Homili 25 Juni 2014

Hari Rabu, Pekan Biasa XII

2Raj. 22:8-13; 23:1-3

Mzm. 119:33,34,35,36,37,40

Mat. 7:15-20

Hidup layak di hadirat Tuhan

Fr. JohnAda seorang Romo yang membagi pengalaman hidupnya pada perayaan 15 tahun imamat. Ia bercerita bahwa sejak kecil ia mendapat pembinaan rohani yang baik di dalam keluarga. Doa-doa harian dan kehidupan devosional diperkenalkan oleh kedua orang tuanya. Setiap hari minggu ia selalu pergi bersama-sama dengan orang tuanya ke Gereja. Romo di parokinya pun akrab dengan keluarganya. Dengan pengalaman rohani yang kuat di rumah dan pengalaman manusiawi ini maka ia berani menjawabi panggilan Tuhan sebagai imam. Kalau dipikir secara manusiawi, dia adalah anak tunggal, belajar di universitas yang bagus sampai Pasca Sarjana setelah itu masuk ke dalam Tarekat hidup bakti. Ia menjalani proses pembinaan dengan baik dan kini menjadi imam yang bahagia hingga tahun ke-15. Panggilan hidup memang unik karena menunjukkan sebuah relasi kasih dan persahabatan antara Allah dan manusia. Tuhan hadir dan berkarya di dalam keluarga sehingga memiliki pengaruh yang besar kepada romo itu.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini memfokuskan perhatian kita pada Allah yang mengasihi manusia dan menunjukkan rencana-rencana ilahiNya. Rencana ilahi Tuhan ini kadang sulit untuk dipahami, tetapi sungguh-sungguh terjadi di dalam hidup kita. Di dalam bacaan pertama kita mendengar kisah pengangkatan Yosia sebagai raja Yehuda. Pada waktu itu Yosia baru berusia delapan tahun dan memerintah sebagai raja Yehuda selama tiga puluh satu tahun. Yosia adalah orang benar yang hidup sesuai perintah dan ketetapan Tuhan. Segala apa yang baik dan benar dilakukan di mata Tuhan seperti Daud, bapa leluhurnya.

Pada masa pemerintahannya memasuki tahun ke delapan belas, ia menyuruh paniteranya Safan bin Azalya bin Mesulam untuk berjumpa dengan imam besar Hilkia. Imam Hilkia diminta untuk menyerahkan semua uang yang diterima di dalam rumah ibadat untuk diserahkan kepada para pekerja supaya bisa memperbaiki rumah Tuhan. Imam Hilkia mendengar panitera Safan dan ia juga mengatakan bahwa ia telah menemukan Kitab Taurat di rumah Tuhan. Panitera itu penuh sukacita membacanya. Dua berita gembira yakni penyerahan dana untuk memperbaiki rumah Tuhan dan penemuan kembali Kitab Taurat sangat menyenangkan hati raja Yosia.

Raja Yosia menanggapi berita sukacita ini dengan memerintahkan imam Hilkia, kepada Ahikam bin Safan, kepada Akhbor bin Mikha, kepada Safan, panitera itu, dan kepada Asaya, hamba raja, katanya: “Pergilah, mintalah petunjuk Tuhan bagiku, bagi rakyat dan bagi seluruh Yehuda, tentang perkataan kitab yang ditemukan ini, sebab hebat kehangatan murka Tuhan yang bernyala-nyala terhadap kita, oleh karena nenek moyang kita tidak mendengarkan perkataan kitab ini dengan berbuat tepat seperti yang tertulis di dalamnya.” (2Raj 22:13).

Raja pun pergi ke rumah Tuhan dan mengadakan perjanjian dengan Tuhan sendiri. Isi perjanjiannya adalah bahwa Raja bersama seluruh rakyat akan hidup mengikuti Tuhan, tetap menuruti perintah-perintahNya, peraturan-peraturanNya dan ketetapan-ketetapanNya dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan untuk menepati perkataan perjanjian yang tertulis dalam Kitab itu. (2Raj 23:3). Seluruh rakyat mendukungnya.

Di dalam bacaan pertama ini Tuhan memperlihatkan diriNya dalam tanda-tanda yang nyata. Raja Yosia sendiri mengalami kasihNya dalam masa pemerintahannya di Yerusalem. Imam Hilkia menunjukkan kejujuran dan ketulusan dalam melayaniNya di dalam Rumah Tuhan. Karena Tuhan hadir maka seluruh umatNya juga diharapkan untuk hidup baik dan jujur di hadiratNya. Dengan kebajikan-kebajikan ini maka mereka juga hidup layak di hadirat Tuhan.

Tuhan Yesus di dalam bacaan Injil mengingatkan para muridNya untuk selalu berusaha hidup layak di hadiratNya. Banyak ajaran sesat bisa menghalangi mereka untuk layak menjadi murid. Ia berkata: “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.” (Mat 7:15). Para murid diharapkan untuk pandai dan cerdas membaca tanda-tanda zaman. Mereka perlu membaca rekam jejak dari orang-orang mengakui dirinya orang baik sebab kebaikan mereka itu nampak dalam kata dan tindakan mereka. Artinya ada sinkronisasi antara kata dan tindakan. Berkaitan dengan ini Yesus berkata: “Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?” (Mat 7:16). Tuhan Yesus juga berkata bahwa kalau pohon itu baik maka buahnya baik, pohon yang tidak baik akan menghasilkan buah yang tidak baik. Dari buah pohon kita bisa mengenal pohonnya sendiri.

Perkataan Yesus ini sangat membantu kita untuk berusaha hari demi hari hidup layak di hadirat Allah. Kita sudah dibabtis dan mengakui diri kita sebagai pengikuti Kristus atau Kristen maka seharusnya hidup kita sungguh-sungguh menyerupai Kristus sendiri. Banyak kali kita mengakui diri sebagai pengikut Kristus tetapi hidup kita yang sebenarnya jauh dari Tuhan Yesus sendiri. Seharusnya kita malu karena banyak kali hidup kita tidak layak di hadirat Tuhan.

Doa: Tuhan, berikanlah rahmatMu supaya kami bisa layak di hadiratMu. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply