Homili Hari Minggu Adven I/C – 20015

HARI MINGGU ADVEN I/C
Yer. 33:14-16
Mzm. 25:4bc-5ab,8-9,10,14
1Tes. 3:12 – 4:2
Luk. 21:25-28,34-36

Kedatangan-Nya kita rindukan…

imagePada Hari Minggu Advent Pertama ini, seluruh Gereja Katolik memasuki tahun baru liturgi yakni tahun C/II. Selama beberapa Minggu ke depan, kita semua diundang untuk menyiapkan diri menantikan kedatangan Tuhan. Tuhan sendiri membimbing kita melalui Sabda-Nya dalam liturgi supaya tetap berjaga-jaga dan berdoa.

Lalu, apa saja hal-hal yang ikut menghiasi masa adven di dalam Gereja katolik? Hal yang lazim adalah adanya ibadat bersama, pendalaman iman, puasa serta pertobatan. Dalam kehidupan liturgi, lagu-lagu ibadat dan bacaan-bacaan liturgi, nuansanya memberi harapan, optimisme bagi orang yang nyaris kehilangan harapan untuk menemukan satu-satunya harapan yaitu Allah yang berinkarnasi dalam diri Yesus Kristus. Dari bacaan-bacaan Kitab Suci, kita berjumpa dengan figur-figur tertentu dalam Kitab Suci yang menjadi model Penantian bagi kita. Mereka adalah nabi-nabi seperti Yeremia dan Yesaya. Nubuat-nubuat mereka memberikan harapan baru bagi kita untuk melihat keselamatan yang datang dari Allah kita. Bunda Maria, dia dikandung tanpa noda dosa. Ia dipilih Allah menjadi ibu Yesus. Ia menerima dan bersama Yesus selamanya. Maria menginsipirasikan kita untuk beriman dengan rendah hati dan berusaha untuk bertumbuh menjadi kudus. Yohanes Pembaptis, menyerukan pertobatan. Ia membaptis dengan air sebagai tanda pertobatan sehingga orang bisa layak menyambut kedatangan Tuhan. St. Yusuf adalah pria yang tulus, jujur dan saleh. Ia menerima Yesus sebagai anak-Nya. Tentu saja figur-figur ini hendaknya mempengaruhi dan mengubah hidup kita.

Di samping nuansa sabda Tuhan yang penuh optimisme ini, kita juga memiliki korona (lingkaran) Adven. Sebenarnya kebiasaan membuat Korona Adven ini berasal dari Skandinavia di Eropa Utara. Korona Adven itu biasanya berbentuk lingkaran dengan untaian dedaunan sesuai kondisi daerah masing-masing (evergreen), dan diatasnya dipasang empat lilin (tiga lilin berwarna ungu dan satu lilin berwarna merah). Kadang-kadang korona adven dilengkapi dengan asesoris lain seperti pita berwarna ungu dan merah. Korona adven ini melambangkan Tuhan Allah yang kekal dan Yesus Kristus Putra-Nya yang tidak berawal dan tidak berakhir. Jadi dengan memandang korona adven, kita memandang Allah yang kekal, dan menumbuhkan harapan di dalam hidup kita bahwa pada saat yang tepat, kita juga akan hidup bersama-Nya di keabadian.

Mengapa ada dedaunan berwarna hijau? Warna hijau (evergreen) memberikan harapan. Yesus Kristus datang dan memberi harapan akan keselamatan bagi semua orang. Dia sendiri berkorban dalam paskah-Nya karena kasih-Nya tiada batas bagi manusia. Ada juga lilin-lilin adven yang memiliki makna tersendiri. Ada tiga batang lilin berwarna ungu sebagai simbol pertobatan, matiraga, berkabung, empati. Lilin berwarna merah muda yang dinyalakan pada pekan Adven III melambangkan sukacita (gaudate), dan cinta kasih. Lilin juga menjadi simbol Kristus sebagai terang yang datang untuk menerangi kegelapan dunia. Jadi sepanjang masa adven, fokus perhatian kita sudah terarah kepada Kristus sebagai terang dunia.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada pekan Adven pertama ini lebih memfokuskan perhatian kita pada harapan. Banyak orang yang kehilangan harapan mendapat semangat baru untuk mendapat pengharapan. Dalam situasi hidup kita yang penuh ketidakadilan, premanisme dalam berbagai bidang kehidupan, kejahatan-kejahatan dalam bidang ekonomi, sosial, politik dan budaya, Tuhan melalui nabi Yeremia memberi harapan baru. Harapan baru yang diberikan Tuhan adalah “Tuhan sendiri akan menumbuhkan Tunas Keadilan bagi Daud.” Janji Tuhan ini diberikan-Nya kepada kaum Israel dan kaum Yehuda. Tunas keadilan yang dijanjikan Tuhan itu akan melaksanakan Kebenaran dan Keadilan di negeri orang-orang hidup. Dampak dari tunas keadilan dan kebenaran adalah Yehuda akan dibebaskan dan Yerusalem akan hidup dengan tentram. Tunas keadilan menjadi nyata dalam garis keturunan Daud yakni Yesus Kristus. Dialah Immanuel yang tidak pernah melepaskan umat kesayangan-Nya. Daud sendiri menyapa-Nya dengan berkata: “Kepada-Mu, ya Tuhan, kuangkat jiwaku” (Mzm 25:1b).

St. Paulus dalam bacaan kedua juga memberi harapan kepada semua umat untuk siap menantikan hari Tuhan tiba. Ia mengingatkan jemaat di Tesalonika untuk hidup kudus dan tak bercacat di hadirat Tuhan. Hidup kudus menjadi bagian persiapan untuk menanti hari Tuhan datang dalam kemuliaan-Nya. Apa saja yang menjadi harapan dari St. Paulus? Semoga jemaat di Tesalonika bertambah banyak jumlah dan kualitas hidup imannya akan Kristus Yesus. Semoga jemaat juga bertumbuh dalam kasih satu sama lain dan kasih kepada semua orang lain. Semoga jemaat hidup dalam kekudusan. Paulus menghendaki sebuah kesungguhan dari pihak jemaat di Tesalonika untuk berjalan bersama Tuhan, hidup dalam kekudusan selama-lamanya.

Tuhan Yesus dalam Injil mengarahkan kita untuk menjaga diri dan tahan banting terhadap situasi dunia yang penuh gejolak dan kekacauan. Ada tanda-tanda yaitu pada matahari, bulan dan bintang menjadi gelap, gemuruh lautan yang menakutkan bahkan bisa mematikan manusia. Nuansa harapan yang Tuhan Yesus sampaikan adalah: “bangunlah, angkatlah mukamu sebab penyelamatanmu sudah dekat”. Untuk menyempurnakan harapan ini maka Tuhan Yesus memberi dua jalan yakni selalu berjaga-jaga dan tekun dalam berdoa. Dengan demikian ketika hari Tuhan tiba, kita semua siap menyambutnya dengan sukacita. Kita bisa tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.

Sabda Tuhan pada hari ini menguatkan kita supaya selalu merindukan kedatangan Tuhan. Merindukan kedatangan Tuhan untuk mengadili orang yang hidup dan mati adalah sebuah harapan. Milikilah harapan yang kokoh, iman yang teguh dan kasih yang abadi bagi Tuhan. Semoga persianan rohani kita ini mengantar kita kepada kekudusan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply