Homili Minggu Palma/B 2015 (Sebelum Perarakan Palma).

Hari Minggu Palma/B
Sebelum Perarakan Palma
Mrk 11:1-10 atau Yoh 12:12-16

Rajaku Rendah Hati dan Miskin!

Fr. JohnKita memasuki Pekan Suci dengan mengenang sengsara Tuhan Yesus Kristus. Pada hari Minggu Palma ini kita semua mengenang Yesus masuk ke dalam kota Yerusalem dari Betfage dan diterima dengan meriah. Ia mendapat sorak-sorai laksana seorang Raja duniawi. Peristiwa ini erat hubungannya dengan nubuat Tuhan melalui Zakharia: “Bersorak sorailah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda” (Za 9:9). Tuhan Yesus mengatakan diriNya sebagai Raja di hadapan Pilatus (Yoh 18:37). Maka perayaan hari ini menjadi ingatan manis bahwa Yesus adalah seorang Raja yang sederhana dan rendah hati.

Mengapa Yesus menggunakan Keledai sebagai hewan tungganganNya ketika memasuki kota Yerusalem? Keledai dalam budaya Timur dikategorikan sebagai hewan untuk berdamai dengan sesama dan lawan. Hal ini tentu berbeda dengan kuda sebagai hewan yang dipakai para prajurit untuk berperang. Raja yang mengendarai seekor kuda memiliki tujuan untuk berperang dan mengharapkan orang untuk patuh pada kuasanya. Raja yang mengendarai keledai mengharapkan perdamaian dengan semua orang. Perhatikanlah bahwa ini adalah sebuah simbol rohani yang sempurna: Yesus adalah raja damai, mengendarai keledai sebagai hewan damai untuk masuk ke dalam kota damai! Simbol-simbol ini belum dipahami oleh banyak di antara kita. Kata kunci perayaan kita adalah damai atau shalom.

Mengapa kita menggunakan daun Palem pada hari Minggu ini? Daun Palma dalam budaya Yunani dan Romawi itu melambangkan kemenangan dan keperkasaan dari kekaisaran Romawi saat itu. Pada waktu itu orang-orang Romawi juga menggunakan daun palma sebagai attribute yang diperuntukan bagi dewi Nike atau kemenangan. Di kemudian hari orang-orang Romawi mengadakan prosesi untuk merayakan kemenangan dan kejayaan kekaisaran Romawi. Kaisar bisanya menggunakan pakaian kebesarannya dan hiasan-hiasan ruangan terbuat dari daun palma.

Dalam budaya Mesir kuno, daun palma itu biasanya dibawa orang pada saat prosesi penguburan dan daun ini juga melambangkan kehidupan kekal. Dalam kacamata kristiani, daun palma menjadi lambang kemartiran kristiani dan kejayaan atau kemenangan rohani atas kematian yang mereka alami. Di dalam Kitab Wahyu dikatakan: “Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku, dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palma di tangan mereka.” (Why 7:9). Di tempat-tempat yang tidak memiliki tanaman palma, mereka boleh menggunakan ranting pohon tertentu seperti ranting zaitun dan lain-lainnya.

Penginjil Markus mengisahkan peristiwa hari ini. Dikisahkannya bahwa Tuhan Yesus bersama para muridNya mendekati Betfage di atas bukit Zaitun. Ketika itu Ia menyuruh dua orang muridNya untuk mendahului mereka ke kampung di depan mereka. Di kampung itu ada seekor keledai muda yng belum pernah ditunggangi orang. Keledai itu dibawa kepada Yesus karena Ia memerlukannya dan akan mengembalikannya kepada tuannya. Yesus naik ke atas keledai dan duduk di atasnya. Orang-orang menghamparkan pakaian di jalan, dan menyebarkan ranting-ranting pohon itu di jalanan yang dilewati Yesus. Berdasarkan kesaksian para penginjil, orang-orang membentangkan pakaian mereka di jalan-jalan, membawa ranting-ranting dan mengelukan Dia sambil menyanyikan Mazmur ini: “Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan. Kami memberkati kamu dari dalam rumah Tuhan.” (Mzm 118:26). Penginjil Markus menambahkan bahwa orang-orang saat itu menyanyikan Hosana. Diberkati Kerajaan yang akan datang, Kerajaan Bapa kita Daud! Hosana di tempat yang mahatinggi.” (Mrk 11:10).

Penginjil Yohanes juga memberi kesaksian yang sama. Konteksnya adalah menjelang Hari Raya Paskah Yahudi. Ketika mendengar bahwa Yesus sedang dalam perjalanan ke Yerusalem, mereka mengambil daun-daun palma untuk menyongsong dan mengelukan Dia dengan menyanyikan Hosana. Ia mengendarai keledai muda. Hal ini dilakukan Yesus untuk menggenapi apa yang sudah dinubuat Zakharia.

Pada saat mengawali perayaan hari Minggi Palma ini mari kita memusatkan perhatian kita pada Tuhan Yesus Kristus. Dia adalah Raja kita. Dia datang atas nama Tuhan sehingga patutlah dipuji dan disembah. Dia datang dengan sederhana dan rendah hati. Dialah Raja damai yang mengendarai kendaraan perdamaian yakni seekor keledai memasauki kota damai (Yerusalem). Satu kata kunci yang menguatkan dan menantang kita pada hari ini adalah apakah ada damai di dalam hatimu?

Dalam malam perjamuan terakhir, Tuhan Yesus berkata: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu, Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan dunia kepadamu.” (Yoh 14:7). Ketika berkotbah di bukit, Yesus berkata: “Berbahagialah mereka yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Mat 5:9). Damai adalah milik Tuhan. Ia memberikannya kepada anda dan saya. Terimalah dan bawalah kepada sesama, karena damai dari Tuhan tidak sama dengan yang diberikan dunia. Dan barang siapa membawa damai itu kepada sesama, ia layak disebut anak-anak Allah. Luar biasa Tuhan kita!

Selamat memasuki Pekan Suci.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply