Homili 27 November 2013

Hari Rabu, Pekan Biasa XXXIV

Dan 5:1-6.13-14.16-17.23-28

Mzm (Dan) 3:62-67

Luk 21:12-19

 

Mengikuti Jejak Kristus

 

P. John SDBBanyak di antara kita yang pernah membaca buku devosional klasik karya Thomas Kempis berjudul De Imitatione Christi atau Mengikuti Jejak Kristus. Buku ini diterbitkan sekitar tahun 1418-1427. Ada beberapa bagian penting dari buku tersebut yang dapat membantu pertumbuhan rohani kita berdasar pada hidup Yesus sendiri. Misalnya tentang hal-hal yang berguna untuk membantu kehidupan rohani, pertimbangan-pertimbangan untuk membantu pertumbuhan  kehidupan rohani, tentang percakapan bathin, dan devosi kepada Sakramen Mahakudus. Buku ini tetaplah menjadi buku devosional yang sangat inspiratif bagi umat katolik. Kalau membaca buku ini kita semakin diperkaya oleh pengenalan kita akan Yesus di dalam Injil. Buku ini mau membantu kita untuk menjadi pengikut Kristus yang benar. Mengikuti jejak Kristus berarti masing-masing kita berusaha untuk menyerupai Dia, mengikutiNya dari dekat.

Banyak orang mau mengikuti Yesus dari dekat dan konsekuen dengan panggilannya. Mereka bahkan menjadi martir. Para martir adalah orang-orang beriman yang mempertahankan imannya karena cintanya kepada Kristus dan InjilNya. Dalam sejarah Gereja katolik, terdapat banyak orang yang mengorbankan nyawanya dengan cara menumpahkan darah karena mempertahankan iman mereka. Mereka dibunuh dengan cara tertentu seperti dibakar hidup-hidup, dijadikan makanan hewan liar, disuntik dengan racun dan ada yang disalibkan. Ada juga yang tidak menumpahkan darah tetapi mereka mengabdikan diri sampai mati di tempat di mana mereka melayani. Misalnya mereka yang bekerja dengan orang-orang sakit akhirnya meninggal karena terjangkit oleh penyakit menular dari pasien yang dilayaninya. Orang seperti ini boleh disebut martir cinta kasih. TuhanYesus pernah mengatakan tentang kemartiran itu seperti biji gandum: “Sesungguhnya jika biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mat, ia tetap satu biji saja, tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yoh 12:24). Yesus juga berkata, “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Mat 10:39). Mengikuti Kristus berarti siap untuk masuk dalam sekolah penderitaan.

Pada hari ini, Yesus dalam Injil Lukas berbicara tentang luhurnya sebuah kemartiran. Ia berkata kepada para muridNya: “Akan datang harinya kalian ditangkap dan dianiaya. Karena namaKu kalian akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat, dimasukkan ke dalam penjara dan dihadapkan kepada raja-raja dan para penguasa. Hal itu akan menjadi kesempatan  bagimu untuk bersaksi”. Kata-kata Yesus ini memang menjadi kenyataan bagi semua orang yang mengikutiNya. Para  murid mengalami kesulitan, tantangan bahkan nyawa menjadi taruhan, dan bagi Yesus ini adalah kesempatan untuk bersaksi.

Pada zaman ini masih ada pengikut Kristus di daerah tertentu yang mengalami banyak kesulitan. Dalam konteks Indonesia, gereja-gereja di negeri ini lebih banyak mengalami kesulitan untuk memperoleh ijin untuk membangun gereja, ijin untuk melakukan kegiatan beribadat. Ada semacam ketakutan terselubung dari banyak orang. Padahal kalau semua orang itu beriman maka mereka tidak akan terpengaruh dengan agama yang lain. Ada orang mengaku beriman tetapi tidak beragama atau ada juga yang mengaku beragama tetapi tidak beriman. Ini dua hal yang ada dalam masyarakat kita.

Dalam situasi menderita, para murid tidak perlu takut. Tuhan Yesus mengharapkan supaya para murid tetap teguh hati dan tidak perlu kuatir terhadap pembelaannya. Ia berkata: “Aku sendirilah yang akan memberikan kata-kata hikmat, sehingga kalian tidak dapat ditentang atau dibantah oleh lawan-lawan”. Yesus juga mengatakan bahwa akan ada saat di mana para murid akan diserahkan oleh orang tua, saudara-saudara, kaum keluarga dan sahabat-sahabat bahkan ada yang dibunuh. Ada rasa benci yang besar tetapi tidak sehelai rambut kepala pun akan hilang. Para murid diharapkan bertahan terhadap situasi ini sehingga mereka dapat memperoleh hidup. Mengikuti Kristus memang merupakan sebuah kebanggaan, tetapi orang harus siap untuk menyerupaiNya. Kristus menderita bagi banyak orang maka kita para pengikutNya pun mengikuti jejak yang sama. Tugas kita adalah membuat orang lain merasa bahagia, mengalami penebusan yang  berlimpah dalam Yesus Kristus. Oleh karena itu kita tidak boleh berhenti berbuat baik kepada semua orang. Yesus juga berbuat baik bagi semua orang.

Apa yang harus kita lakukan? Bacaan pertama dari Kitab Daniel mengajak kita untuk mawas diri untuk tidak menyombongkan diri dan mengandalkan diri kita sendiri. Ketika raja Belsasar lupa diri dengan berfoya-foya dalam kelimpahan. Ia makan dan minum, bersenang-senang dengan para istri dan gundik, menggunakan barang-barang rampasan ayahnya dari Bait Suci Yerusalem yang terbuat dari emas dan perak. Di saat ia sudah lupa diri maka Tuhan menunjukkan kuat kuasaNya dalam tulisan: mene, mene, tekel ufarsin. Tulisan ini membuat raja yang tadinya lupa diri mulai sadar diri dalam suasana ketakutan. Daniel yang dikenal sebagai penafsir ulung mengartikannya: Mene berarti masa  pemerintahan raja Belsasar dihitung oleh Allah dan telah diakhiri. Tekel berarti Belsasar ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan. Peres berarti kerajaan Babel akan pecah menjadi dua bagian dan diberikan kepada orang Media dan Persia. Belsasar raja Kasdim yang sombong itu mati terbunuh.

Kisah ini menunjukkan bahwa Tuhan lebih berkuasa dari pada manusia dan kepintarannya. Semua yang ada itu fana, akan berakhir juga. Kerajaan dan kuasa dunia dengan mudah dihitung dalam tahun, ditimbang bobotnya dan dibagi wilayahnya. Hanya Tuhanlah yang tidak berawal dan berakhir. Dialah satu-satunya Alfa dan Omega. Sejarah hidup manusia selamanya ada di tangan Tuhan. Oleh karena itu manusia seharusnya mengandalkan Tuhan bukan dirinya sendiri. Orang akan kecewa selamanya kalau mengandalkan dirinya dan akhirnya gagal total. Belsasar raja Kasdim adalah contoh orang sombong yang mengandalkan diri sendiri dan lupa bahwa ada penguasa yang lebih kuat, Dialah Tuhan semesta alam.

Bacaan-bacaan hari ini mengajak kita memahami makna hidup kristiani. Hidup kristiani berarti hidup dengan mengandalkan Tuhan dan dan melupakan diri. Mengandalkan diri akan membawa kebinasaan, mengandalkan Tuhan akan membawa kepada kehidupan kekal. Bagaimana dengan anda dan saya? Mengandalkan Tuhan atau mengandalkan diri dengan segala kerapuhan yang kita miliki?

Doa: Tuhan Yesus Kristus, bantulah kami untuk bertumbuh sebagai umatMu yang setia. Semoga hari demi hari kami semakin mengandalkanMu bukan diri kami sendiri. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply