Homili 30 September 2014

Hari Selasa, Pekan Biasa XXVI
St. Hironimus
Ayb 3:1-3.11-17.20-23
Mzm 88:2-3.4-5.6.7-8
Luk 9:51-56

MataNya Mengarah ke Yerusalem

Fr. JohnPada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan Peringatan St. Hironimus. Bagi kita di Indonesia merupakan hari terakhir Bulan Kitab Suci Nasional. Umat di Keuskupan Agung Jakarta merenung dan berbagi sabda dengan tema: “Hidup untuk melayani” yang diambil dari pengalaman tokoh-tokoh di dalam Kitab Suci dan semangat pelayanan mereka yang patut kita ikuti. Tema ini sejalan dengan arah dasar keuskupan Agung Jakarta di mana tahun 2014 ini merupakan tahun pelayanan. Ada umat yang hanya mau melayani tetapi tidak mau terlibut dalam sharing Kitab Suci di komunitas basis atau lingkungan. Ada yang tidak bisa melayani dan hadir dalam sharing Kitab Suci. Itulah keunikan umat yang ada di atas bumi ini. Tetapi saya hanya sekedar mengingatkan kata-kata St. Hironimus ini: “Ignoratio scripturarum, ignoratio Christi est” artinya “Tidak mengenal Kitab Suci sama dengan Tidak mengenal Yesus Kristus.” Bagi mereka yang aktif selama bulan Kitab Suci Nasional ini pasti merasakan kuasa Sabda Tuhan dan kehadiran Yesus Kristus, sang Sabda hidup.

Bacaan-bacaan liturgi hari ini mengarahkan kita untuk mengenal Yesus Kristus lebih dalam lagi. Di dalam bacaan Injil, Lukas melaporkan bahwa Yesus mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem. Yesus sudah mengetahui apa yang akan menimpah diriNya. Sebelumnya Ia sudah menyampaikan secara terus terang penderitaanNya namun para muridNya belum memahami perkataanNya ini. Kali ini Ia mengarahkan pandanganNya ke Yerusalem. Ia benar-benar meninggalkan Galilea dan pergi untuk mewujudkan tugas yang diterimaNya dari Bapa yakni untuk menyelamatkan dunia. Salib adalah tawaran yang indah bagiNya dan Ia menerimanya karena mentaati perintah dan kehendak Bapa.

Apa yang dilakukan Yesus sebelum pergi ke Yerusalem? Ia mengutus para muridNya pergi ke sebuah kampung orang Samaria untuk menyiapkan kedatanganNya. Mereka juga menyampaikan bahwa sang Guru atau Yesus akan melewati kampung itu. Orang-orang Samaria menolaknya karena Yesus bukan melakukan perjalanan ke Samaria, melainkan ke Yerusalem. Di sini faktor sosial politik mengalahkan semangat keagamaan dan persaudaraan. Para murid khususnya Yakobus dan Yohanes mau mengambil jalan pintas bagi mereka yang menolak kehadiran Yesus namun Ia menyadarkan mereka untuk tidak melakukan hal itu bagi orang lain.

Ada dua hal yang menarik perhatian dalam bacaan Injil ini. Pertama, Yesus mengarahkan mataNya menuju ke Yerusalem. Di sana Ia akan menderita. di tolak bahkan dibunuh Anda dan saya mendapat kesadaran baru untuk menjadi pribadi yang optimis, memiliki harapan untuk memandang ke Yerusalem dan berjalan menuju kepadaNya. Yesus menuju ke Yerusalem dan tidak kembali ke Galilea. Kedua, Yesus membantu kita untuk tidak melakukan kejahatan kepada orang lain yang ada di sekitar kita. Hal yang harus kita lakukan adalah jangan membalas dendam, bangunlah persaudaraan sejati. Yesus tidak menghendaki perpecahann tetapi persekutuan.

Dalam bacaan pertama kita mendengar curhat dari Ayub tentang pengalaman penderitaannya. Ia membuka mulutnya dan mengutuki hari kelahirannya. Ia berkata: “Mengapa aku tidak mati waktu aku lahir, atau binasa waktu aku keluar dari kandungan?” (Ayub 3:11). Setiap orang tentu memiliki pengalaman penderitaan sebagaimana dialami Ayub dan Yesus Kristus. Hal yang penting adalah kesadaran untuk bertahan dalam penderitaan. Apakah anda siap menerima segala pengalaman hidup di dunia ini? Mari kita bersama Yesus mengarahkan pandangan ke Yerusalem. Di sana ada penderitaan, ada salib yang menyelamatkan. Mari kita merasakan pengalaman Ayub dan percaya bahwa Tuhan tetap mengasihi kita.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk mengenalMu lebih dalam lagi dalam karya-karya pelayanan kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply