Homili 28 Maret 2014

Hari Jumat, Pekan Prapaskah III

Hos 14:2-10;

Mzm 81:6c-8a,8bc-9,10-11ab,14,17;

Mrk 12:28b-34

Tuhan senantiasa lain!

Fr. JohnSeorang pemuda barusan selesai mengaku dosanya di hadapan pastor. Ia keluar dari tempat pengakuan dosa sambil meloncat kegirangan. Ia ditanya temannya mengapa meloncat kegirangan. Ia menjawab: “Saya merasa dikasihi Tuhan.” Temannya berkata: “Jangan sampai itu hanya perasaanmu saja! Tuhan menghendaki agar anda bertobat. Bertobat itu bukan hanya sekedar niat untuk berubah, itu baru pada tingkat menyesal sebagai orang berdosa. Bertobat menjadi sempurna kalau anda sungguh-sungguh berjanji kepada Tuhan untuk tidak mengulangi dosa lagi di dalam hidupmu dan anda melakukan janjimu itu dengan tulus hati.” Pemuda itu merenung sejenak dan berkata: “Saya pasti bisa dengan bantuan Tuhan sendiri!” Dialog dua sahabat muda ini kelihatan sederhana tetapi memiliki dua dimensi yang penting. Pertama, menyangkut pertobatan bukan hanya sekedar menyesal karena berbuat salah dan dosa tetapi berbalik seratus persen kepada Tuhan. Bertobat berarti percaya bahwa Allah memiliki kuasa mengampuni dosa-dosa kita. Kedua, cinta kasih bukan hal yang abstrak tetapi konkret. Orang yang bertobat mengalami kasih dan pengampunan Allah dan dengan sendirinya orang itu akan mengasihi Tuhan  Allah lebih dari segalanya dan mengasihi sesama manusia seperti dirinya sendiri. Ini adalah hukum cinta kasih dan juga menjadi perintah baru dari Tuhan Yesus bagi kita yang mengikutiNya.

Dalam masa prapaskah ini kita semua diarahkan oleh Tuhan untuk membangun semangat pertobatan yang radikal. Tuhan menghendaki demikian karena Ia sangat mengasihi manusia. Ia tidak berniat untuk melenyapkan manusia tetapi hanya satu keinginanNya yakni menyelamatkan manusia sebagai ciptaanNya yang luhur. Di dalam Kitab nabi Yesaya Tuhan bersabda: “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekali pun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau” (Yes 49:15).  Yesus berkata: “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat” (Luk 5:32). Di dalam pikiran Tuhan, hanya keselamatan bukan kebinasaan. Ketika seseorang tidak terbuka pada keselamatan yang ditawarkan Tuhan maka kebinasaan di neraka adalah jaminannya. Akan ada jarak yang memisahkan orang yang diselamatkan dan yang dibinasakan. Maka Aksi Puasa Pembangunan dalam masa prapaskah ini mau membantu kita untuk mewujudkan pertobatan yang benar supaya layak di hadirat Tuhan.

Pada hari ini kita mendengar nabi Hosea menyerukan pentingnya pertobatan bagi umat Israel. Pada waktu itu orang-orang Israel menyembah berhala di gunung Ebal dan gunung Garizim. Mereka membawa sesajian kepada nenek moyang yang diyakini berada di kedua gunung ini. Mereka akhirnya dibuang ke Asyiria sebagai budak. Mereka tetap menyembah berhala dengan membuat patung-patung untuk dijadikan berhala. Terhadap hal ini Hosea berkata: “Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada Tuhan! Katakanlah kepada-Nya: “Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami.” (Hos 14: 2). Pengalaman bersama bangsa Asyur membuktikan bahwa bangsa asing ini tidak memberi pengaruh apa pun kepada mereka. Israel justru harus kuat dan tegar untuk tidak lagi menyembah berhala buatan tangan mereka.

Selanjutnya, apa yang harus dilakukan Tuhan terhadap umat Israel? Tuhan berfirman: “Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan, Aku akan mengasihi mereka dengan sukarela, sebab murka-Ku telah surut dari pada mereka. Aku akan seperti embun bagi Israel, maka ia akan berbunga seperti bunga bakung dan akan menjulurkan akar-akarnya seperti pohon hawar.” (Hos 14: 4-5). Tuhan menunjukkan kebaikanNya kepada kaum pendosa. Ia berjanji untuk memulihkan penyelewengan yang sudah dibuat manusia. Ia mengasihi dengan sukarela, murkanya kepada manusia surut. Dia menjadi embun penyejuk. Lihatlah bahwa Tuhan adalah kasih! Ia tidak memperhitungkan dosa-dosa manusia tetapi melihat manusia sebagai pribadi yang dikasihi.

Tuhan Allah memang lain. Ia tidak memperhitungkan dosa-dosa dan salah manusia. Ia tetap mengasihi dan mengampuni manusia tiada batasnya. Tuhan sendiri berharap supaya kita semua kembali kepada naunganNya. Merenungkan kasih dan pengampunan Tuhan, sebaiknya kita merasa malu karena banyak kali kita mau mengasihi dan mau mengampuni tetapi tidak mampu mewujudkannya. Kita hanya berniat untuk menjadi baik tetapi tidak pernah sampai pada tingkat menjadi manusia yang baik. Kejahatan masih tetap menguasai diri kita. Hebatnya Tuhan kita adalah Ia tetap mengasihi dan mau supaya kita menyerupai Dia. Tuhan senantiasa lain dengan manusia!

Dalam bacaan Injil Tuhan Yesus mengingatkan kita tentang hukum kasih. Orang yang mampu melakukan pertobatan radikal di dalam dirinya, ia juga merasakan kasih yang tiada berkesudahan dari Tuhan. Maka sikap bathin yang harus kita bangun adalah mengasihi Tuhan dan sesama. Inilah perintah baru yang harus kita lakukan sebagai pengikut Kristus. Ia bersabda: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” (Mrk 12:29-31).

Pada hari ini kita mendengar suara Tuhan yang mengingatkan kita tentang kasih dan pertobatan. Mari kita menjawab kasih dan pertobatan ini dengan mengarahkan hati kepada Tuhan sumber kasih dan mengasihiNya, kita juga mengasihi sesama seperti mengasihi diri kita sendiri. Dalam nama Tuhan Yesus kita pasti bisa.

Doa: Tuhan, syukur dan pujian kami haturkan kepadaMu. Semoga hari ini kami dapat bertumbuh dalam kasihMu dan mampu mengasihi Engkau dan sesama kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply