Homili 28 April 2014

Hari Senin, Pekan Paskah II
Kis 4:23-31
Mzm 2:1-3,4-6,7-9
Yoh 3:1-8

Doa itu selalu menguatkan

Fr. JohnAda seorang sahabat yang merasa kehilangan segala-galanya. Ia membuka toko untuk berdagang. Musibah selalu datang silih berganti dialaminya. Misalnya: para karyawan bekerja tidak disiplin dan tidak jujur, mitra usahanya tidak jujur dalam hal keuangan, ia selalu merasa tidak bersemangat ketika berada di dalam kantor, dan yang terakhir adalah tokonya juga ikut terbakar. Ia merasa bahwa Tuhan tidak bersifat adil terhadapnya karena semua yang dimilikinya habis terbakar. Ia lalu membuat perhitungan dengan Tuhan terutama berbagai perbuatan baik yang sudah pernah dilakukannya terhadap sesama. Sambil membuat perhitungan dengan Tuhan, ia merasakan suara Tuhan dalam hatinya berkata: “Salibku lebih berat dari semua yang engkau alami saat ini”. Suara hati itu berulang kali muncul hingga sungguh-sungguh menyadarkannya sebagai mahkluk yang membutuhkan Tuhan. Ia kemudian menjadi sadar, berdoa sambil mengucap syukur kepada Tuhan. Ia bersyukur atas semua pengalaman yang baik dan tidak baik.

Banyak di antara kita memiliki pengalaman masa lalu dan masa kini yang berat. Ada saja pengalaman-pengalaman yang berat yang akhirnya membuat kita bertanya kepada Tuhan, mengapa semuanya itu harus kita alami. Kiranya sangat manusiawi bagi kita untuk mengungkapkan kekecewaan kita terhadap Tuhan. Tetapi pada hari ini kita belajar sikap yang lebih positif dan layak di hadirat Tuhan yakni dalam situasi yang sulit doa selalu menjadi kekuatan. Sikap positif itu kita dapati dari teladan para rasul dan komunitas Gereja perdana. Petrus dan Yohanes dihadapkan di depan Mahkamah Agama dan mereka berdua dilarang untuk berbicara dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Tentu saja ada ketakutan tersendiri karena jumlah orang yang percaya dan dibaptis semakin bertambah. Doa adalah kekuatan bagi para rasul untuk mewartakan kasih Tuhan.

Petrus dan Yohanes dilepaskan oleh Mahkamah Agama Yahudi. Mereka menjumpa semua teman dan membagi pengalaman mereka yang berat kepada mereka terutama sikap dari para pemimpin Yahudi. Reaksi dari teman-teman dalam komunitas bukan kecewa tetapi mereka berdoa. Mengutip Mazmur, mereka berdoa: “Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. Dan oleh Roh Kudus dengan perantaraan hamba-Mu Daud, bapa kami, Engkau telah berfirman: Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang Diurapi-Nya. (Kis 4:24-26; Mzm 2:1-2). Di dalam doa itu mereka juga mengenangkan penderitaan Kristsus dan sekarang mereka juga mengalami penderitaan dan penganiayaan yang sama. Tetapi mereka tetap memohon agar Tuhan memberikan kekuatan kepada mereka untuk berani mewartakan Injil kepada segala makhluk sampai ke ujung dunia. Pada saat itu pentekosta baru terjadi, Roh Kudus melingkupi mereka sehingga mereka berani untuk mewartakan Firman Allah.

Kita butuh Tuhan untuk menguatkan kita dalam mewartakan FirmanNya. Tuhan yang kita jumpai sejauh doa yang tulus dan jujur dari hati ke hati. Di samping doa kita juga butuh waktu untuk bertobat. Bertobat berarti mematikan kedagingan, bersedia untuk lahir kembali. Di dalam bacaan Injil kita mendapat informasi bahwa Tuhan Yesus di datangi oleh Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. Ia bertanya kepada Yesus: “Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya.” (Yoh 3:2). Yesus menanggapi perkataan Nikodemus dengan berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” (Yoh 3:3).

Mendengar perkataan Yesus ini, Nikodemus terheran-heran dan memikirkan perkataan Yesus ini apa adanya. Sebagai pemimpin Yahudi, ia sudah tua sehingga bagaimana mungkin ia mau masuk lagi ke dalam Rahim ibunya. Yesus membuka pemahaman Nikodemus dengan berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.” (Yoh 3:5-8).

Sabda Tuhan pada hari ini mengajak kita untuk melakukan dua hal yang penting. Pertama, supaya kita jangan lupa Tuhan. Hendaknya kita berdoa setiap saat, baik dalam saat membahagiakan mau pun saat kita menderita. Kita membangun semangat pertobatan dengan lahir kembali, menjadi seperti bayi yang polos di hadirat Tuhan sang Pencipta. Bagaimana dengan kehidupan doamu?

Doa: Tuhan berilah kami anugerah kesabaran di dalam hidup ini. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply