dosa dan rahmat. Ia mengetahui dengan baik keadaan jemaat di Roma dengan segala kelemahan yang mereka miliki terutama kebiasaan-kebiasaan dosa. Pada waktu itu seringkali para budak ditukar oleh para majikan. Kalau ada orang bebas yang berutang kepada seseorang maka orang itu bisa menjual dirinya kepada pemberi utang sebagai ganti utangnya. Dan aneka pelacuran diri yang menunjukkan bahwa martabat manusia sungguh-sungguh tidak dihargai saat itu. Itu sebabnya Paulus berani mengatakan kepada mereka: “Kalian dahulu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kalian kepada kedurhakaan, demikian kalian sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kalian kepada pengudusan” (Rm 6:19).


Para anggota jemaat di Roma sebelumnya adalah orang-orang kafir dan perilaku hidupnya di dalam dosa. Paulus perlahan-lahan mengantar mereka untuk menyadari hidup mereka di masa lalu dan sekarang di dalam Yesus Kristus mereka beroleh hidup baru sebagai orang merdeka. Hidup mereka di masa lalu ditandai dengan melacurkan diri. Mereka mencemarkan anggota-anggota tubuh mereka untuk kepuasan diri dan majikannya. Tetapi dengan mengenal Kristus yang diwartakan oleh Paulus maka diharapkan supaya mereka dapat berubah. Mereka beralih dari hamba kelaliman ke hamba kebenaran. Hamba kelaliman akan membawa kepada kematian. Hamba kebenaran akan membawa kepada kehidupan kekal.


Pada akhirnya Paulus meyakinkan jemaat di Roma untuk mendengar semua pengajarannya terutama Kristus yang sedang ia wartakan. Kristus yang dapat mengubah mereka dari hidup dalam dosa menjadi hidup kudus dan tak bercela di hadiratNya. Hidup yang beralih dari hamba dosa kepada kemerdekaan sebagai anak-anak Allah. Hidup baru yang diberikan oleh Kristus adalah hidup dalam rahmat dan kasih karunia atau hidup sebagai orang kudus. Menurut Paulus upah dari dosa dan kelaliman adalah maut tetapi kasih karunia Allah adalah hidup kekal dalam Kristus Yesus Tuhan kita. Di sini kita melihat ada semacam gerakan yang positif dari pengajaran Paulus di Roma. Ia tidak memulai semuanya secara teoritis tetapi memulainya dari pengalaman hidup jemaat yang konkret. Realitas dosa memang sedang dialami oleh jemaat di Roma sebelumnya dan  saat Paulus menginjili mereka. Tetapi satu harapan besar dari Paulus adalah pertobatan yang radikal kepada Kristus. Bertobat berarti menerima kemerdekaan sebagai anak-anak Allah dan hidup kekal adalah jaminannya. Wejangan Paulus juga menjadi wejangan untuk kita semua. Kita sedang berjalan menuju kepadaNya.


Hidup kekal adalah hidup di dalam Roh. Roh Kudus dianugerahkan oleh Tuhan kepada semua orang yang percaya kepadaNya. Tuhan Yesus di dalam bacaan Injil mengatakan bahwa Ia datang ke dunia untuk melemparkan api ke bumi dan Ia mendambahkan agar api itu tetap menyala. Api di dalam Kitab Suci memiliki makna yang mendalam. Api menunjukkan tindakan pengadilan ilahi yang dilakukan Tuhan kepada dunia dan manusia ciptaanNya. Allah mewahyukan diriNya dalam simbol Api. Misalnya ketika Ia menampakkan diriNya kepada Musa  dalam belukar menyala (Kel 3:2). Api adalah simbol kemuliaann Tuhan (Yeh 1:4.13); Perlindungan Tuhan kepada umatNya (2Raj 6:17); Kekudusan Tuhan (Ul 4:24); Tuhan adil (Za 13:9); Kuasa Tuhan untuk melawan kaum pendosa dan memurnikannya (Yes 66:15-16; Yeh 38:22). Di dalam Injil api melambangkan Roh Kudus (Mat 3:11;Kis 2:3). Jadi api dari Tuhan itu sifatnya memurnikan dan membersihkan. Api melambangkan keselamatan dalam arti Yesus beralih dari kematian kepada kebangkitanNya yang mulia.


Yesus juga mengatakan bahwa Ia datang bukan untuk membawa damai melainkan pertentangan. Ia menggambarkan bagaimana relasi antar pribadi di dalam sebuah keluarga akan kacau karena pertentangan satu sama lain. Butuh damai! Damai adalah anugerah Mesianis yang dijanjikan oleh Tuhan. Namun karena ketegaran hati manusia maka mereka tidak terbuka, menjadi buta terhadap keselamatan yang ada di dalam diri Yesus Kristus. Yesus sendiri mengalami penolakan di mana-mana maka para muridNya juga akan mengalami pengalaman Yesus di dalam hidup mereka. Pertentangan, penolakan masih ada di dalam Gereja hingga saat ini. Para murid Kristus menjadi gereja yang dianiaya, tidak diakui hak-hak hidup dan kebebasan mereka untuk beribada. Dosa masih merajalela di dunia ini. Itu sebabnya butuh Api yang dapat memurnikan dunia ini. Butuh Roh Kudus yang dapat menguduskan kita semua.



Mari kita menyadari kehadiran dan pendampingan Tuhan melalui Roh KudusNya di dalam hidup setiap hari sambil bersyukur dan menyembah Dia. Hidup kita ada di dalam tanganNya. Dialah yang mengampuni dosa-dosa kita dan membawa kita kepada kehidupan kekal.  Itulah tujuan hidup kita di dunia bahwa kita akan menjadi kudus dan tak bercela di hadirat Tuhan kelak.


Doa: Tuhan, utuslah RohMu yang kudus untuk menguduskan kami sehingga layak berada di hadiratMu. Datanglah Roh Kudus, jadikanlah kami menjadi baru. Amen


PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply