Homili 26 September 2015

Hari Sabtu, Pekan Biasa ke-XXV
Za. 2:1-5,10-11a
MT Yer. 31:10,11-12ab,13
Luk. 9:43b-45.

Apakah anda juga merasa heran dan takjub?

imageBeberapa hari yang lalu saya berjumpa dengan sepasang calon suami dan istri. Mereka mengundang saya untuk memberkati pernikahan mereka pada akhir tahun ini. Dalam pertemuan itu, saya sempat bertanya kepada mereka tentang motivasi awal cinta kasih mereka, yang mengantar mereka untuk memasuki bahtera keluarga. Calon isteri mengatakan bahwa ia takjub karena kebaikan hati calon suaminya. Ia selalu siap untuk membantu siapa saja dan kapan saja. Ia membutuhkan pribadi seperti ini. Calon suami mengatakan bahwa ia heran melihat calon istrinya begitu ramah dan suka menolong sesama. Ia juga sabar dan penyayang. Ia mengaku membutuhkan pribadi seperti ini untuk menyempurnakan dirinya. Saya mengatakan kepada mereka berdua bahwa mereka sedang berjalan di jalan yang benar karena masing-masing saling merasa heran dan takjub satu sama lain. Orang yang saling mencintai satu sama lain itu pertama-tama merasa heran dengan kebajikan-kebajikan yang dimilikinya dan takjub memandang pasangan dan segala keunikannya. Mereka bisa saling menyempurnakan satu sama lain.

Apakah anda juga pernah merasa heran dan takjub dengan pasanganmu atau dengan sahabat kenalanmu? Banyak kali kita merasa heran dan takjub dengan sesama dan keunikannya tetapi kita lupa untuk memberi apresiasi terhadapnya. Kita mengetahui kelebihan sesama tetapi kita lupa mendukungnya untuk lebih berkembang dan berguna bagi banyak orang. Kita bisa saja hanya melihat kekurangan yang dimiliki dan menjatuhkannya. Kita bukanlah homo homini socius melainkan homo homini lupus.

Pada hari ini kita mendengar sebuah kisah Injil tentang Tuhan Yesus. Setelah Ia melontarkan dua pertanyaan kepada para murid-Nya: “Kata orang siapakah Aku dan menurut kamu siapakah Aku” Ia perlahan-lahan mengantar mereka untuk mengenalnya lebih dalam. Pengenalan lebih dalam itu diawali oleh perasaan heran dan takjub karena semua pekerjaan yang sudah sedang dilakukan-Nya. Ia diutus Bapa di Surga untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya. Misalnya dengan menyembuhkan segala penyakit dan kelemahan manusia. Ia juga berkeliling sambil berbuat baik, menghadirkan Kerajaan Allah dan mewartakan Injil.

Semua karya-karya besar yang dilakukan Yesus ini membuat orang disekitar-Nya berkeinginan untuk mengangkat Dia menjadi raja supaya memerintah Israel. Tetapi mereka justru heran karena Yesus mengatakan sesuatu yang sangat berbeda dengan jalan pikiran dan harapan mereka. Inilah perkataan Yesus: “Dengarkan dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.” Perkataan yang keluar dari mulut Yesus ini ternyata tidak bisa dimengerti oleh para murid-Nya. Mereka pun tidak berani menanyakan makna perkataan-Nya terutama segala penderitaan-Nya. Jalan pikiran manusia berbeda dengan jalan pikiran Tuhan.

Pada hari ini kita ditantang untuk berani mengungkapkan rasa heran dan takjubnya kepada Yesus. Rasa heran dan takjub ketika memandang Yesus, seorang Pria sejati yang siap untuk diserahkan ke dalam tangan manusia, menderita dan wafat bagi semua orang. Rasa heran dan takjub yang turut membentuknya sebagai pengikut Kristus, dengan semangat rela berkorban, membaktikan dirinya demi kebaikan dan keselamatan sesama manusia. Semangat rela berkorban dalam keluarga, dan di tempat di mana kita bekerja dan melayani sebagai pengikut Kristus. Apakah anda berani menyerupai Yesus Kristus, sang Maestro?

Doa: Tuhan, bantulah kami supaya tidak berhenti pada rasa heran dan kagum saja, tetapi berani memberi diri, memiliki semangat rela berkorban seperti Kristus sendiri. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply