Homili 19 Desember 2015

Hari Sabtu, 19 Desember 2015
Hak. 13:2-7,24-25a
Mzm. 71:3-4a,5-6ab,16-17
Luk. 1:5-25

Selalu bersyukur!

imageAda seorang sahabat, membagi pengalamannya dalam sebuah rekoleksi keluarga. Ia mengaku pernah mengalami sebuah pergumulan yang luar biasa setelah menikah. Ia bersama pasangannya merencanakan keturunan yang mereka dambakan. Mereka berdua juga berkonsultasi dengan dokter tentang rencana mereka. Hasil pemeriksaan dan konsultasi dengan dokter mengatakan bahwa mereka berdua sehat dan bisa memiliki keturunan. Namun untuk mewujudkan harapan mereka ternnyata membutuhkan waktu yang lama. Ia bersama pasangannya dibullying oleh pihak keluarga. Mulanya mereka tinggal bersama orang tua, tetapi mereka harus keluar dari rumah supaya bisa bebas dari bullying keluarga. Mereka berdua belajar untuk bertahan dalam penderitaan. Tuhan memperhatikan mereka, maka di tahun pernikahan mereka yang ke sepuluh, mereka mendapat keturunan, sepasang anak kembar yang sehat. Anak laki-laki diberi nama Jose dan anak perempua diberi nama Mery.

Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Ketika kita mengalami kesulitan atau pergumulan dalam hidup dan berani berpasrah kepada-Nya maka betapa luhurnya hidup ini. Dia Mahabaik dan tidak akan membiarkan kita merana dan menderita selamanya. Anak-anak Israel mengalami berkat Tuhan ketika mereka mengalami penindasan di Mesir, upaya menaklukan padang gurun dan tanah terjanji, pembuangan di Babel. Pengalaman yang keras ini bisa di atasi karena campur tangan dari Tuhan. Di samping pengalaman umum umat Israel, kita juga mengingat pengalaman pribadi orang tertentu yang mengajar kita, betapa besarnya campur tangan Tuhan dalam melepaskan beban atau aib dari manusia di dalam Kitab Suci. Kita menjadi sadar dan percaya bahwa kasih Tuhan itu tiada batasnya.

Pada hari ini kita berjumpa dengan dua keluarga yang akan membagikan pengalaman hidup, terutama suka dan duka mereka untuk mendapatkan keturunan yang mereka dambakan. Mereka adalah keluarga Simson dan Yohanes Pembaptis. Kedua keluarga ini menginspirasikan kita bahwa Allah yang kita imani adalah Allah yang berbelaskasih dan berlimpah kasih karunia-Nya bagi manusia. Ia senantiasa bekerja di dalam hidup kita namun kita belum sepenuhnya menyadari makna kehadiran-Nya sebagai Kasih yang sempurna.

Keluarga Simson dikisahkan dalam Kitab Hakim-Hakim. Di kota Zora hiduplah Manoah, seorang dari keturunan Dan. Istrinya (tanpa nama) mandul. Tentu saja ini sebuah aib bagi perempuan itu. Namun ia sediri percaya bahwa Tuhan akan memberi yang terbaik baginya. Pada suatu hari Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya, mengingatkan realitas hidupnya sebagai perempuan mandul. Ia tentu sudah menerima diri apa adanya. Malaikat membawa janji Tuhan bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Untuk mewujudkan janji Tuhan ini maka perempuan itu menjaga diri dengan tidak meminum anggur dan minuman lain yang memabukkan, tidak memakan makanan yang haram. Rambut anaknya tidak akan kena pisau cukur karena ia akan menjadi nazir Allah untuk menyelamatkan orang Israel dari kaum Filistin. Pengalaman ini diceritakan perempuan itu kepada suaminya dengan sukacita dan berjanji untuk mengikuti pesan Tuhan.

Hasilnya, janji Tuhan sungguh terlaksana. Ia mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamainya Simson. Nama Simson, dalam bahasa Ibrani: שִׁמְשׁוֹן – Symsyon, Yunani: Σαμψών – Sampson. Namanya dari akar kata Ibrani: שֶׁמֶשׁ – Syemesy atau Shemesh artinya ‘matahari kecil’. Nama ini membawa sebuah harapan akan kepahlawanannya, kekuatannya yg bagaikan matahari dan tenaganya yg ajaib (Hak. 5:31; Mzm. 19:5; 84:11). Simson menjadi besar dan Tuhan memberkatinya. Roh Tuhan menggerakan hatinya.

Keluarga Yohanes Pembaptis dikisahkan oleh penginjil Lukas. Ayahnya bernama Zakharias dan ibunya bernama Elizabeth. Mari kita memahami makna nama-nama yang bisa membuka pikiran kita untuk bersyukur kepada Tuhan. Nama Zakharias berarti: Allah sudah mengingatnya. Elizabeth berarti Allah sudah berjanji. Yohanes berarti Allah berbelas kasih. Gabriel berarti orang kuat dari Allah. Zakharias bertugas Pada zaman Herodes, raja Yudea. Zakarias berasal dari kalangan imam Abia, istrinya dari keturunan Harun. Pasangan Zakharias dan Elizabeth hidup jujur dan benar di hadapan Tuhan Allah. Mereka melakukan perintah-perintah Tuhan dengan baik.

Masalah mereka adalah, mereka tidak memiliki anak karena Elizabet mandul hingga usia senja. Ketika Zakharias mendapat tugas penyembahan di dalam Bait Allah dengan membakar ukupan, ia mendapat penampakan malaikat Gabriel. Malaikat mengingatkannya supaya jangan takut, istrinya akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, namanya Yohanes. Kelahirannya membawa sukacita besar, ia tidak akan minum anggur atau minuman keras, ia penuh dengan Roh Kudu sejak dalam kandungan ibunya. Ia akan mempertobatkan banyak orang, ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan menyiapkan suatu umat yang layak.

Zakharias diberikan sebuah tanda yaitu menjadi bisu. Ia tidak berbicara dan semua orang percaya bahwa Zakharias mengalami sebuah penglihatan. Elizabeth mengandung. Selama lima bulan ia menyembunyikan dirinya. Ia bersyukur dengan berkata: “Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku! Sekarang Ia berkenan menghapus aibku di depan orang.” (Luk 1:25).

Sabda Tuhan pada hari ini menguatkan kita untuk selalu berharap dan bersyukur kepada Tuhan. Melalui keluarga Manoah dan Zakharias kita belajar bagaimana membangun iman kita kepada Tuhan, berharap penuh pada penyelenggaraan ilahi-Nya dan selalu bersyukur. Harapan dan syukur selalu berjalan bersama, menopang iman dan kasih kita kepada Tuhan. Apakah kita sudah berani berpasrah kepada Tuhan? Apakah kita masih menaruh semua harapan kepada Tuhan? Apakah kita masih bersyukur kepada Tuhan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply