Homili 27 Mei 2015

Hari Rabu, Pekan Biasa VIII
Sir. 36:1,4-5a,10-17
Mzm. 79:8,9,11,13
Mrk. 10:32-45

Kasihanilah kami, ya Tuhan!

Fr. JohnAda seorang sahabat yang mengaku bahwa ia lebih dari sepuluh tahun tidak mengaku dosa. Ia pernah merasa tidak memiliki dosa dan tidak perlu mengakuinya, apalagi mengakunya hanya di depan pastor-pastor yang ia kenal. Namun demikian ia tetap hadir di gereja secara fisik untuk beribadat dan mengikuti kegiatan menggereja, tetapi urusan mengaku dosa itu tak pernah ia pikirkan. Pada suatu kesempatan ia mengikuti rekoleksi lingkungannya dalam masa prapaskah. Lingkungan itu menyiapkan sebuah spanduk besar dengan tulisan: “Kasihanilah kami, Ya Tuhan Yesus” dan gambar wajah Yesus penuh belas kasih dan mengampuni. Ketika melihat spanduk itu, ia merasa tergerak hati untuk mau berubah dalam hidupnya. Lebih lagi ketika Romo pembimbingnya mengatakan: “Hidup kita akan lebih bermakna ketika kita rendah hati dan mengakui dosa dan salah kita di hadirat Tuhan.” Ia pun mengakui dosa-dosanya dan mulai saat itu ia berniat supaya setiap kali berdoa, ia juga mengatakan kepada Tuhan: “Kasihanilah Aku orang berdosa ini, ya Tuhan”.

Ketika mendengar sharing pengalaman ini, saya mengingat banyak orang yang lebih dari sepuluh tahun juga tidak mendekatkan diri kepada Tuhan dalam sakramen pengakuan dosa karena mereka tidak merasa bahwa mereka adalah orang berdosa. Mereka lupa diri dan merasa bahwa dosa itu hal biasa-biasa saja. Merekapun selalu jatuh dalam dosa yang sama dan tidak berniat untuk bertobat. Hati nurani mereka menjadi tumpul. Dampaknya bisa dirasakan di dalam masyarakat kita saat ini. Misalnya, ada tindakan korupsi yang merajalela dan orang melakukannya tanpa merasa malu, dilakukan dengan terang-terangan. Korupsi bahkan merembes masuk di dalam Gereja. Paus Fransiskus setelah terpilih, memiliki sebuah tugas untuk menata sistem keuangan di Vatican yang hingga tahun 2013 tidak pernah terbuka ke dunia luar. Kita mengingat skandal yang dilakukan Mgr. Nunzio Scarano pada bulan Januari 2014, bahkan para investigator menemukan tiga ribu rekening yang tidak jelas dan harus ditutup. Di setiap keuskupan dan paroki-paroki juga mengalami hal yang sama. Ada “tikus-tikus” yang mencuri hak milik Tuhan dan kaum miskin di Gereja. Orang bisa melakukan itu dengan sadar karena tidak ada lagi rasa berdosa di dalam hati mereka. Mungkin saja mereka berpikir bahwa melakukan korupsi di Gereja itu pasti diampuni dan tindakan “pemutihan” atau penghapusan. Kasihanilah kami orang berdosa ini, ya Tuhan!

Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini coba mengarahkan kita untuk merasakan belas kasih Tuhan yang rela mengorbankan diri bagi kita. Dialah yang datang untuk melayani setiap orang yang baik dan jahat. Di dalam bacaan pertama, kita mendengar sebuah doa pertobatan dari umat Israel setelah mengalami pengasingan. Inilah doa mereka kepada Tuhan: “Kasihanilah kami hai Penguasa, Allah semesta alam, dan pandangilah kami dan curahkanlah kedahsyatan-Mu ke atas segala bangsa.” (Sir 36:1). Mengapa mereka memohon belas kasih dari Tuhan? Karena mereka percaya bahwa tidak ada Allah lain kecuali Tuhan dan bahwa Dialah yang melakukan karya-karya ajaib di hadapan manusia. Oleh karena itu hendaknya Tuhan tetap berkarya dengan lengan kanan-Nya yang perkasa. (Sir 36: 4-5).

Umat Allah juga memohon belas kasih Tuhan untuk mengumpulkan semua suku Yakub dan mengembalikan mereka ke tempat semula sesuai janji-Nya, memohon belas kasih kepada umat Israel sebagai anak sulung, belas kasih atas kota Yerusalem sebagai kota di mana Tuhan bersemayam. Di samping itu, ada harapan dari umat Allah supaya Sion tetap bersukacita karena karya Allah yang ajaib dan Bait-Nya yang kudus. Dengan demikian, seluruh penghuni bumi akan tetap mengakui Yahwe sebagai satu-satunya Tuhan dan Allah.

Identitas Allah diperkenalkan oleh Penulis Kitab Putra Sirak sebagai Allah yang berbelas kasih. Allah yang tidak memperhitungkan dosa-dosa tetapi tetap setia mengampuni, melayani dan menyelamatkan manusia. Identitas Allah ini menjadi nyata di dalam diri Yesus Kristus. Perikop Injil hari ini mengisahkan bahwa Ia memberitahukan penderitaan-Nya kepada para murid untuk kedua kalinya. Ketika itu, mereka sedang dalam perjalanan menuju ke Yerusalem. Para murid mengalami ketakutan, demikian juga orang-orang yang mengikuti-Nya dari belakang. Ketika itu Yesus berkata: “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit.” (Mrk 10:33-34).

Yesus Kristus menampilkan wajah Allah yang berbelas kasih kepada manusia yang berdosa. Wajah Allah yang menderita karena manusia selalu jatuh dalam dosa yang sama, manusia yang keras hatinya sehingga tidak mau bertobat. Wajah Allah yang selalu siap untuk melayani bahkan mengorbankan diri-Nya bagi manusia. Manusia yang lebih mementingkan kedudukan atau kuasa, mencari popularitas dari pada melayani dengan tulus.

Pada hari ini mata hati kita dibuka oleh Tuhan untuk menyerupai Dia. Dia yang adalah Tuhan dan Allah kita bisa berbelas kasih kepada manusia maka kita pun harus berbelas kasih kepada sesama. Dia yang adalah Tuhan bisa datang untuk melayani bukan dilayani maka hendaknya kita juga saling melayani dengan sukacita dan tanpa pamri. Mari kita meninggalkan nafsu berkuasa, hasrat untuk menjadi populer dan merendahkan diri untuk bisa melayani dengan tulus. Selagi kita masih dipenjarakan oleh nafsu untuk berkuasa dan menyombongkan diri maka kita tidak akan menjadi seorang pelayan yang baik. Kasihanilah kami umat-Mu ya Tuhan!

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply