Homili 29 November 2014

Hari Sabtu, Pekan Biasa XXXIV
Why 22:1-7
Mzm 95:1-2.3-5.6-7
Luk 21 34-36

Jagalah dirimu!

Fr. JohnKita berada di hari terakhir tahun liturgi. Bacaan-bacaan Kitab Suci selama hari-hari ini mengarahkan kita kepada persekutuan mesra dengan Allah sumber kehidupan kita. Sama seperti Tuhan Yesus yang mengarahkan pandanganNya ke Yerusalem hingga tiba tiba di Yerusalem (Luk 9:51-19:27), demikian juga kita semua dibantu oleh Tuhan melalui sabdaNya untuk mengarahkan pandangan ke Yerusalem baru, tempat kita akan ada bersama Tuhan selama-lamanya. Nah, apa yang harus kita lakukan supaya dapat bersekutu dengan Bapa yang kekal? Di dalam bacaan Injil hari ini, Tuhan Yesus memberi nasihat umum untuk berjaga-jaga. Kita harus selalu siap secara jasmani dan rohani untuk menyambut kedatangan Tuhan. Ada di antara kita mungkin masih terus bertanya kapan Tuhan akan datang dalam kemulianNya? Tuhan Yesus pernah berkata demikian: “Tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja.” (Mrk 21: 36). Jelaslah di sini bahwa akhir zaman itu adalah haknya Allah Bapa. Ia memiliki rancangan dan kehendak luhur bagi segala ciptaanNya. Kita hanya bisa mematuhinya dengan segenap hati.

Tuhan Yesus menasihati: “Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat.” (Luk 21:34). Tuhan mengetahui kelemahan manusiawi setiap orang yakni menyukai berbagai kenikmatan duniawi sehingga lupa menjaga dirinya. Misalnya dalam hal berpesta pora dan mabuk-mabukan.Pada zaman Tuhan Yesus hingga saat ini, fenomena hedonisme sudah ada dan berkembang dengan pesat. Orang menyukai pesta, berdansa, berjoget dan merasa bahwa pesta pora itu segala-galanya. Di tempat pesta, banyak orang tidak mengontrol diri dalam hal makan dan minum sehingga bisa mabuk-mabukan, bisa membuat kekacauan atau menjadi tempat untuk memfitnah orang lain.

Apakah dengan demkian kita harus menjauhkan diri dari pesta pora? Tuhan hanya mengingatkan supaya kita menjaga diri, mengontrol diri supaya jangan jatuh dalamm dosa kenikmatan. St. Paulus mengatakan: “Tuhan mereka adalah perut” (Flp 3:19). Paulus juga mengatakan bahwa makanan untuk perut dan perut untuk makanan tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah (1Kor 6:13). Hal yang penting untuk diingat adalah bahwa Tubuh kita itu bukanlah untuk kenikmatan dunia seperti percabulan melainkan untuk Tuhan dan Tuhan untuk tubuh kita (1Kor 6:14). Untuk itu setiap orang mesti bijaksana dalam mengatur dirinya sendiri sebagaimana dikatakan St. Paulus ini. Sikap bijaksana dalam mengontrol hawa nafsu akan membantu kita lebih siap menanti kedatangan Tuhan.

Tuhan Yesus juga mengingatkan kita untuk berhaga-jaga senantiasa sambil berdoa. Sikap bathin ini akan membantu kita tahan berdiri di hadapan Anak Manusia. Tuhan mengetahui kelemahan manusiawi kita yakni sulit untuk menjadi orang yang senantiasa berjaga-jaga sambil berdoa. Pernakah anda memperhatikan penjaga istana negara? Ketika kita melewati istana negara di Jakarta, ada personel militer yang berdiri tegak selama berjam-jam, jarang senyum, jarang berbicara dan pasti sulit untuk berdoa saat sedang bertugas. Kita semua memiliki titik kelemahan ini yakni masih merasa sulit untuk berjaga-jaga sambil berdoa. Ketika seorang memahami doa sebagai kesempatan untuk mengarahkan hati dan pikiran hanya kepada Tuhan maka dalam situasi apa saja, termasuk situasi berjaga-jaga, orang itu akan tetap berdoa dan bertahan di hadirat Tuhan.

Nasihat Yesus supaya kita menjaga diri, mengontrol dari kenikmatan dunia, dan tekun dalam doa membantu kita semua untuk masuk dalam KerajaanNya. Gambaran Kerajaan Allah dilukiskan Yohanes dalam penglihatannya. Yohanes melihat sungai air kehidupan yang jernih bagaikan kristal, mengalir keluar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba. Air kehidupan adalah simbol Roh Allah sendiri. Ada juga pohon kehidupan yang bisa memberi kesembuhan kepada semua orang. Semua orang akan menjadi sehat, tidak najis, tidak laknat karena disucikan oleh air kehidupan. Orang-orang yang sudah disucikan oleh Roh Tuhan akan memandang wajah Allah. Nama Allah sendiri tertulis di wajah orang kudusNya.

Para kudus tidak akan merasakan kegelapan lagi. Mereka akan menikmati terang abadi dari Tuhan sendiri. Bagaimana dengan manusia yang masih berziarah di bumi? Tuhan Allah sendiri memberi RohNya kepada para nabi dan malaikat untuk menyiapkan mereka supaya layak di hadiratNya. Ia akan segera datang maka kita diharapkan untuk tetap berpegang pada SabdaNya.

Saya mengakhiri homili ini dengan mengutip Sabda Tuhan melalui Musa kepada Harun: “Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau; Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.” (Bil 6:24-26). Apakah anda bisa menjaga diri supaya tidak jatuh dalam dosa kenikmatan duniawi? Apakah anda bisa mengontrol diri terhadap makanan, minuman dan harta dunia yang menghalangimu untuk bertemu dengan Yesus?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply