Homili 14 Desember 2015

Hari Senin, Pekan Adven III
Bil. 24:2-7,15-17a
Mzm. 25:4bc-5ab,6-7bc,8-9
Mat. 21:23-27

Sebuah bintang terbit dari Yakub

imageKita mengawali hari Senin dalam pekan Adven III dengan mendengar sebuah visi yang tajam dari Bileam tentang keselamatan dalam keluarga Yakub, khususnya bahwa sebuah bintang akan terbit dari Yakub dan kerajaannya akan kokoh. Namun sebelumnya kita perlu berkenalan dengan Bileam, tokoh kita pada hari ini. Nama Bileam kita temukan pertama kali dalam Alkitab, tepatnya di dalam Kitab Bilangan 22:5. Dia adalah orang Midian dan bermukim di Petor, daerah Mesopotamia. Ia mengakui, “Dari Aram aku disuruh datang oleh Balak, raja Moab, dari gunung-gunung sebelah timur” (Bil. 23:7). Yosefus Flavius, seorang sejarawan, menyebutnya sebagai “seorang peramal” (tukang tenung), orang yang memiliki kemampuan meramal dan sihir. Ia pernah mendapat bujukan jahat dari raja Balak untuk memusnahkan kekuatan Israel (Bil 22:6), namun Bileam tidak menurutinya karena ia sudah mengenal Allah yang Esa dan Sejati.

Dalam Kitab Bilangan dikatakan bahwa Bileam sendiri mengaku memperoleh karunia-karunia dari Allah. Misalnya sebagai penyair. Ia merasa bangga atas keberhasilannya itu, kemudian menjadi sombong dan menganggap karunia-karunia itu adalah miliknya sendiri dan dapat dipakai untuk maksud-maksudnya sendiri, menjadikannya barang dagangan untuk memperoleh kekayaan dan kehormatan. Namun, ketika dia menerima pesan tua-tua (tokoh-tokoh) masyarakat Moab dan Midian, dan tergoda meraih kesempatan besar untuk keuntungannya sendiri, dia mendapat peringatan ilahi bahwa tindakan-tindakannya akan dibatalkan. Di sini, Allah turut campur tangan dan kepintaran dari nabi yang keras hati serta keras kepala ini dengan pengaruh ilahi menjadi alat sehingga pesan dengan kekuatan serta kecerdikan luar biasa ini, menjadi relevan dengan tujuan bangsa Yahudi dan dihargai oleh gereja di seluruh dunia.

Perikop kita pada hari ini memperlihatkan Bileam sebagai orang beriman, yang memiliki anugerah istimewa untuk melihat masa depan Israel. Roh Tuhan ada padanya. Ia mengakui dirinya sebagai pribadi yang terbuka matanya, mampu mendengar firman Allah, mampu melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa sambil rebah dan tersingkap. Apa makna pengakuan diri seperti ini? Pengakuan diri seperti ini menandakan bahwa ia sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan yang Mahakuasa. Matanya terbuka kepada Tuhan menunjukkan keterbukaan imannya kepada Tuhan. Maka sebagai orang beriman, ia akrab dengan Sabda Tuhan dan dengan demikian ia bisa melihat kemuliaan Tuhan sambil menyembah-Nya.

Dengan kuasa Roh Tuhan yang ada padanya, Bileam melihat sebuah tatanan dunia yang begitu indah dan teratur. Ia melihat kemah-kemah Yakub begitu indah, terdapat tempat hunian Israel yang nyaman. Ada lembah indah yang membentang. Ada taman di tepi sungai, pohon gaharu yang ditanam Tuhan, pohon aras di tepi sungai. Ada juga air yang selalu mengalir dan kerajaannya akan dimuliakan. Penglihatan Bileam ini menunjukkan sebuah situasi Mesianis. Bileam merupakan gambaran orang beriman yang menantikan kedatangan Mesias. Tatanan dunia yang begitu indah dan teratur merupakan gambaran keselamatan yang dibawa oleh sang Mesias.

Hal yang lebih menarik adalah Bileam melihat sebuah bintang terbit dari Yakub. Tongkat kerajaan timbul dari Israel dan berkuasa meremukkan pelipis-pelipis moab dan menghancurkan semua anak Set (Bil 24:17). Apa yang mau dikatakan kepada kita? Bangsa Israel memang masih berziarah di padang gurun, namun rencana keselamatan Tuhan sudah ada. Kehadiran seorang Mesias yang akan membebaskan umat manusia dari belenggu-belenggu sudah ada dalam rencana Tuhan. Kerajaan Allah akan dihadirkan oleh Yesus Kristus di atas dunia. Semua orang akan datang kepada-Nya dan merasakan keselamatan. Ia menjamah dan menyembuhkan orang-orang sakit, mewartakan kabar sukacita kepada kaum papa dan miskin. Kerajaan Allah meskipun diganggu namun akan tetap kokoh selama-lamanya.

Penginjil Matius mengisahkan bagaimana Kerajaan Allah yang dihadirkan oleh Tuhan Yesus selalu mengalami gangguan dari orang-orang yang hidup sezamannya. Dikisahkan bahwa Tuhan Yesus masuk ke dalam Bait Allah untuk mengajar. Para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi mempertanyakan kuasa mengajar-Nya. Inilah pertanyaan mereka: “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?” (Mt 21:23). Memang pertanyaan seperti ini sangat aneh karena mereka selalu melihat Yesus dan semua aktivitas-Nya. Mereka memiliki mata namun tidak melihat, memiliki telinga namun tidak mendengar.

Tuhan Yesus mendengar dan menyimak pertanyaan para iman dan tua-tua bangsa Yahudi. Tuhan Yesus juga tidak langsung menjawab pertanyaan mereka. Ia berkata: “Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari manusia?” (Mat 21:24-25). Pertanyaan Yesus ini menimbulkan kesulitan bagi mereka sehingga mereka memperbincangkannya: “Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi.” Lalu mereka menjawab Yesus: “Kami tidak tahu.” (Mat 21: 25-27). Maka reaksi Tuhan Yesus kepada mereka terungkap dalam perkataannya ini: “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.” (Mat 21:27).

Dari Bacaan Injil kita bisa melihat bayangan hidup kita sendiri. Dalam hidup bersama di dunia ini, ada saja rasa benci, iri hati dan keinginan yang muncul dalam diri kita supaya orang lain tidak perlu berkembang bahkan melebihi kita. Para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi adalah contoh pribadi-pribadi yang suka membandingkan dirinya dengan diri orang lain. Ketika kita masuk dalam kebiasaan membandingkan diri kita dengan sesama maka dampak negatifnya adalah kita selalu merasa ada yang kurang dalam hidup kita. Kalau kita bisa menerima diri maka semuanya baik-baik saja, tetapi kalau kita tidak menerima diri kita maka rasa benci dan iri hati akan menguasai diri kita.

Pada hari ini mata kita tertuju kepada Tuhan. Dia yang memiliki kuasa untuk menyelamatkan kita semua. Dia yang mengutus Yesus Kristus Putra-Nya untuk menata hidup kita yang penuh dosa dan salah dengan hidup baru, hidup kekal, hidup dalam diri Tuhan sendiri. Bintang-Nya akan terbit dan menyinari kegelapan hidup kita. Mari kita melihat bintang-Nya!

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply