Homili 30 Mei 2014

Hari Jumat, Kenaikan Tuhan
Kis 18:9-18
Mzm 47:2-3.4-5.6-7
Yoh 16:20-23

Dukacita berubah menjadi Sukacita!

Fr. JohnAda seorang ibu yang menghibur anaknya saat memasuki ujian akhir: “Anakku, kuatkanlah hatimu untuk berhasil dalam mengikuti ujian akhir.” Anaknya menjawab: “Mom, aku merasa sangat sulit dan merasa takut gagal dalam ujian.” Ibunya berkata: “Mengapa harus hidup dalam ketakutan? Kita memiliki Tuhan yang lebih agung dari pada ujianmu. Percayakanlah kepada Tuhan segala kuatirmu itu dan Tuhan akan menolongmu.” Anaknya mengangguk dan siap untuk berusaha. Pada akhirnya anaknya itu berhasil mendapat nilai yang bagus. Ketika menerima buku raport, ia melihat angka-angka yang bagus. Ibunya berkata: “Lihatlah, dukacitamu sudah berubah menjadi sukacita.” Anak itu pergi ke Gereja dan bersyukur kepada Tuhan.

Ada banyak orang kurang percaya diri ketika mengalami kesulitan tertentu. Ketika merasa harus berjuang untuk melewati suatu rintangan maka mudah sekali orang itu putus asa. Tentu saja bukan hanya faktor ketakutan pribadi tetapi kadang orang tidak mengandalkan Tuhan di dalam hidupnya. Ia berpikir bisa menyelesaikan semua persoalan hidupnya. Padahal Tuhan sendiri mengatakan bahwa terlepas daripadaNya kita tidak memiliki kekuatan apa-apa.

Tuhan Yesus dalam amanat perpisahanNya mengingatkan para muridNya untuk bertahan dalam penderitaan. Ia dengan penuh kuasa mengutus mereka sampai ke ujung dunia untuk mengajar dan membaptis dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus (Mat 28:18-20). Namun demikian Ia sendiri berkata bahwa para muridNya diutus seperti domba-domba ke tengah-tengah serigala oleh karena itu hendaknya orang cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati (Mat 10:16). Ada banyak pengalaman penderitaan sebagai utusan dari Tuhan, banyak serigala yang harus mereka hadapi dalam kerasulan. Tentu saja ini menimbulkan perasaan sedih sehingga mereka menangis dan meratap namun dunia sendiri akan bergembira. Banyak orang akan tertawa di atas penderitaan orang lain. Tentang hal ini Yesus berkata: “Kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.” (Yoh 16:20). Perkataan Yesus ini memang berdasarkan pengalaman manusiawi dari seorang ibu yang menderita sakit bersalin tetapi ia akan lupa kesakitannya itu ketika memandang wajah anaknya yang baru lahir.

Yesus menjanjikan Parakletos yang akan memberikan kegembiraan kepada kita. Bagi Yesus, tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraan itu di dalam hati kita. Roh Allah mendapat tempat untuk berdiam di dalam hati kita. Itu sebabnya Paulus mengatakan bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus. Kegembiraan dan sukacita sejati tidak akan diambil dari dalam hati kita. Roh Kuduslah yang tinggal di sana. Yesus juga menggambarkan figur Bapa yang murah hati. Ia berkata: “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku.” (Yoh 16:23).

Paulus dan Silas mengalami penderitaan tersendiri. Ketika menginjil di Tesalonika, terjadi keributan karena iri hati kalangan Yahudi dan beberapa penjahat dari antara petualang-petualang di pasar. Rumah Yason diserbu dengan maksud supaya Paulus dan Silas harus dihadapkan kepada rakyat. Kesulitan juga dialami Paulus an Silas di Athena. Ia berpidato di Aeropagus tetapi itu pun tidak diguburis oleh orang-orang pada saat itu. Ketika berada di Korintus Paulus mendapat Firman Tuhan ini: “Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! Sebab Aku menyertai engkau dan tidak ada seorangpun yang akan menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak umat-Ku di kota ini.” (Kis 18:9-10).

Ini adalah kata-kata peneguhan yang sangat menguatkan Paulus. Namun Pengalaman penderitaan tetap menghiasi kehidupan Paulus. Ia juga diadili dengan dalil: “Ia ini berusaha meyakinkan orang untuk beribadah kepada Allah dengan jalan yang bertentangan dengan hukum Taurat.” (Kis 18:13). Dalam situasi yang sulit ini muncullah Galio, Gubernur Akhya dan berkata: “Hai orang-orang Yahudi, jika sekiranya dakwaanmu mengenai suatu pelanggaran atau kejahatan, sudahlah sepatutnya aku menerima perkaramu, tetapi kalau hal itu adalah perselisihan tentang perkataan atau nama atau hukum yang berlaku di antara kamu, maka hendaklah kamu sendiri mengurusnya; aku tidak rela menjadi hakim atas perkara yang demikian.” (Kis 18:14-15). Paulus bebas dan tinggal beberapa hari di Korintus. Sikap Heroik ditunjukkan oleh Paulus. Ia bertahan dalam derita tetapi sukacita besar dialami di dalam Gereja perdana.

Luar biasa sapaan Tuhan pada hari ini. Ia mengetahui situasi hidup kita, bahwa ada banyak penderitaan dan kemalangan yang akan dialami. Baru saja ada sebuah berita yang beredar bahwa umat Katolik di Stasi Mbesi, paroki Banteng, Sleman diserbu oleh jihad Islam ketika mereka sedang berdoa rosario pada hari Kamis 29 Mei, Pukul 22.00. Ada korban yang mengalami luka serius dan harus dirawat di rumah sakit. Ini adalah contoh pengalaman penderitaan yang dialami di dalam tubuh jemaat. Mari kita bertahan dalam penderitaan. Semua duka cita dan kecemasan akan berubah menjadi sukacita. Mari kita berjuang dan bertahan di dalam hidup kita.

Doa: Tuhan bantulah kami untuk bertahan dalam penderitaan kami. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply