Homili 5 Desember 2015

Hari Sabtu, Pekan Adven I
Yes. 30:19-21,23-26
Mzm. 147:1-2,3-4,5-6
Mat. 9:35 – 10:1,6-8

Ikut Merasakan Belas Kasih Tuhan

imageAda seorang sahabat bercerita tentang masa lalunya. Ia pernah merasa hidupnya sangat jauh dari Tuhan. Maksudnya adalah hidupnya penuh dengan keinginan-keinginan duniawi. Di kepalanya hanya ada uang dan harta duniawi. Itulah sebabnya ia mengaku bahwa ia selalu mengorbankan Tuhan dan sesamanya. Apa yang dilakukannya? Dalam berelasi dengan Tuhan, ia mengaku tidak pernah berdoa dan mengucap syukur, tidak aktif untuk mengikuti kegiatan-kegiatan gereja. Ia sudah lama tidak mengaku dosa dan mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja. Dalam relasi dengan sesama, ia tidak memperhatikan kebutuhan sesama di sekitarnya. Ia merasa bisa mengatasi segala persoalan hidupnya dengan kekuatannya sendiri. Singkatnya, ia merasa puas dan merdeka sehingga tidak membutuhkan Tuhan dan sesamanya.

Apakah cara hidupnya ini bertahan selamanya? Ternyata tidak. Tuhan sudah memberi kesempatan kepadanya untuk merasakan gemerlapnya dunia, penuh dosa dan kepuasan manusiawi. Pada suatu kesempatan, ia melakukan perjalanan di dalam kota. Ia ingin memantau perjalanannya, apakah macet atau tidak macet. Ternyata pada kesempatan itu saluran radio kesayangannya sedang ada mimbar agama, dengan tema “Merasakan belas kasih Tuhan”. Pastor yang membawakan mimbar agama itu seakan menantangnya dengan berkata: “Sekarang anda masih bertegar hati namun sebentar lagi engkau juga akan tersungkur di kaki Tuhan dan merasakan belas kasih-Nya.” Kalimat yang menantangnya ini memiliki kekuatan untuk mengubah hidupnya. Ia mengaku sadar diri dan memulai proses metanoia. Pada saat ini dia menjadi pelayan Tuhan di gereja lokalnya.

Selama masa adven ini, kita semua diarahkan oleh Tuhan melalui sabda-Nya untuk ikut merasakan belas kasih-Nya. Ikut merasakan belas kasih Tuhan berarti kita membutuhkan-Nya dan ini merupakan sebuah harapan penuh kerinduan. Tuhan juga berkuasa atas hidup kita dan kita berpasrah kepada-Nya. Kita merindukan kehadiran-Nya di setiap waktu kehidupan kita. Gereja Katolik memberi kesempatan-kesempatan kepada kita untuk merasakan belas kasih Tuhan melalui sakramen-sakramen tertentu, khususnya sakramen Ekaristi dan sakramen Tobat. Melalui sakramen Ekaristi kita merasakan belas kasih Tuhan Yesus Kristus dalam misteri Paskah-Nya. Melalui sakramen tobat kita merasakan Allah sebagai Bapa yang suka mengampuni dan tidak menghitung-hitung kesalahan dan dosa kita. Belas kasih-Nya melimpah bagi kita semua di masa adven yang kudus ini.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengarahkan kita untuk ikut menyadari dan merasakan belas kasih Tuhan. Penginjil Matius melaporkan bahwa Tuhan Yesus sedang berkeliling ke semua kota dan desa sambil melakukan perbuatan baik dengan melenyapkan segala penyakit dan kelemahan manusiawi. Ia juga mewartakan Injil Kerajaan Allah kepada semua orang. Orang-orang dari kota dan desa di sekitar danai Galilea mencari dan menemukan Dia. Ia melihat begitu banyak orang yang datang kepada-Nya, dengan harapan untuk memperoleh keselamatan. Ia melihat dan menaruh kasih sayang kepada mereka. Hati Yesus tergerak oleh belas kasihan karena mereka yang datang kepada-Nya itu lelah dan terlantar seperti anak domba yang tidak bergembala. Nah, di sini kita melihat sekelompok orang yang memiliki harapan bahwa Yesus akan menyelamatkan mereka. Mereka percaya bahwa Yesus berbelas kasih, mengasihi mereka apa adanya. Apakah kita bisa menyerupai orang-orang yang senantiasa mencari Tuhan, memiliki harapan dan iman kepada Yesus sang Penyelamat?

Nabi Yesaya dalam bacaan pertama juga menggambarkan Yahwe sebagai Allah yang berbelas kasih. Tuhan Allah Israel menghendaki supaya umat-Nya mengalami kasih dan kebaikan-kebaikan-Nya. Ia tidak menghendaki supaya umat kesayangan-Nya terus menerus menangis dan menderita. Ia justru menaruh belas kasih-Nya kepada mereka. Ia membuka jalan yang benar supaya umat-Nya mengikutinya. Belas kasih Tuhan juga tercurah dalam kebaikan-kebaikan yang diberikan-Nya kepada mereka seperti menurunkan hujan dari langit untuk menumbuhkan tanaman-tanaman di ladang dan rerumputan untuk ternak-ternak mereka di padang. Tuhan digambarkan oleh Yesaya sebagai Pribadi yang senantiasa menyertai umat-Nya dalam setiap situasi hidupnya. Manusia boleh lupa Tuhan tetapi Tuhan sendiri tidak akan melupakan manusia.

Belas kasih Tuhan adalah cara Tuhan menghadirkan diri-Nya di tengah-tengah umat kesayangan-Nya. Kehadiran-Nya adalah sebuah kehadiran penuh kasih, damai dan sukacita. Tentu saja Tuhan tidak melakukan semuanya sendirian. Meskipun Ia sebagai Tuhan namun Ia juga membutuhkan manusia untuk menjadi rekan-rekan kerja untuk melayani kebun anggur-Nya. Tuhan Yesus sendiri memiliki sahabat-sahabat yang ikut terlibat dalam pelayanan-Nya. Mereka adalah para Rasul-Nya. Tuhan Yesus sendiri berjanji untuk menyertai para rasulnya hingga akhir zaman. Sambil melihat banyaknya orang yang datang kepada-Nya, Ia melihat masa depan Gereja-Nya. Maka Ia membutuhkan orang-orang yang murah hati untuk terlibat aktif melayani Gereja-Nya.

Apa yang dilakukan Tuhan Yesus? Ia mengatakan kepada banyak orang bahwa tuaian memang banyak tetapi pekerjanya sedikit. Artinya, jumlah pengikut-Nya bertambah tetapi pelayan-pelayannya masih sedikit. Untuk itu para pengikut-Nya harus meminta kepada tuan sang pemilik tuaian untuk mengirim pekerja-pekerjanya. Pikiran kita dibuka oleh Tuhan Yesus untuk mengetahui bahwa para pelayan Tuhan adalah milik Tuhan sendiri. Dia yang memilikinya dan Dia pulah yang mengutusnya untuk melayani Gereja. Masalahnya adalah apakah para pelayan Tuhan sadar diri bahwa mereka adalah milik Tuhan dan bahwa Tuhanlah yang mengutus mereka untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya di dalam Gereja? Apakah umat Allah atau Gereja menerima para pelayan Tuhan sebagai utusan Tuhan atau hanya melihat mereka sebagaimana adanya?

Tuhan Yesus mengkonkretkan perkataan-Nya ini kepada para murid-Nya. Ia memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi mereka kuasa supaya mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit serta segala kelemahan. Ia mengutus mereka dan berpesan, “Pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel! Pergilah dan wartakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kalian telah memperoleh dengan cuma-cuma, maka berikanlah pula dengan cuma-cuma.” (Mat 10:6-8). Para rasul melakukan segala pekerjaan Yesus, bukan melakukan pekerjaan mereka sendiri. Gereja saat ini juga masih melakukan pekerjaan-pekerjaan Tuhan. Maka tugas dan tanggung jawab Gereja adalah menyelamatkan bukan untuk menghukum. Belas kasih Tuhan harus semakin dirasakan oleh banyak orang.

Masa adventus merupakan masa untuk merasakan belas kasih Tuhan. Apa yang harus kita lakukan? Kita mempersiapkan batin kita untuk mengakui dosa dan salah kita di gereja masing-masing. Kita juga mengikuti perayaan Ekaristi dengan penuh penghormatan. Kalau kita sungguh-sungguh percaya maka belas kasih Tuhan akan tetap menjadi milik kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply