Homili 21 Desember 2015

Hari Senin, 21 Desember 2015
Kid. 2:8-14 atau Zef. 3:14-18
Mzm. 33:2-3,11-12,20-21
Luk. 1:39-45

Perjumpaan yang menggembirakan

imageSaya selalu merasa bahagia ketika mengikuti acara pertemuan keluarga di tanah rantau, seperti di Jakarta ini. Pertemuan keluarga itu selalu terjadi pada saat suka maupun duka. Misalnya ketika ada kelahiran anak, pernikahan, aneka syukur keluarga, sakit dan kematian. Pada kesempatan-kesempatan istimewa ini, setiap pribadi mengalami suatu perjumpaan yang menggembirakan dan meneguhkan. Kita bisa tertawa, berbahagia, menangis dan berduka bersama. Dampaknya adalah persekutuan pribadi-pribadi dipererat, suasana keakraban, keterbukaan bisa dirasakan oleh setiap pribadi. Memang sangat disayangkan kalau ada anggota keluarga yang tidak hadir tanpa alasan yang jelas. Mungkin saja mereka menjadi bahan pembicaraan juga di antara keluarga yang hadir dalam pertemuan itu. Pertemuan keluarga itu sifatnya meneguhkan dan mempersatukan pribadi-pribadi manusia.

Suasana manusiawi dan relasi kekeluargaan ini juga dirasakan oleh Bunda Maria dan Santo Yusuf. Penginjil Lukas mengisahkan bahwa ketika Maria menerima kabar sukacita, malaikat Gabriel mengatakan bahwa Elizabeth saudara Maria yang disebut mandul, sedang mengalami kebaikan dan kasih Allah. Ia sedang memasuki bulan yang keenam kehamilannya. Maka beberapa waktu setelah kedatangan Malaikat Gabriel, Bunda Maria bergegas ke pegunungan menuju ke kota Ain Karem, tempat tinggal Elizabeth dan Zakharias. Perjalanan di tempuh sekitar 145 km dari Nazareth. Tujuan kedatangan Maria adalah untuk melayani Elizabeth yang sedang hamil di usia senja.

Setelah tiba di Ain Karem, Maria masuk ke dalam rumah Zakharias dan Elizabeth sambil berseru “Shalom”. Dikisahkan bahwa Elizabeth yang berada di dalam rumah mendengar ucapan shalom dari Maria. Ia merasakan sebuah pengalaman perjumpaan yang luar biasa. Pengalaman yang luar biasa dalam diri Elizabeth adalah: pertama, ia merasa bahwa bayi dalam kandungannya bersukacita, melonjak kegirangan. Kedua, ia merasakan pengalaman akan Allah, yakni dirinya penuh dengan Roh Kudus. Pengalaman rohani yang indah di dalam diri Elizabeth membuatnya bersukacita dan mengakui kehadiran Yesus dalam diri Bunda Maria. Ia bahkan berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai ke telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Sungguh, berbahagialah dia yang telah percaya, sebab firman Tuhan yang dikatakan kepadanya akan terlaksana.” (Luk 1:42-45).

Apa yang mau dikatakan Injil kepada kita? Pertama, perjumpaan yang ilahi dan manusia selalu menghasilkan sukacita dan mengubah totalitas hidup manusia. Dalam kisah injil ini, terjadi perjumpaan empat pribadi, dua orang ibu yang diberkati Tuhan dan dua orang bayi laki-laki yang akan menyiapkan jalan dan menebus. Kedua, perjumpaan untuk saling menyempurnakan. Maria yang diberkati Tuhan, mengandung dari Roh Kudus, berjumpa dengan Elizabeth maka ia juga penuh dengan Roh Kudus. Ketiga, Maria mendapat gelar istimewa yakni berbahagia karena imannya sehingga Sabda Tuhan akan digenapinya. Keempat, peristiwa ini menunjukkan bahwa Tuhan datang untuk melayani manusia. Bunda Maria yang sedang mengandung Yesus, melayani Elizabeth sanaknya sampai ia melahirkan Yohanes Pembaptis anaknya. Secara tidak langsung,Tuhan Yesus melayani manusia sehingga ada sukacita dan penebusan berlimpah.

Perjumpaan penuh sukacita sebenarnya sudah diwartakan juga di dalam Kitab Perjanjian Lama. Relasi Allah dan manusia dipandang sebagai relasih kasih yang tiada berkesudahan. Dalam kitab Kidung Agung misalnya dikatakan: “Lihatlah, kekasihku datang, melompat-lompat diperbukitan.” Secara geografis, Yerusalem berada di atas pegunungan maka wajarlah kalau nubuat-nubuat itu selalu mengarahkan mata jasmani dan rohani ke gunung, tempat yang lebih tinggi. Di tempat yang tinggi itu, Tuhan sang kekasih sejati berjalan dan meloncat kegirangan untuk berjumpa dengan umat-Nya.

Apa yang dilakukan Tuhan? Ia mengununjungi umat-Nya dengan membawa sukacita. Ia berdiri di balik dinding, menengok-nengok melalui tingkap-tingkap, dan melihat dari kisi-kisi. Ia dengan mesra membangunkan kekasih-Nya, membuka matanya untuk melihat sebuah tatanan dunia yang baru yakni, musim dingin sudah lewat, hujan telah berhenti, ladang dihiasi bunga-bunga, musim memangkas ranting supaya menghasilkan buah-buah anggur, ada bunyi burung-burung tekukur. Pohon-pohon ara mulai berbuah, bunga pohon anggur semerbak harumnya. Ini adalah sebuah gambaran keselamatan, sebuah saat mesianis. Ini juga merupakan gambaran Firdaus baru yang akan dialami oleh Tuhan.

Gambaran Allah sebagai kasih juga kita temukan dalam nubuat Zefanya. Dalam nubuat itu dikatakan bahwa putri Sion bersorak bersorak-sorai dan Israel bergembira. Tuhan berkehendak untuk menyingkirkan hukuman yang sudah dijatuhkan atasnya, musuh-musuhnsudah dikalahkan. Tuhan adalah raja Israel yang berada di tengah-tengah mereka. Untuk itu mereka jangan takut kepada malapetaka apa pun. Hal yang menakjubkan adalah Tuhan Allah bergembira karena manusia ciptaan-Nya.

Sabda Tuhan pada hari ini memfokuskan perhatian kita pada figur Yesus Kristus yang sedang kita nantikan kedatangan-Nya. Ia datang membawa sukacita dan keselamatan kekal kepada kita. Untuk itu kita diharapkan untuk terbuka kepada-Nya, siap menerima penebusan-Nya yang berlimpah. Dampak dari penebusan yang berlimpah adalah sukacita abadi.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply