Renungan 25 Oktober 2013

Hari Jumat, Pekan Biasa XXIX

Rm 7:18-25

Mzm 119:66.68.76.77.93.94

Luk 12:54-59

 Selalu Berbuat Baik


Tuhan Yesus dalam kotbahNya di bukit berkata kepada para muridNya: “Demikian hendaklah terangmu bercahaya di depan orang supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di Sorga” (Mat 5:16). Perkataan Yesus ini memiliki kekuatan tersendiri di dalam hidup setiap hari. Ada satu pertanyaan yang selalu kita hadapi secara pribadi: “Apakah saya berbuat baik?” Ini menjadi sebuah pertanyaan untuk direnungkan oleh setiap orang. Dengan berbuat baik setiap hari kita laksana terang yang bercahaya dan nama Tuhan dimuliakan di bumi ini. St. Paulus dalam suratnya kepada Timotius menulis: “Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” (2Tim 3:17). Kita juga mengingat sebuah episode di dalam Injil di mana seorang pemuda datang dan bertanya kepada Yesus tentang perbuatan baik macam apa yang yang harus ia buat untuk memperoleh hidup kekal (Mat 19:16). Menurut Yesus, perbuatan baik ternyata bukan hanya terletak pada usaha untuk menghayati perintah-perintah Tuhan tetapi juga bagaimana orang memiliki sikap lepas bebas supaya dapat mengabdi dan mengasihi sesama.


Dalam pengalaman hidup yang nyata, kita selalu berusaha untuk berbuat baik. Kecendrungan untuk berbuat baik kepada sesama itu seperti meterai atau DNA yang sudah menempel di dalam diri kita. Namun demikian tantangan yang selalu kita hadapi adalah pada saat kita sedang berusaha untuk berbuat baik ada juga kecenderungan manusiawi untuk berbuat jahat. Anda boleh beraktivitas menolong sesama misalnya, tetapi kadang-kadang muncul keinginan untuk tidak menolong. Kadang-kadang kebaikan selalu diperlawankan dengan kejahatan. Oleh karena itu setiap orang perlu pandai membaca tanda-tanda zaman di dalam hidupnya. Sebagaimana tanda-tanda yang terjadi di alam, demikian tanda-tanda kehidupan juga patut dimengerti oleh setiap pribadi.


St. Paulus di dalam suratnya kepada jemaat di Roma mencoba memeriksa bathinnya dan membagikan pengalaman rohaninya kepada kita semua. Ia menulis: “Saudara-saudara, aku tahu, tidak sesuatu yang baik di dalam diriku sebagai manusia. Sebab kehendak memang ada di dalam diriku tetapi berbuat baik itu tidak ada. Sebab bukan yang baik seperti yang kukehendaki, yang kuperbuat,melainkan yang jahat yang tidak kukehendaki.” (Rm 7:18-19). Pengalaman Paulus ini masih aktual di dalam kehidupan kita masing-masing. Ada potensi untuk berbuat baik sebagai bagian dari rahmat, tetapi kecenderungan untuk berbuat jahat juga besar dan selalu melawan yang baik. Dengan kata lain, dosa selalu ada di dalam diri kita dan dosalah yang melawan kebaikan-kebaikan yang hendak kita lakukan. Paulus merasakan pengalaman rohani ini sekaligus menjadi pergumulan yang besar. Tetapi ia akhirnya menyadari bahwa Yesus Kristuslah yang menjadi satu-satunya Penyelamat. Dialah yang memerdekakan Paulus dari pergumulan bathinnya ini.


Pengalaman pergumulan Paulus memang menjadi juga pergumulan kita semua. Kita pun sering memiliki kecenderungan untuk berbuat baik, menolong sesama yang menderita tetapi di saat yang sama kecenderungan untuk berbuat dosa juga menguasai kita. Paulus memiliki pengalaman bagaimana sulitnya mengontrol anggota-anggota tubuhnya terhadap dosa. Bagaimana ia harus berusaha untuk bermatiraga terhadap segala sesuatu di dalam pelayanannya. Kita pun merasakan hal yang sama. Banyak orang mungkin berniat untuk menolong sesama dan berbuat baik tetapi pada saat yang sama ia melecehkan orang yang dibantu dengan kekerasan verbal dengan angota-anggota tubuhnya. Misalnya tatapan yang menyudutkan orang lain, menyalah gunakan tangan atau kaki. Semua ini merupakan tantangan untuk kita semua. Maka kalau anda mau berbuat baik, hendaknya memiliki sikap lepas bebas, berusaha untuk melepaskan diri dari segala sesuatu yang menghalangi kita untuk berbuat baik.


Apa yang harus kita lakukan? Kita harus pandai membaca tanda-tanda zaman. Tanda-tanda yang kiranya membantu kita untuk memahami semua rencana dan kehendak Tuhan sehingga kita dapat mempersiapkan diri untuk menyambut kedatanganNya. Tentu saja kita harus kembali kepada komitmen pribadi untuk selalu berbuat baik. Konsili Vatican II menekankan bahwa pada setiap zaman gereja memiliki tanggung jawab untuk membaca tanda-tanda zaman dan menafsirkannya dalam terang Injil. (GS, 4). Manusia memang memiliki kemampuan untuk mengerti tanda-tanda alamiah di langit dan bumi tetapi tanda-tanda tidak mengerti tentang tanda-tanda zaman (Luk 12:56). Untuk dapat mengerti tanda kehadiran Kristus maka orang harus terbuka kepadaNya. Keterbukaan kepada Yesus mengandaikan pertobatan yang terus menerus dan kemampuan untuk selalu berbuat baik kepada sesama. Mari, pada hari ini kita jangan berhenti berbuat baik. Teruslah berbuat baik sehingga nama Tuhan dapat dimuliakan di surga dan di bumi.


Doa: Tuhan, terima kasih kami panjatkan kepadaMu atas semua berkat. Engkau memberikan kami tanda-tanda zaman untuk membangun kesadaran iman dan membantu kami untuk semakin mengasihi Engkau di dalam diri Yesus Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amen

PJSDB 
Leave a Reply

Leave a Reply