Homili 29 Oktober 2014 (Dari Bacaan Pertama)

Hari Rabu, Pekan Biasa XXX
Ef 6:1-9
Mzm 145:10-11.12-13ab.13cd-14
Luk 13:22-30

Family: Father And Mother I Love You

Fr. JohnPenulis dan Teolog asal Amerika bernama Frederick Buechner pernah menulis refleksinya tentang keluarga seperti ini: “You can kiss your family and friends good-bye and put miles between you, but at the same time you carry them with you in your heart, your mind, your stomach, because you do not just live in a world but a world lives in you.” (Anda boleh saja berpamitan dengan keluarga dan para sahabatmu untuk pergi ke tempat yang jauh dengan dengan menciumi mereka, tetapi ingatlah bahwa pada saat yang sama anda juga tetap membawa mereka di dalam hati, pikiran, dan perutmu karena anda tidak saja tinggal di dunia tetapi ada satu dunia juga yang tinggal di dalam dirimu). Perkataan Buechner ini memang sederhana tetapi mau mengatakan tentang relasi dan persekutuan yang mendalam di antara setiap anggota keluarga. Keluarga itu Tuhan yang merencanakan dan setiap orang yang hidup di dalam sebuah keluarga untuk mengalami kebahagiaan.

St. Paulus dalam bacaan liturgi hari ini memberi banyak himbauan yang bagus kepada anak-anak, orang tua, hamba dan majikan. Ia menghendaki keluarga atau komunitas hidup dalam suatu tatanan yang bagus, jauh dari kekacauan dan ketidakdisiplinan. Ia mulai mengajak anak-anak untuk menjadi pribadi yang taat dan hormat kepada orang tuanya. Paulus mengetahui titik lemah dari anak-anak sepanjang zaman. Banyak di antara mereka yang melawan orang tua, memarahi dan menjauh dari orang tuanya. Anak-anak sudah lupa bahwa orang tua itu pemberian istimewa dari Tuhan kepadanya. Ketika bertumbuh menjadi dewasa, kita baru sadar bahwa wanita yang ada di rumah adalah ibu, dan pria adalah ayah. Anak-anak tidak memiliki kesempatan untuk memilih orang lain menjadi orang tua. Orang yang menghormati orang tuanya akan bahagia dan panjang umur (Ams 13:24). Sejelek-jeleknya orang ayah dan ibu, mereka tidak pernah digantikan di dalam hidup, tak ada orang hebat lain yang bisa menyaingi mereka.

Paulus menasihati para bapa (dan tentu ibu) supaya jangan bangkit amarah di dalam hati anak-anak tetapi menyadari tugas dan tanggungjawabnya untuk mendidik anak-anak dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Mendidik anak adalah tugas yang sangat penting bagi para orang tua. Tantangan keluarga-keluarga zaman ini adalah menyepelehkan tugas mendidik anak. Banyak orang tua lupa diri sehingga yang mendidik anak adalah pembantu rumah tangganya. Mujur kalau keluarga memiliki pembantu yang memiliki sifat keibuan sehingga ia mendidik dengan hati seorang ibu bukan seorang pembantu. Tetapi ingatlah juga bahwa banyak anak-anak yang mengalami salah didik bahkan mereka dilecehkan secara seksual. Masalah pedofilia misalnya bisa ada dalam keluarga karena orang tua tidak peka dan tidak memahami tugas dan tanggungjawabnya. Paulus menantang para orang tua untuk mendidik anak-anak dengan nasihat dan ajaran Tuhan.

Paulus menasihati para hamba untuk mentaati majikannya di dunia ini dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati sama seperti mereka juga taat kepada Kristus. Sikap postif yang dibangun bersama adalah mereka harus memiliki pikiran yang positif bahwa mereka memiliki tugas mulia untuk melayani dan melakukan kehendak Allah dengan segenap hati. Mereka memiliki kesadaran bahwa setiap kali mereka melayani majikan, sama saja dengan mereka melayani Tuhan sendiri. Artinya, para hamba atau abdi melakukan tugas mereka karena kasih. Prinsip yang penting di sini: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” (Luk 17:10). Balasan yang diterima dari Tuhan adalah para hamba berubah status menjadi sahabat bagi Tuhan. Yesus berkata: “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.” (Yoh 15:15). Hamba yang baik akan senantiasa berusaha untuk masuk melalui pintu yang sesak supaya menikmati Kerajaan Allah (Luk 13:24).

Para tuan atau majikan dihimbau oleh Paulus untuk tidak marah dan mengancam. Para hamba itu melakukan kehendak Tuhan di dalam hidupnya maka para majikan diharapkan menaruh hormat dan kasih kepada para hambanya. Menurut Paulus, para hamba juga memiliki Tuhan yang tidak memandang muka. Banyak kali para majikan lupa sehingga hidup orang hanya diukur dengan uang atau honorarium yang selalu diterima para pembantu. Andaikan saja tidak ada pembantu maka sulitlah pergerakan sebuah keluarga. Pikirkanlah saat hari raya idulfitri ata natal dan tahun baru. Banyak orang mengeluh karena menjadi oshin dadakan. Kita butuh pembantu yang ikut meringankan tugas dan karya kita.

Pesan-pesan Paulus ini bertujuan supaya di dalam keluarga tercipta keharmonisan, perasaan bahwa Tuhan memang sungguh-sungguh ada. Tuhan adalah kasih dan semua orang patut mengalami kasih itu. Tuhan hadir dalam keluarga dan setiap orang dipanggil untuk merasakan kebahagiaan. Untuk itu relasi harus dikuatkan dan berakar di dalam keluarga. Relasi yang dibangun di atas dasar kasih yang tidak lain adalah Tuhan sendiri. Dalam bahasa Inggris keluarga disebut Family, kalau kita boleh sebut Family: father and mother I love you.

Doa: Tuhan, terima kasih atas keluarga dan komunitas yang engkau berikan kepadaku. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply