Homili 29 Desember 2014

Hari kelima Oktaf Natal
1Yoh 2: 3-11
Mzm 96: 1-2a.2b-3.5b-6
Luk 2:22-35

Hidup Sama Seperti Kristus

Fr. JohnDalam bukunya “Burung berkicau” A. de Mello SJ, menceritakan sebuah kisah tentang “Mengetahui Kristus”. Isinya adalah wawancara dengan seorang yang barusan bertobat dan mengikuti Kristus dengan seorang temannya yang tidak beriman: ‘Jadi, kau sudah bertobat dan mengikuti Kristus?’ ‘Ya’ ‘Kalau begitu tentu kau tahu banyak tentang Dia. Misalnya, di negara mana Ia dilahirkan?’ ‘Aku tidak tahu.’ ‘Berapa usianya ketika Ia meninggal?’ ‘Aku tidak tahu.’ ‘Berapa kali Ia berkotbah?’ ‘Aku tidak tahu.’ ‘Lho bagi orang yang menyatakan telah bertobat menjadi pengikut Kristus, kau mengetahui sedikit sekali.’ ‘Kau memang benar. Aku malu karena begitu sedikit pengetahuanku tentang Dia. tetapi, sekurang-kurangnya aku tahu hal ini: Tiga tahun yang lalu aku seorang pemabuk. Hutangku banyak. Keluargaku berantakan. Anak-istriku selalu takut, setiap kali aku pulang. Tetapi sekarang aku sudah tidak minum lagi. Hutang-hutangku sudah kulunasi. keluarga kami bahagia. Anak-anak senang dan menantiku pulang ke rumah setiap sore. Ini semua karya Kristus bagiku. Sebanyak inilah yang saya ketahui tentang Kristus.’ De Mello menyimpulkan kisah ini dengan berkata: “Benar-benar mengetahui berarti: diubah oleh apa yang diketahuinya.”

Kisah sederhana ini memiliki makna yang sangat mendalam bagi kita sebagai pengikutNya. Hal pertama adalah, kita selalu bangga ketika membaharui janji baptis sebagai pengikutNya. Dalam membaharui janji baptis, kita menyatakan iman dan kepercayaan kepadaNya dan berjanji untuk mengikutiNya dari dekat dan bersatu denganNya. Hal kedua, ternyata mengikuti Kristus dan menyerupaiNya bukan hanya sebatas mengetahui identitasNya, sebuah pengenalan kognitif saja tetapi bahwa hidup kita sungguh-sungguh diperbaharuiNya. Perubahan hidup yang radikal sehingga menjadi layak di hadiratNya dan sesama kita.

Kita masih berada dalam masa Natal dan kiblat hidup kita terarah pada peristiwa Yesus di Bethlehem. Yesus lahir dalam sebuah keluarga. KelahiranNya memiliki dampak penting bagi kehidupann pribadi Maria dan Yusuf. Maria mengatasi segala pergumulan hidup, suka dan dukanya dengan percaya kepada rencana dan kehendak Allah. Ia menyimpan semua perkara di dalam hatinya yang suci. Yusuf menunjukkan iman dan kesetiaan kepada Tuhan. Dia memiliki komitmen untuk tulus kepada Maria dan Yesus. Bagi Maria dan Yusuf, kelahiran Yesus menguduskan keluarga mereka. Dengan demikian mereka juga sadar akan tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua.

Bacaan Injil hari ini mengisahkan bagaimana keluarga kudus di Nazareth menunjukkan jati diri sebagai orang tua dengan bertanggung jawab atas iman dan kepercayaan. Sebagai orang Yahudi tulen, Maria dan Yusuf mempersembahkan Yesus Anak sulung mereka, Dia sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia kepada Allah. Mereka juga menyertakan persembahan khusus sesuai hukum Musa yakni sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Maria dan Yusuf juga diingatkan untuk siap menderita bersama Yesus. Simeon berkata: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” (Luk 2:34-35). Ada dua hal yang luhur sepanjang hidup sebagai orang tua: pendidik ulung bagi anak-anak dan semangat rela berkorban bagi anak-anak sampai tuntas. Semangat rela berkorban merupakan wujud rasa tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya.

Anak-anak memiliki tugas mulia untuk menghargai orang tuanya. Ini adalah salah satu perintah Tuhan: “Hormatilah ayah dan bumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan Allahmu kepadamu.” (Kel 20:12; Ul 5:16). Orang tua itu Tuhan yang memberi bukan anak yang mencari dan meminta. Banyak kali anak mendambakan figur orang tua lain tetapi tidak akan sama dengan ayah dan ibu yang melahirkan kita.

Cinta kasih dalam keluarga menjadi sempurna karena kasih Kristus sendiri. Yohanes dalam bacaan pertama membantu kita untuk merenung lebih dalam tentang Kristus sebagai pengantara kita. Bagi Yohanes, orang yang mengenal Allah adalah Dia yang setia mengikuti perintah-perintahNya. Orang yang bisa menjadi pendusta, tak ada kebenaran di dalam dirinya kalau ia berkata ia mengenal Allah padahal ia sendiri tidak melakukan perintah-perintah Tuhan. Orang yang mengikuti perintah-perintah Tuhan akan merasakan kasih yang sempurna. Kasih yang sempurna menguasai, menyelimuti orang tersebut sehingga hidupnya semakin serupa dengan Yesus Kristus.

Keluarga-keluarga kristiani dikuduskan oleh Yesus Kristus. Bagi Yohanes, setiap pribadi di dalam keluarga haruslah melaksanakan perintah-perintah Tuhan. Yesus Kristus adalah terang yang menyelimuti setiap pribadi sehingga kegelapan dapat terkalahkan. Orang yang hidup dalam terang akan mengasihi saudaranya bukan membencinya. Kebencian hanyalah sisi kegelapan di dalam hidup.

Kita semua bangga sebagai pengikut Kristus tetapi hanya sedikit yang bertobat dan mau menjadi serupa denganNya. Marilah kita membangun sikap mawas diri, selalu mengotrol diri supaya lebih layak lagi hidup di hadirat dan bersama Tuhan. Dialah terang hidup kita. Dialah yang “menarik” kita kepadaNya dan berusaha untuk menjadi serupa denganNya. Bersatulah keluarga-keluarga kristiani, terimalah Terang dari Tuhan supaya keluargamu bisa menjadi kudus.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply