Homili 29 April 2014

Hari Selasa, Pekan Paskah II
Kis 4:32-37
Mzm 93:1ab.1c-2.5
Yoh 3:7-15

Indahnya Berbagi!

Fr. JohnLisa Ling adalah seorang Koresponden Oprah Winfrey Show. Ia pernah menceritakan pengalaman pribadinya ketika berjumpa dengan orang-orang yang miskin, kecil dan sederhana. Ketika menyaksikan hidup sesama manusia seperti ini ia selalu berkata: “Jika Tuhan memang ada, bagaimana mungkin Dia membiarkan ini terjadi? Bagaimana Dia membiarkan orang banyak menderita?” Tuhan memberikannya pendamping hidup yang beriman kuat dan berhasil mengubah perilaku hidupnya. Misalnya, pada suatu kesempatan ia mendapat sebuah pesan singkat dari suaminya, bunyinya: “Di sebuah sudut jalan aku melihat seorang gadis berpakaian tipis, menggigil kedinginan tanpa kemungkinan mendapatkan makanan yang layak. Aku marah dan berkata kepada Tuhan: “Mengapa Engkau mengijinkan hal itu terjadi? Mengapa Engkau tidak melakukan apa-apa?” Tuhan menjawabku: “Tentu saja Aku melakukan sesuatu. Aku menghadirkanmu.” Dari pesan singkat ini ia lalu menyadari: “Setiap kali aku mulai menyalahkan Tuhan atas apa yang kutemui di dunia, aku berhenti dan mengingat diriku sendiri, mungkin aku yang harus melakukan suatu upaya yang lebih. Kita terlalu terperangkap pada paham bahwa kita dapat berhasil melupakan tugas kita melayani sesama. Memang perbuatan memberi itu sendiri jauh lebih memuaskan dari pada menghadiahkan sesuatu pada diri sendiri.”

St. Lukas dalam Kisah Para Rasul menggambarkan cara hidup Gereja Perdana. Jumlah orang-orang yang percaya dalam nama Yesus dari Nazareth bertambah banyak. Para rasul mulai belajar untuk menata kelompok yang oleh orang-orang Yahudi di Sinagoga dianggap sekte baru dalam agama Yahudi. Satu ciri khas yang nampak jelas adalah bahwa orang-orang yang percaya itu sehati dan sejiwa dan segala yang ada merupakan milik bersama. Ini tentu bukanlah hal yang mudah. Orang-orang percaya itu berasal dari latar belakang yang berbeda-beda tetapi mereka memiliki persekutuan yang akrab. Ini menjadi kekuatan bagi jemaat perdana.

Dalam suasana persekutuan dan keakraban ini, para rasul menggunakan kesempatan untuk memberikan kesaksian dan keteladanan tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. Satu hal yang penting adalah jemaat perdana memiliki kemampuan untuk saling berbagi satu sama lain. Orang-orang memiliki sikap lepas bebas untuk menjual segala yang mereka miliki, mengumpulkannya di hadapan para rasul dan digunakan secara bersama-sama. Itu sebabnya tidak ada seorang pun yang merasa berkekurangan. Tidak ada orang yang mengklaim diri memberi lebih banyak.

Saya kembali kepada pengalaman Lisa di atas. Banyak kali kita mengeluh terhadap situasi sosial yang ada, kita mempertanyakan eksistensi Tuhan, memberi kritikan tajam kepada para pemerintah atas masalah penanganan kaum papa dan miskin. Kita lupa bahwa Tuhan juga sudah menghadirkan kita untuk berbagi dengan sesama. Memberi itu jauh lebih memuasakan dari pada menghadiakan sesuatu untuk diri sendiri. Lukas mengambil contoh Yusuf alias Barnabas, seorang Lewi dari Siprus. Ia menjual ladang miliknya lalu membawa uangnya dan memberikannya kepada para rasul untuk dipakai secara bersama-sama. Nah orang yang memberi lebih berbahagia dari pada yang mengingat dirinya sendiri.

Saya ingat seorang sahabat yang baik. Ketika komunitas kami membutuhkan bantuan untuk membeli piala dan ciborium, saya coba menghubunginya dan bertanya apakah ia bisa membantu kami. Kebetulan pada hari itu ia mendapat THR dari kantor dan amplopnya itu langsung diberikannya kepadaku. Saya memintanya untuk membukanya, tetapi ia berkata: “Romo, saya akan lupa berapa isi amplop THR itu, tetapi kebaikan Tuhan akan tetap dirasakan oleh banyak orang, apalagi Piala dan Ciborium itu nantinya sebagai tempat untuk Tubuh dan Darah Tuhan Yesus sendiri. Saya merasa lebih bahagia lagi.” Betapa indahnya kita berbagi satu sama lain.

Tuhan Yesus di dalam Injil hari ini membagi pengalamanNya kepada Nikodemus tentang indahnya berbagi. Ia sudah mengatakan kepada Nikodemus untuk dilahirkan kembali dalam air dan Roh bukan lahir dalam daging. Tentu saja perkataan Yesus ini mengherankan bagi Nikodemus, dengan mempertimbangkan usianya. Orang-orang Yahudi menyebut Ruah atau Angin. Yesus berkata: “Angin bertiup kemana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau kemana ia pergi. Demikian halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.” (Yoh 3:8). Ruah itu berasal dari Allah dan orang-orang yang hidup dari Allah akan memahami kehendakNya.

Untuk lebih membuka pikiran Nikodemus maka Yesus berkata: “Tidak ada seorang pun yang dapat naik ke surga selain dari pada Dia yang telah turun dari surga yaitu Anak Manusia.” (Yoh 3:13). Nikodemus diarahkan Yesus untuk mengerti masa depan Yesus bahwa pada suatu saat Ia akan diangkat, dan saat pengangkatan adalah saat penyalibanNya. Dari atas kayu Salib, Ia menyelamatkan dunia. Ini adalah berbagi ala Yesus yang luar biasa. Ia rela wafat demi keselamatan manusia. Perkataan Yesus ini kiranya mirip dengan pengalaman umat Israel di padang gurun, di mana dengan memandang patung ular tembaga, mereka diselamatkan. Tentu saja bukan ular tembaga atau kayu salib yang kasar menyelamatkan manusia tetapi Tuhan dengan kuasa ilahiNya menyelamatkan manusia. Tuhan berbagi dengan manusia begitu indah di atas kayu salib.

Pada hari ini kita semua diingatkan bahwa kita dihadirkan Tuhan untuk berbagi dengan sesama. Kalau kita memberi kita akan bahagia karena Tuhan sendiri akan mencukupkan segala sesuatu yang kita butuhkan. Sebagai Gereja, apakah kita memiliki kemampuan untuk berbagi dengan sesama tanpa perhitungan apa pun? Apakah kita berani memberi atau hanya mau menerima dari sesama manusia?

Doa: Tuhan, kami berterima kasih kepadaMu karena Engkau selalu baik hati dan suka memberi segalanya bagi kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply