Homili Hari Raya Semua Orang Kudus – 2013

Hari Raya Semua Orang Kudus
Why 7:2-4.9-14
Mzm 24:1-6
1Yoh 3:1-3
Mat 5:1-12a
Jadilah Orang Kudus!
 
Pada hari ini kita merayakan Hari Raya semua orang Kudus. Hari Raya ini dimulai di dalam lingkungan Gereja-Gereja Timur untuk menghormati para martir. Para martir telah menumpahkan darahnya untuk mempertahankan iman mereka kepada Yesus Kristus. Di dalam Gereja Barat atau Gereja Katolik Roma, perayaan ini di mulai pada tahun 609 ketika Paus Bonifasius IV merombak Pantheon yang saat itu menjadi tempat ibadat kafir kepada para dewa-dewi Romawi menjadi sebuah Gereja yang dipersembahkan kepada Bunda Maria dan para Rasul. Selama waktu yang cukup lama devosi kepada para kudus ini dirayakan setelah hari raya Pentekosta. Semakin lama dirasakan bahwa umat memiliki devosi kepada para kudus dalam hal ini mereka yang sudah dikanonisasi atau yang belum dikanonisasi, bahkan yang tidak diketahui karena doa-doa mereka dikabulkan Tuhan dengan perantaraan para kudus.
 
Hari Raya Semua Orang Kudus dikhususkan untuk menghormati segenap anggota Gereja yang bergabung dalam persekutuan para kudus. Mereka sudah mempercayakan dirinya untuk disucikan dengan Darah Anak Domba. Di dalam kitab Wahyu dikatakan bahwa mereka adalah rombongan besar yang berdiri di hadirat takhta Allah, karena mereka semua sudah memelihara iman dengan baik sehingga memperoleh ganjaran besar di Surga. Para kudus adalah mereka yang sudah meninggal dunia dan masuk ke dalam hidup abadi di Surga. Bunda Maria, para kudus dan martir yang jaya merupakan Gereja yang jaya dan bahagia di Surga. Yesus menyalami mereka: “Berbahagialah mereka yang murni hatinya karena mereka akan melihat Allah” (Mat 5:8). Para kudus juga bersatu dengan kita semua yang masih mengembara di dunia ini. Mereka menikmati kehidupan kekal di Surga dan tidak bersatu secara fisik dengan kita di dunia dalam iman dan harapan tetapi mereka bersatu dalam kasih dengan kita. St. Paulus mengatakan bahwa dari tiga kebajikan ilahi ini yang tinggal selamanya adalah kasih (1Kor 13:13). Kasih yang mempersatukan kita dengan Allah Tritunggal Mahakudus.  
 

Para kudus di dalam Gereja katolik dikenal dengan gelar-gelar tertentu. Pertama adalah Servo di Dio (Hamba Allah). Servo di Dio adalah pengakuan dari Gereja terhadap kekudusan seseorang sesudah meninggal dunia. Ini adalah proses awal untuk menghormati orang kudus dengan memperhatikan kekudusan dan kepahlawanannya sebagai orang beriman. Proses ini bisanya dibuat pada tingkat keuskupan. Kedua, Venerabile. Gelar Venerabile ini dianugerahkan kepada seseorang melalui dekrit Kongregasi untuk proses seseorang digelar kudus karena kebajikan-kebajikan kepahlawanan yang dimilikinya untuk mempertahankan iman kepada Kristus. Ketiga, Beato atau Beata (Yang berbahagia). Ada sekurang-kurangnya satu mukjizat Tuhan melalui perantaraan Venerabile sehingga Venerabile itu dapat digelar Beato atau Beata. Keempat, Orang kudus (Santo atau Santa). Ketika ada mukjizat kedua dengan perantaraan seorang Beato maka Beato tersebut akan di beri gelar Santo. Jadi para santo dan santa itu dikanonisasi oleh Paus setelah melewati proses yang panjang. Ada mukjizat-mukjizat dari Tuhan dan dirasakan oleh banyak orang dan diakui sebagai karya Tuhan.

 

 
Para kudus dari tingkat Servo di Dio, Venerabile, Beato atau Beata dan Santo atau Santa mengalami kemuliaan abadi di Surga. Kemuliaan dan kebahagiaan mereka digambarkan oleh St. Paulus seperti ini: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia; semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (1Kor 2:9). Para kudus adalah mereka yang sudah memandang Allah dengan mata mereka dan tinggal selama-lamanya dengan Tuhan. Para kudus adalah mereka yang berbahagia di Surga bersama Yesus. Ini adalah sebuah realitas dari Rahasia keselamatan. Rahasia yang kita akui setiap kali mendoakan doa Aku Percaya: “Aku percaya akan persekutuan para kudus”.
 

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada Hari Raya ini mengorientasikan kita kepada Allah sumber kehidupan kita. Yohanes dalam Kitab Wahyu misalnya memiliki visi tentang para kudus. Ia berkata: “Aku melihat suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak terhitung jumlahnya dari segala bangsa, suku dan bahasa. Mereka berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih, dan memegang daun-daun palem di tangan” (Why 7: 9). Kumpulan besar orang banyak yang tak terhitung jumlahnya ini oleh Gereja Purba disebut persekutuan para kudus. Ini juga yang menjadi keyakinan Gereja Katolik terhadap semua orang yang dikuduskan oleh Tuhan. Para Kudus itu oleh Yohanes, mereka tetap berseru: “Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!” (Why 7:10).

 

 

Yohanes dalam Bacaan Kedua menegaskan bahwa para kudus adalah semua orang yang akan melihat Kristus dalam keadaan yang sebenarnya. Hal ini dapat terjadi pada orang yang merasakan kasih Allah dan menjadi anak-anak Allah. Dengan demikian orang tersebut akan menguduskan dirinya bagi Tuhan. Sebenarnya Yesus sendiri sudah berjanji kepada para muridNya bahwa Ia akan tetap bersama mereka selamanya. Dalam malam perjamuan terakhir Yesus berkata: “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada” (Yoh 14:1-3).

 

 
Perayaan Hari Raya Semua Orang Kudus mengorientasikan kita sebagai orang yang sudah dibaptis untuk berjalan dalam jalan kekudusan. St. Paulus mengatakan bahwa kekudusan adalah sebuah panggilan dari Tuhan (Rm 1:7) bahkan sebelum dunia dijadikan, Tuhan sudah memanggil kita untuk menjadi kudus supaya hidup tanpa cacat di hadiratNya (Ef 1:4). Kekudusan menjadi panggilan kita sesuai rencana Allah. Oleh karena itu kita menyiapkan diri kita dengan berdoa dan menghayati kebajikan-kebajikan Kristiani. Kiranya kita juga dapat masuk dalam hitungan sejumlah besar orang yang tak terhitung jumlahnya dan yang berpakaian putih di hadirat takhta Allah.
 
Doa: Tuhan, kami bersyukur kepadaMu karena anugerah hidup kudus yang Engkau berikan kepada kami. Semoga kami dapat bersatu dengan Dikau selamanya. Amen
PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply