Homili 23 Oktober 2015

Hari Jumat, Pekan Biasa XXIX
Rm. 7:8-25a
Mzm. 119:66,68,76,77,93.94
Luk. 12:54-59

Mawas diri itu perlu dan harus!

imageApa yang kita pikirkan ketika melihat dan mendengar acara “ramalan cuaca” melalui media televisi dan radio? Kita semua pasti mawas diri dengan bersikap siap siaga dan waspada terhadap fenomena alam yang diramalkan itu. Biasanya ada peringatan-peringatan tertentu supaya mereka yang berpergian harus mawas diri. Sebenarnya, ada banyak orang yang memiliki kepekaan tertentu untuk membaca tanda-tanda alam, tanpa membutuhkan media sosial. Mereka sudah memiliki pengalaman tertentu, misalnya dengan membaca arah angin, melihat posisi pergerakan awan di langit, merasakan suhu udara dan fenomena alam lainnya. Tanda-tanda dan fenomena-fenomena alam ini mengatakan sesuatu kepada manusia untuk membangun sikap mawas diri dengan berjaga-jaga dan berwaspada. Ramalan cuaca itu kadang tepat, kadang juga tidak tepat karena semua tergantung pada Tuhan. Namun hal terpenting adalah sikap mawas diri harus selalu dimiliki oleh setiap pribadi suapay bisa selamat.

Tuhan Yesus, dalam bacaan Injil hari ini memuji kemampuan manusia untuk membaca tanda-tanda zaman. Misalnya dengan melihat awan naik di sebelah barat maka orang berani mengatakan akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Atau ketika melihat angin selatan bertiup maka hari akan terjadi panas terik (Luk. 12:54-55). Manusia menilai zaman berdasarkan pengalaman pribadinya bertahun-tahun dan ada kebenarannya. Masalah yang diangkat oleh Yesus adalah pada ketidakmampuan manusia untuk membaca tanda-tanda keselamatan di dalam diri-Nya. Itulah sebabnya Ia mengatakan bahwa manusia itu bersifat munafik karena hanya mampu menilai rupa bumi dan langit tetapi belum mampu menilai zaman ini. (Luk, 12:56). Mereka melihat Yesus sebagai sumber keselamatan, namun mereka tidak membuka diri untuk menerima-Nya dan percaya kepada-Nya.

Para murid dan banyak orang yang mengikuti Yesus mendengar Sabda dan merasakan tanda-tanda ajaib yang dilakukan-Nya. Ia datang ke dunia untuk melepaskan manusia dari segala sakit dan kelemahannya. Apa yang mereka rasakan, menyaksikan sendiri seharusnya membuat mereka bertobat dan percaya kepada-Nya. Kritikan Yesus sebenarnya ditujukkan juga kepada kita semua. Kita mengakui diri kita sebagai pengikut Kristus, mengetahui banyak hal dari Injil tentang Yesus Kristus namun hidup kita belum sepadan dengan-Nya. Kalau kita sungguh-sungguh mau mengikuti Kristus maka hidup kita harus menyerupai-Nya. Tanda-tanda keselamatan harus dirasakan oleh kita semua sebagai orang beriman.

Untuk mengaktualisasikan tanda-tanda keselamatan yang diwartakan-Nya, maka Tuhan Yesus mengingatkan kita untuk berani memutuskan sendiri apa yang baik dan benar di dalam hidup kita. Mengapa? Karena Tuhan sudah menganugerahkan kepada manusia kemampuan untuk membaca tanda-tanda zaman untuk mawas diri, maka manusia pun harus bijaksana untuk melihat jalan keselamatan di dalam diri Yesus Kristus. Sikap bathin yang lain adalah kemampuan untuk berdamai, hidup selaras sesuai dengan kehendak Tuhan. Hidup berdamai bukan hanya dengan orang yang dekat, tetapi dengan lawan juga kita harus membangun rasa damai satu sama lain. Membangun rasa damai atau rekonsiliasi yang dimaksudkan oleh Yesus adalah semangat pertobatan di dalam diri kita.

Tuhan Yesus memampukan kita untuk bisa hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Ia menganugerahkan kebijaksanaan bagi kita untuk membedakan mana yang baik dan benar, maka hendaklah kita juga menjadi bijaksana untuk membuka diri bagi keselamatan. Untuk itu pertobatan adalah jalan yang tepat untuk memperoleh keselamatan dalam Yesus Kristus.

St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma mengatakan bahwa upah dosa adalah kematian (maut) maka orang harus bertobat supaya bisa merasakan kemerdekaan dalam Kristus. Dosa itu bisa membangkitkan di dalam diri manusia aneka keinginan yang bisa menjauhkan manusia dari Tuhan yang mahabaik. Ia mengakui bahwa dahulu ia hidup tanpa hukum Taurat, namun ketika ia sudah mengenal hukum Taurat maka dosa mulai hidup di dalam dirinya. Dosa merangsang di dalam hidupnya berbagai keserakahan yang bisa membawa kematian. Menurut Paulus, dosa mendapat kesempatan untuk menipunya dan oleh perintah itu ia membunuhnya. Ia tetap yakin bahwa hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik.

Pengenalan akan dosa di dalam hidupnya tak henti-henti membuatnya bersemangat untuk bertobat. Dosa bertambah banyak, namun kasih karunia dari Tuhan melampaui segalanya. Kita juga tentu merasakan kenikmatan dosa, kedagingan di dalam hidup, kecenderungan untuk hidup dalam dosa. Namun kasih karunia dari Tuhan bisa mengubah seluruh hidupnya.

Sabda Tuhan pada hari ini membuka pikiran dan hati kita untuk pandai membaca tanda-tanda zaman dan berusaha untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Jalan keselamatan pun terbuka bagi kita semua. Semangat pertobatan juga perlu kita bangun bersama untuk mengalami kasih karunia Tuhan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply