Homili 28 Desember 2013

Pesta Para Kanak Suci (Martir)

Yoh 1:5-2:2

Mzm 124:2-3.4-5.7b-8

Mat 2:13-18

 

Darah Yesus Menyucikan Kita

 

Fr. JohnDalam perjalanan dari Tigaraksa Tangerang ke Jakarta, saya terinspirasi untuk menulis homili ini dari sebuah lagu berjudul “DarahMu Yesus” yang dinyanyikan Sari Simorangkir. Refrain yang selalu diulangi adalah: “DarahMu Yesus sucikan daku, DarahMu Yesus bebaskanku. DarahMu Yesus ubahkan daku, kudijadikan baru”. Dari refrain ini kita mengerti bahwa Darah Yesus itu menyucikan, membebaskan dan mengubah hidup kita menjadi baru. Tuhan datang ke dunia untuk menebus kita dengan menumpahkan darahNya di atas kayu salib. Dari altar yang suci, kita juga mengalami hal yang sama melalui Ekaristi. Dari situ kita perlu menyadari bahwa Ekaristi juga menyucikan, membebaskan dan mengubah hidup kita menjadi baru.

Pada hari ini seluruh Gereja katolik merayakan pesta kanak-kanak suci (Martir). Penginjil Matius mengisahkan kedatangan para majus dari Timur. Mereka singgah di Yerusalem dan berbicara dengan Herodes rencana mereka ke Betlehem untuk menyembah raja yang baru lahir. Herodes merasa kaget sekaligus tersaingi. Ia juga meminta petunjuk untuk ikut menyembah bayi Yesus tetapi tentu saja rencana Herodes ini penuh kejahatan. Karena merasa tersaingi dan dibohongi para majus dari Timur maka murka Herodes menjadi-jadi. Ia menyuruh membunuh anak-anak berusia dua tahun ke bawah di Betlehem dan sekitarnya. Banyak di antara mereka yang seusia Yesus menjadi martir. Beruntunglah bayi Yesus  bersama orang tuaNya sudah mengungsi ke Mesir. Hal ini sesuai dengan peringatan yang diberikan oleh malaikat kepada Yusuf.

Kisah pengungsian keluarga kudus ke Mesir ini membuat kita merasakah peristiwa natal menjadi peristiwa hidup kita setiap hari. Tuhan tidak hanya menjelma menjadi manusia tetapi Ia tinggal bersama kita dan merasakan penderitaan dan perjuangan hidup kita setiap hari. Pengungsian ke Mesir membantu kita mengingat-ingat dan berbelarasa dengan para pengungsi karena bencana banjir, dan gunung meletus yang membuat mereka tidak bisa merayakan natal. Banyak keluarga yang mengungsi karena perlakuan para penguasa yang egois. Dari keluarga kudus kita juga belajar bagaimana Maria dan Yusuf memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memperhatikan Putra mereka. Dalam situasi yang sulit, orang tua selalu menunjukkan kasih yang terdalam bagi anak-anak mereka.

Beberapa hari sebelum merayakan natal, saya mengunjungi pasutri dalam sebuah keluarga yang sedang mengalami kesulitan berkomunikasi dengan anak mereka. Ketika duduk bersama anak dan orang tuanya, anak itu keras kepala dan mempersalahkan orang tuanya karena ia menilai mereka kurang memperhatikannya. Setelah cukup lama mendengar adu mulut di antara mereka, saya meminta kepada ibunya untuk membagi sebuah pengalaman bagaimana suka dukanya sebagai ibu. Ia bercerita, pernah mengalami kesulitan untuk mendapatkan anak. Dengan doa dan matiraga akhirnya Tuhan mengabulkannya. Lahirlah satu-satunya anak laki-laki yang sekarang sedang melawan mereka. Ketika baru sebulan usianya, ia harus menginap di rumah sakit karena sakit. Tuhan mahabaik sehingga memulihkannya sampai sekarang. Setelah bercerita kepada kami saya bertanya kepada anaknya bagaimana perasaannya di hadapan orang tua. Ia berdiri dan memeluk kedua orang tuanya dan meminta maaf. Natal pada tahun ini benar-benar menjadi tanda suka cita di dalam keluarga.

Yohanes dalam bacaan pertama membantu kita untuk mengerti makna kasih dan pengorbanan diri Tuhan Yesus bagi keselamatan manusia. Bagi Yohanes, berita sukacita yang mereka dengar dari Yesus Kristus adalah Allah adalah terang. Di dalam Allah tidak ada kegelapan. Konsekuensinya adalah kita harus hidup dalam terang dan memihak kepada Allah yang lebih dahulu memihak kita. Kita juga sering jatuh dalam dosa maka Yesus menumpahkan darahNya yang kudus untuk menyucikan kita semua.

Permenungan kita lebih lanjut adalah bahwa Yesus dari masih menjadi seorang bayi sudah mengalami banyak penderitaan. Ia menderita bagi kita semua karena dosa. Yohanes mengatakan bahwa Yesus adalah pendamaian untuk segala dosa kita dan bukan  untuk dosa kita saja tetapi dosa seluruh dunia. Para kanak-kanak suci yang menjadi martir, sudah menumpahkan darah mereka demi penebusan yang berlimpah bagi kita juga.

Doa: Tuhan, betapa besar pengorbananMu bagi kami. Engkau telah lahir dan akan wafat bagi keselamatan kami. kami selalu berterima kasih kepadaMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply to Anonymous Cancel reply