Uomo di Dio: Hai engkau orang bodoh

Bacaan: Luk. 12: 13-21

Hai engkau orang bodoh!

imageAda seorang pemuda yang membagi pengalaman masa lalunya dalam rekoleksi bersama. Ia merasa bersyukur karena diberkati oleh Tuhan. Setelah menyelesaikan kuliahnya, ia mencari dan mendapat pekerjaan yang baik sesuai keahliannya. Penghasilannya bagus untuk ukurannya sebagai seorang pemula di perusahan itu. Karena tuntutan pekerjaan dan gaya hidup, maka ia banyak kali lupa diri dalam memiliki banyak barang. Ia sendiri merasa menjadi tamak dalam hidupnya. Ia membeli apa saja yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Ia hanya mau memamerkan kepada orang lain bahwa ia mampu membeli dengan uangnya sendiri dan memilikinya. Ia juga merasa semakin berbeda dengan orang lain, dirinya semakin mantap dan dikenal di kalangan luas sebagai orang muda yang berada (memiliki harta).

Keadaan pemuda ini berlangsung cukup lama. Namun pada suatu saat ia disapa oleh Tuhan melalui sabda-Nya. Ketika itu, ia membuka Injil dan menemukan ayat-ayat ini: “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Mat 6:19-21). Baginya perkataan Tuhan Yesus ini memiliki kekuatan yang luar biasa dan mengubah seluruh hidupnya. Ia merasa pernah menjadi bodoh karena harta dan ia bertekad untuk berubah! Dia sungguh berubah.

Banyak Pria Katolik juga memiliki pengalaman hidup yang mirip. Mereka termakan oleh barang-barang duniawi sehingga nyaris melupakan Tuhan dan sesama di sekitarnya. Tuhan Yesus selalu mengetahui titik kelemahan manusiawi kita terutama yang berhubungan dengan uang atau barang duniawi lainnya. Maka Ia juga menyadarkan kita untuk memiliki sikap lepas bebas karena di mana harta kita berada, hati kita juga ada di sana. Harta bisa memenjarakan diri kita sehingga kita lupa diri dan lupa dengan sesama bahkan lupa dengan Tuhan sendiri. Banyak pria katolik menjadi avarice! Mungkinkah anda salah seorang avarice?

Tuhan Yesus, maestro pria katolik dalam perikop Injil hari ini memberi contoh konkret bagaimana orang menjadi bodoh karena dikuasai oleh harta benda yang dimilikinya. Ia menceritakan bagaimana seorang kaya mengumpulkan banyak harta dengan tujuan untuk memuaskan dirinya sendiri tanpa berpikir untuk berbagi dengan sesamanya. Yesus menyebut orang ini bodoh karena ketika meninggal dunia, ia tidak akan membawa semua yang dimilikinya itu. Ia akan meninggalkan segala-galanya untuk menghadap Tuhan tanpa memiliki apa-apa. Harta warisan juga ternyata bisa menjadi sumber pemecah persekutuan saudara-saudari daam keluarga. Banyak keluarga hancur karena harta. Anak-anak melawan dan mau memenjarakan orang tuanya, saudara-saudara juga saling berebut harta warisan. Rasa malu hilang dengan sendirinya.

Apakah kita tetap bertahan dengan hidup seperti ini? Tuhan Yesus dalam Injil berkata: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” (Luk 12:15). Perkataan Yesus ini memiliki kebenaran sejati. Ketika seorang dikuasai oleh harta ia akan melakukan apa saja untuk tetap mendapatkan bahkan dengan cara-cara yang kotor. Ada pria katolik yang pernah dikuasai oleh nafsu untuk memiliki harta sehingga bisa menyalahgunakan kekuasaan dan kebaikan orang lain. Kita seharusnya merasa malu kalau dalam pelayanan di penjara, berjumpa dengan orang-orang yang namanya adalah nama baptis.

Tuhan Yesus juga bisa mengatakan kepada anda dan saya sebagai orang bodoh, karena kita tidak bijaksana dalam bersikap terhadap segala sesuatu yang kita miliki. Hati kita melekat pada harta dan melupakan-Nya sebagai Tuhan yang menciptakan segala sesuatu untuk kita semua. Hal terpenting yang Tuhan kehendaki dari kita saat ini adalah kemampuan kita untuk berbagi dengan sesama. Mari kita membuka mata kita untuk melihat dan menolong saudara-saudari kita yang kelaparan karena kemarau panjang, para pengungsi yang rumah ibadatnay dibakar dan para manula yang tidak diperhatikan oleh sesama.

Kita belajar dari Tuhan Yesus dalam Ekaristi. Ia merelakan diri-Nya sendiri untuk berbagi dengan sesama yang lain. Kalau kita mengakui diri kita sebagai pria katolik yang mengikuti Yesus Kristus maka mari kita membagi waktu, bakat, kemampuan untuk melayani sesama. Milikilah sikap rela berkorban untuk membahagiakan sesamamu.

Doa: Tuhan, mampukan kami untuk bisa berbagi dengan sesama kami. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply