Homili 30 Agustus 2014

Hari Sabtu, Pekan Biasa XXI
1Kor 1:26-31
Mzm 33:12-13.18-19.20-21
Mat 25:14-30

Bermegalah di dalam Tuhan!

Fr. JohnSaya pernah menghadiri sebuah perjamuan makan bersama dengan sebuah keluarga yang berulang tahun pernikahan ke dua puluh lima. Ketika tiba di rumah itu saya langsung memiliki kesan yang bagus. Taman depan tertata rapi, rumahnya bersih, ruan makan rapih dan bersih, makanannya enak. Setelah ibadat bersama, keluarga itu memperkenalkan tukang kebun, sopir, tukang masak dan cuci. Semuanya adalah orang sederhana, mungkin tidak memiliki pendidikan yang tinggi tetapi menunjukkan diri sebagai pribadi yang bersahaja, ramah dan berbudi luhur. Pertemuan kami baru memang pertama kali tetapi rasanya akrab dan hangat. Hal bagus yang saya rasakan dalam keluarga itu adalah mereka menerima para karyawan apa adanya dan menganggap mereka sebagai orang penting di dalam keluarga, bukan hanya sekedar pembantu rumah tangga. Di sisi yang lain saya melihat bahwa Tuhan berkarya melalui orang-orang sederhana untuk memberi hidup dan semangat kepada keluarga yang berbahagia ini. Singkatnya, orang sederhana memberikan kekuatan yang dahsyat kepada orang yang diabdinya.

Selama beberapa hari terakhir ini kita membaca tulisan St. Paulus kepada jemaat di Korintus dalam liturgi. Korintus adalah sebuah kota yang aktif, orang-orangnya sibuk dengan pekerjaannya sendiri-sendiri. Di kota ini juga tumbuhlah korupsi, ada jemaat yang dinamis tetapi tidak teratur, dibentuk oleh orang-orang Yahudi dan Yunani yang barusan bertobat karena pewartaan Paulus. Banyak di antara mereka berada dalam situasi berbahaya karena bisa kembali kepada kebiasaan-kebiasaan lama yang masih penuh dengan kejahatan. Dengan situasi seperti ini maka Paulus terdorong untuk menulis surat kepada mereka. Hal yang menarik perhatian kita adalah Paulus melihat potensi mereka, artinya bahwa mereka memang memiliki kelemahan tetapi ada juga kekuatan yang besar menguasai mereka yang berasal dari Tuhan. Mereka yang dianggap lemah ternyata kuat karena kuasa Tuhan atas mereka.

Paulus mengangkat potensi ini untuk membangun rasa percaya diri kepada mereka. Paulus berkata: “Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang.” (1Kor 1:26). Jemaat di Korintus ini merupakan umat yang biasa-biasa saja. Kekuatan mereka adalah hidup nyata sebagai orang-orang biasa dan sederhana. Mereka kadang-kadang mengalami penindasan dan fitnahan tetapi tetap teguh dalam karya evangeliasi. Tuhan sendiri menghendaki mereka untuk mewartakan Injil kepada orang-orang kaya dan kepada hirarki gereja yang ada di Korintus saat itu.

Potensi lain yang diangkat oleh Paulus adalah Allah memilih orang yang dianggap bodoh oleh dunia untuk mempermalukan mereka yang bijaksana. Ia memilih orang yang dipandang lemah oleh dunia untuk mempermalukan mereka yang kuat. Inilah kekuasaan dari Tuhan. Ia tidak memandang manusia dengan cara pandang dari pihak manusia. Ia melihat hati manusia, sedangkan manusia melihat fisik lahirianya. Tuhan selalu menggunakan orang kecil untuk menunjukkan kebijaksanaanNya bagi orang besar. Bagi Paulus, oleh rahmat Allah, jemaat di Korintus berada di dalam Yesus Kristus yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. Karena Yesus itulah maka manusia tidak bisa bermegah atas dirinya sendiri, tetapi bermegah di dalam Kristus. Pada akhirnya Paulus dengan tegas berkata: “Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.” (1Kor 1:31).

Arah pemikiran Paulus bagi jemaat di Korintus membantu kita untuk mengerti semua rencana Tuhan di dalam hidup kita. Tuhan tidak melihat kuat dan hebatnya diri kita tetapi melihat jati diri dan kemampuan kita untuk menjadi abdiNya. Hal ini kiranya sejalan dengan perumpamaan Tuhan Yesus tentang talenta. Tuhan memperhatikan manusia dengan kemampuan-kemampuan atau potensi-potensi yang dimilikinya.

Dikisahkan bahwa ada seorang tuan yang bepergian ke tempat yang jauh. Ia memanggil tiga orang hambanya dan mempercayakan talenta-talenta masing-masing sesuai dengan kemampuannya. Ada seorang menerima lima talenta dan menghasilkan bunga lima talenta baru. Sekarang ia memiliki sepuluh talenta. Orang kedua menerima dua talenta dan menghasilkan dua talenta baru. Ia sekarang memiliki empat talenta. Orang ketiga menerima satu talenta dan karena takut akan kekejaman sang tuan maka ia menyembunyikan talenta di dalam tanah sehingga tidak menghasilkan apa-apa. Dalam perhitungan terakhir, kedua hamba yang menghasilkan talenta baru mengalami kebahagiaan bersama tuannya, sedangkan hamba yang tidak menghasilkan talenta baru, selain mengalamu penyiksaan, talenta yang ada padanya juga diambil dan diberikan kepada yang empunya sepuluh talenta.

Pada zaman Tuhan Yesus, satu talenta itu adalah sejumlah uang, tiga puluh kilogram logam mulia. Tuhan Yesus dalam perumpamaan ini tidak berbicara tentang benda sebagai mana adanya pada saat itu, tetapi lebih menyangkut kemampuan-kemampuan yang diberikan Tuhan kepada manusia sesuai kemampuannya. Talenta atau kemampuan itu harus dimanfaatkan bagi kebaikan banyak orang bukan disembunyikan untuk diri sendiri. Ada di antara kita yang lebih banyak mengingat dirinya sehingga melupakan sesama lain yang hidup dalam penderitaan.

Bacaan Kitab Suci pada hari ini membantu kita untuk memanfaatkan potensi yang Tuhan berikan kepada kita untuk kebaikan banyak orang. Jangan lelah untuk memberi dirimu bagi sesama. Talentamu adalah titipan Tuhan, gunakanlah itu untuk memuliakan namaNya.

Doa: Tuhan, terima kasih karena Engkau boleh mengingatkan kami untuk rendah hati, berbagi talenta dengan sesama dan hanya bermegah di dalam Engkau. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply