Homili 1 Oktober 2015

St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus
Yes. 66:10-14b atau 1Kor. 12:31-13:13
Mzm 131:1.2.3
Mat. 18:1-4

Dengan hati seorang anak kecil!

imagePada hari ini Gereja Katolik merayakan peringatan St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus. Ia terlahir dengan nama Theresia Martin. Ia dilahirkan di kota Alençon, Perancis, tanggal 2 Januari 1873. Ayahnya bernama Louis Martin dan ibunya Zelie Guerin. Pasangan ini dikarunia sembilan orang anak, tetapi hanya lima yang bertahan hidup hingga dewasa. Kelima bersaudara itu semuanya puteri dan semuanya menjadi biarawati. Ketika masih kecil, ibunya meninggal dunia sehingga ayahnya berpindah ke kota Lisieux untuk bekerja. Ia merasakan kasih Tuhan yang begitu besar di dalam dirinya. Ia banyak berdoa untuk pertobatan orang berdosa. Ia masuk biara untuk melayani Tuhan selama 9 tahun. Karena mengidap TBC maka ia meninggal dunia pada tanggal 30 September 1897. Saat itu ia masih berusia duapuluh empat tahun.

Pada hari yang ini saya coba mengambil kutipan-kutipan perkataannya untuk memberi semangat kepada kita supaya bisa hidup sebagai pengikut Kristus yang baik. Theresia suka berdoa dan doanya itu menyerupai anak kecil yang polos dan jujur. Ia menyapa Yesus sebagai sahabat yang tulus. Ia berdoa: “Oh Yesus, aku tahu cinta hanya dapat dibalas dengan cinta, maka aku sudah menemukan alat untuk memuaskan hatiku dengan memberikan cinta kepada Cinta-Mu.” Seorang anak kecil yang merasakan kasih Tuhan Yesus begitu sempurna. Cinta kasih hanya bisa dibalas dengan cinta kasih. Allah adalah kasih (1Yoh 4:8.16) maka kalau Allah ada di dalam diri kita maka dengan sendirinya kita juga mampu mengasihi. Bagi Theresia, cinta adalah jalan kesempurnaan, tidak ada yang lain!

Dalam Percakapan terakhir, Theresia menulis: “Aku merasa diriku dikuasai oleh sekian banyak kelemahan, namun itu tidak pernah membuatku heran, alangkah manisnya merasakan diriku lemah dan kecil.” Theresia sadar diri bahwa dirinya pun bisa dikuasai oleh berbagai kelemahan. Namun ia mendapat kekuatan dari Tuhan. Kelemahan terasa manis karena dengan demikian ia bisa menjadi rendah hati dan setia untuk melayani Tuhan dan sesama. Pengalaman akan Allah selalu ditandai dengan pertobatan yang terus menerus. Orang yang bertobat itu mengenal dirinya, mengetahui mana kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya itu harus selalu disyukuri, kelemahannya membuka jalan bagi pertobatannya.

Dalam Percakapan Terakhir, ia juga menulis: “Kekudusan adalah suatu sikap hati, yang menempatkan kita ke dalam tangan Tuhan, kecil dan rendah hati, menyadari kelemahan kita dan secara buta mengandalkan kebaikan Ke-Bapaan-Nya.” Kita semua dipanggil kepada kekudusan. Kita menjadi kudus karena cinta kasih Allah, anugerah berlimpah dari Tuhan Allah dan ini merupakan panggilan kita dari Tuhan. Perkataan-perkataan St. Theresia ini sangat sederhana tetapi mendalam secara rohani. Dia menunjukkan orientasi hidup yang jelas yakni menjadi bagian dari Tuhan. Apakah kita juga memiliki orientasi yang jelas untuk menjadi kudus?

Semua perkatan Theresia yang saya kutip di atas bisa menginspirasikan kita untuk memahami Sabda Tuhan pada hari ini. Di dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus mengajar para murid-Nya untuk memiliki hati yang indah seperti anak kecil. Para murid-Nya memiliki ambisi tertentu di dalam hidup mereka sehingga mereka sendiri bersoal jawab tentang siapakah yang terbesar di dalam Kerajaan Surga. Yesus menyadarkan mereka dengan menghadirkan seorang anak kecil di tengah-tengah mereka dan berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.” (Mat 18:3-4).

Anak-anak kecil pada zaman Yesus menjadi model kehidupan bagi setiap orang. Jiwa mereka yang polos, bergantung pada orang dewasa, mendorong kita untuk hidup serupa dengan mereka. Kita pun dipanggil untuk memiliki hati yang transparan, suci supaya bisa melihat Allah (Mat 5:8). St. Theresia sudah berhasil membuktikannya bahwa dengan menjadi kecil, rendah hati kita bisa leluasa mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama. Orang yang sombong dan egois tidak akan melayani Tuhan dengan baik.

Kasih adalah segalanya. St. Paulus dalam himne tentang kasih mengatakan: “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.” (1Kor 12:4-8).

Pada hari ini kita semua dikuatkan oleh Tuhan melalui St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus untuk mampu mengasihi seperti Tuhan sendiri yang lebih dahulu mengasihi kita. Kasih itu tidak berkesudahan! Mengapa anda masih takut mengasihi dengan kasih Tuhan? Kita juga berdoa semoga para misionaris bisa mewartakan kasih Tuhan kepada semua orang. St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus, doakanlah kami. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply