Homili 28 September 2015

Hari Senin, Pekan Biasa ke-XXIII
Za. 8:1-8
Mzm. 102:16-18,19-21,29,22-23
Luk. 9:46-50

Tuhan menyelamatkan semua orang

imageAda seorang pemuda yang merasa sedang berada jauh dari Tuhan. Hidup rohaninya mulai kering. Ia tidak memiliki gairah untuk berdoa, mengikuti perayaan Ekaristi dan menerima sakramen-sakramen tertentu terutama sakramen tobat di dalam Gereja Katolik. Ia juga mulai meragukan Tuhan dan kasih-Nya. Pada suatu hari ia melihat seorang pemuda lain yang sebaya dengannya. Pemuda yang lain itu mengenakan kaos dengan tulisan: “Allah melihatmu”. Kata-kata ini kelihatan sederhana tetapi sangat menusuk hatinya. Ia kembali ke rumah dengan mengingat kembali kalimat: “Allah melihatmu”. Sejak saat itu ia berubah. Segala keraguan akan Allah perlahan-lahan pupus. Ia mengakui dosa-dosanya dan kembali kepada Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhan Allah selalu melihatnya. Tuhan Allah selalu memperhatikannya. Tuhan Allah juga menyelamatkannya.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini menyadarkan kita bahwa Allah adalah kasih. Ia senantiasa melihat seluruh hidup kita, dengan tatapan penuh kasih dan pengampunan. Ia juga memiliki kehendak untuk menyelamatkan semua orang. Dalam bacaan pertama, kita mendengar bagaimana Tuhan yang memiliki rencana untuk memberikan pengampunan kepada Yerusalem. Melalui nabi Zakharia, Ia berkata: “Aku akan kembali ke Sion dan akan diam di tengah-tengah Yerusalem. Yerusalem akan disebut Kota Setia, dan gunung Tuhan semesta alam akan disebut Gunung Kudus.” (Za 8:3). Tuhan berkehendak untuk menjadikan Yerusalem sebagai kota-Nya yang kudus, tempat di mana Ia bersemayam (Shekinah). Perkataan Tuhan ini memiliki dampak yang besar terhadap makna nama kota Yerusalem. Yerusalem berarti kota damai. Orang Arab lebih suka menyebutnya Al-Quds (tempat Allah yang Kudus).

Tuhan akan menata kota Yerusalem menjadi sebuah kota yang teratur dan harmonis. Manusia akan diberinya usia yang panjang, sehat lahir dan bathin. Tandanya adalah akan ada lagi kakek-kakek dan nenek-nenek duduk di jalan-jalan Yerusalem, masing-masing memegang tongkat karena lanjut usianya (Za 8:4). Dunia menjadi tempat yang damai dan tenteram. Tandanya adalah pada jalan-jalan kota Yerusalem akan penuh dengan anak laki-laki dan anak perempuan yang bermain-main di situ. (Za 8:5). Tuhan mau menjadikan kota Yerusalem sebagai tanda bahwa Ia menciptakan dunia dan isinya baik adanya. Bahwa ada ketidakharmoniasan di dunia merupakan tanda manusia yang menghuninya bersifat egois. Ketika manusia bersifat egois maka ia juga tidak menganggap keberadaan sesama di sekitarnya. Yerusalem adalah simbol seluruh dunia yang diciptakan Tuhan baik adanya. Tuhan memang memiliki rencana yang indah, membuatnya teratur dan harmonis.

Tuhan tidak hanya menata Yerusalem sebagai kota kudus dan penuh damai. Ia juga memiliki rencana untuk menyelamatkan semua orang. Ia berkata: “Sesungguhnya, Aku menyelamatkan umat-Ku dari tempat terbitnya matahari sampai kepada tempat terbenamnya, dan Aku akan membawa mereka pulang, supaya mereka diam di tengah-tengah Yerusalem. Maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka dalam kesetiaan dan kebenaran.” (Za 8:7-8). Perkataan Tuhan ini menunjukkan betapa besarnya cinta kasih-Nya bagi kita semua. Ia tidak memperhitungkan dosa-dosa kita tetapi melihat iman kita kepada-Nya. Tuhan baik karena Ia sudah membangun Sion dan menampakkan diri dalam kemuliaan-Nya (Mzm 102:17).

Bagaimana kita menyikapi kasih Tuhan? Tuhan Yesus dalam Injil mengajak kita untuk hidup menyerupai-Nya. Ia mengetahui bahwa para murid-Nya memiliki ambisi tertentu, sikap egois masih menguasai mereka. Bagi Tuhan Yesus, sikap-sikap ini memang manusiawi dan harus diubah supaya menyerupai-Nya. Artinya, para pengikut Kristus harus memiliki sikap rendah hati dan polos seperti anak kecil. Anak kecil itu simbol orang-orang yang dianggap tidak memiliki hak untuk menduduki suatu posisi tertentu. Ia juga tidak memiliki privilege tertentu dalam hidup sosial. Para pengikut Kristus hendaknya bersikap rendah hati dan siap untuk melayani seperti Tuhan Yesus sendiri. Ia juga datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani (Mat 20:28). Ia rela berkenosis atau mengosongkan diri-Nya dengan mengambil rupa seorang hamba (Flp 2:7).

Tuhan Yesus mengajar para murid-Nya untuk terbuka kepada semua orang. Mengapa? Karena Ia datang ke dunia untuk menyelamatkan semua orang. Ia menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar (Mat 5:45). Banyak kali kita juga berlaku seperti para murid yang menutup diri dan menganggap diri kita paling kudus dan sempurna. Kita menolak kehadiran orang-orang yang tidak seiman dengan kita. Yesus saja menerima semua orang apa adanya. Ia mengasihi orang berdosa dan menghancurkan dosa-dosa mereka serta memberikan keselamatan kekal. Menjadi orang yang dibaptis belumlah cukup. Kita harus sungguh-sungguh Kristen.

Tuhan menyelamatkan semua orang. Ia sendiri berkata: “Sesungguhnya, Aku menyelamatkan umat-Ku dari tempat terbitnya matahari sampai kepada tempat terbenamnya” (Za 8:7). Yesus, Putera Allah juga melakukan hal yang sama dengan mengingatkan kita untuk hidup rendah hati menyerupai-Nya, melayani dengan sukacita dan menerima semua orang apa adanya. Mari kita membaharui diri supaya sungguh-sungguh hidup sebagai pengikut Kristus yang baik, dan setia.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply