Homili 11 Desember 2015

Hari Jumat, Pekan Adven II
Yes. 48:17-19
Mzm. 1:1-2,3,4,6
Mat. 11:16-19

Tuhan juga menuntunmu!

imageRaja Daud mengakui Tuhan sebagai gembalanya. Perkataanny ini berdasar[ada pengalamannya sendiri sebagai gembala. Ia berkata: “Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku” (Mzm 23:1). Ciri khas Tuhan sebagai gembala menurut Daud adalah bahwa Tuhan membaringkannya di padang yang berumput hijau, membimbingnya ke air yang tenang, menuntunnya ke jalan yang benar karena nama-Nya. Apa yang dialami Daud memang pengalaman pribadinya sendiri namun sebagai umat beriman kita juga boleh mengatakan bahwa pengalamannya adalah pengalaman kita juga. Kita sebagai gereja percaya bahwa Tuhan Yesus adalah gembala yang baik (Yoh 10:11). Ia mengenal domba-dombanya, meskipun domba-dombanya banyak kali tidak mengenal-Nya. Tuhan juga berjanji untuk tetap menyertai Gereja-Nya hingga akhir zaman (Mat 28:20). Ia sendiri menjiwai gereja-Nya. Selama masa adven ini, kita semua diarahkan untuk menyadari penyertaan dan tuntunan dari Tuhan. Bacaan-bacaan liturgi selama masa adventus ini merupakan penyertaan dan tuntunan yang konkret dari Tuhan bagi kita semua. Kiblat hidup kita menjadi jelas dan terarah kepada Sabda yang menjadi daging (Inkarnasi).

Nabi Yesaya membuka pikiran kita untuk percaya kepada Tuhan yang disebutnya: Penebus, Yang Mahakudus, Allah Israel. Gelar-gelar ini sangat luhur di hadapan Allah. Umat Israel saat itu sedang mengalami perbudakan di Babel maka Tuhan menghibur umat-Nya dan menggambarkan jati diri-Nya sebagai Kasih. Tentu saja harapan dari Tuhan adalah supaya umat Israel membuka dirinya dan percaya kepada-Nya. Tuhan bersabda: “Akulah Tuhan, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh.” ( Yes 48:17). Tuhan mewahyukan diri-Nya seperti seorang ayah dan ibu yang baik melayani anaknya.Tuhan melakukannya kepada umat Israel tanpa mengingat dosa dan salah mereka. Dialah yang memulihkan mereka dengan mengajar hal-hal yang berguna bagi keselamatan mereka. Gereja saat ini juga merasakan hal yang sama. Tuhan menuntun umat-Nya melalui Sabda, melalui tradisi dan Magisterium supaya berfokus kepada Tuhan sang Penyelamat.

Konsekuensi dari ketaatan kepada Sabda adalah keselamatan.Tuhan berkata: “Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti, maka keturunanmu akan seperti pasir dan anak cucumu seperti kersik banyaknya; nama mereka tidak akan dilenyapkan atau ditiadakan dari hadapan-Ku.” (Yes 48:18-19). Perkataan Tuhan ini sangat luhur bagi orang yang mentaati perintah-Nya. Ada damai sejahtera yang bisa dirasakan di dalam diri manusia. Banyak rahmat juga dianugerahkan kepada manusia. Tuhan sungguh-sungguh menghibur umat-Nya dan mengarahkan mereka supaya merasakan keselamatan. Dialah yang senantiasa menuntun mereka kepada keselamatan.

Bagi kita yang mendengar Sabda saat ini juga merasakan kekuatan dari Tuhan. Ia menghibur kita yang senantiasa bergumul dalam hidup. Banyak kali kita kehilangan arah hidup karena lalai dan lupa akan kasih Tuhan. Kita berpikir bisa menyelesaikan persoalan hidup ini dengan kekuatan kita sendiri. Padahal Tuhan Yesus sendiri bersabda: “Sine me nihil potestis facere” (Yoh 15:5).

Tuhan selalu menuntun Gereja-Nya karena Dia adalah gembala yang baik. Namun demikian, apa yang terjadi sesunguhnya dengan manusia? Ternyata manusia sering melupakan kasih setia Tuhan. Manusia sering sibuk dengan urusan pribadinya dan tidak mengindahkan undangan Tuhan. Manusia hanya bisa sibuk menyenangkan dirinya sendiri. Yesus menyamakan manusia dengan anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: “Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.” (Mat 11:47).

Sikap masa bodoh terhadap Tuhan dan sabda-Nya bisa menutup pintu keselamatan. Tuhan Yesus mengambil contoh Yohanes Pembaptis yang datang dan menyerukan pertobatan, namun orang tidak menerimanya. Mereka juga melakukan hal yang sama kepada Yesus Kristus. Cara pandang mereka sangat manusiwi. Yesus berkata: “Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.” (Mat 11:18-19).

Apa yang terjadi dengan kita saat ini? Sikap masa bodoh masih ada dalam diri kita meskipun Tuhan tidak pernah masa bodoh dengan kita. Selama masa adventus ini, banyak orang tidak terlibat aktif dalam hidup menggereja, katekese dan pendalaman iman, membaca Kitab Suci dan merenungkan serta melakukannya, mengaku dosa dan beramal kasih. Mari kita mengikuti ajakan Yohanes Pembaptis untuk bertobat supaya layak menyiapkan diri untuk menyambut kedatangan-Nya. Tuhan senantiasa menuntun hidup kita meskipun kita berkeras hati untuk menolak tuntunan-Nya. Perbuatan salah dan dosa sudah menjauhkan diri kita dari Tuhan. Mari kita bertobat.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply