Homili 22 Januari 2016

Hari Jumat, Pekan Biasa II
1Sam. 24:3-21
Mzm. 57:2,3-4,6,11
Mrk. 3:13-19

Perbuatan baik mengubah hidup sesama

imagePada pagi hari ini saya mendapat sebuah pesan singkat dari seorang sahabat. Bunyinya: “Perbuatan baik itu seperti bumerang”. Saya tidak sempat menanyakan lebih lanjut maksud dari pesan yang dituliskannya kepadaku. Saya hanya mengingat bahwa beberapa tahun yang lalu ia pernah menolongku, ketika saya berada dalam kesulitan. Dan saya mengingat bahwa pada awal tahun ini, ia sendiri mengalami kesulitan dan meminta saya untuk mendoakannya. Saya mencoba mengerti maksudnya dan menulis kepadanya: “Tuhan adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia” (Mzm 103:8). Saya yakin bahwa segala kebaikan yang kita lakukan akan kembali kepada kita juga sehingga kita tidak perlu berhenti berbuat baik.

Kisah Daud dan Saul dalam bacaan liturgi harian masih berlanjut. Relasi Saul dan Daud tegang karena Saul lebih banyak percaya kepada perkataan orang dari pada mendengar langsung dari Daud. Dikisahkan bahwa ketika itu Daud bersama orang-orangnya sedang bersembunyi di dalam sebuah gua. Saul pun masuk ke dalam gua itu untuk membuang hajat. Tentu ini menjadi kesempatan emas bagi Daud untuk melakukan apa saja kepada Saul sesuai keinginannya. Para pengikut Daud saja berkata: “Telah tiba hari yang dikatakan Tuhan kepadamu: Sesungguhnya, Aku menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, maka perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik.” (1Sam 24: 4). Daud  berdiri dan memotong punca jubah Saul dengan diam-diam tanpa disadari Saul. Namun Daud sendiri masih memiliki hati nurani yang jernih sehingga ia merasa bersalah karena telah melakukan hal yang tidak elok itu kepada Saul rajanya. Hatinya berdebar-debar karena perbuatannya itu sehingga ia berkata: “Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi Tuhan, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi Tuhan.” (1Sam 24:6). Daud bahkan melarang orang-orangnya untuk tidak melakukan kejahatan terhadap Saul.

Ketika Saul sudah berada di luar gua, Daud pun keluar bersama orang-orangnya. Daud memegang potongan jubah Saul yang dipotongnya. Ia berlutut dengan mukanya ke tanah dan menyembah, sambil berseru: “Tuanku, raja!”. Daud menegur Saul yang telah percaya kepada perkataan orang bahwa ia mau mencelakakannya. Bagi Daud, Tuhan akan menjadi hakim di antara mereka berdua. Kalau saja ia mau berbuat jahat kepada Saul maka tentu ia sudah melakukannya di dalam gua. Buktinya sudah ada potongan jubah Saul ditangannya. Mendengar perkataan Daud yang tulus ini maka Saul pun menangis.

Apa reaksi Saul setelah peristiwa ini? Ia sadar diri dan berkata: “Engkau lebih benar dari pada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik kepadaku, padahal aku melakukan yang jahat kepadamu.Telah kautunjukkan pada hari ini, betapa engkau telah melakukan yang baik kepadaku: walaupun Tuhan telah menyerahkan aku ke dalam tanganmu, engkau tidak membunuh aku. Apabila seseorang mendapat musuhnya, masakan dilepaskannya dia berjalan dengan selamat? Tuhan kiranya membalaskan kepadamu kebaikan ganti apa yang kaulakukan kepadaku pada hari ini. Oleh karena itu, sesungguhnya aku tahu, bahwa engkau pasti menjadi raja dan jabatan raja Israel akan tetap kokoh dalam tanganmu. Oleh sebab itu, bersumpahlah kepadaku demi Tuhan, bahwa engkau tidak akan melenyapkan keturunanku dan tidak akan menghapuskan namaku dari kaum keluargaku.” (1Sam 24:17-21).

Kisah hidup Saul dan Daud merupakan kisah hidup kita semua. Di dalam keluarga, lembaga dan masyarakat sosial sering terjadi hal-hal tertentu yang membuat relasi yang baik berubah total menjadi tidak baik. Ada permusuhan sehingga kawan berubah menjadi lawan. Ketika orang tidak mampu membangun komunikasi satu sama lain dengan baik maka mudah sekali terjadi perselisihan di antara mereka. Hanya orang yang sadar akan kasih Tuhan akan tetap berbuat baik kepada sesamanya apa pun situasinya. Saul dalam kisah ini, lebih mudah percaya kepada perkataan orang lain dari pada bertanya langsung kepada Daud. Andai Saul bisa bertanya kepada Daud maka kisahnya akan berubah, tidak setegang ini. Demikian juga, kalau saja Daud bersikap jahat maka ia pasti membunuh Saul. Perbuatan baik Daud mengubah seluruh hidup Saul.

Banyak keluarga dan komunitas biara yang hancur karena komunikasi yang tidak pas. Orang merasa lebih nyaman mendengar “katanya” atau “kata orang” dari pada mendengar langsung dari sumbernya. Akibatnya, ketika orang tidak mampu mengolah komunikasinya dengan baik maka pertikaian pun bisa muncul dan menghancurkan relasi kekeluargaan dan persahabatan. Lalu apa yang harus kita lakukan? Kita tentu membutuhkan Tuhan untuk memampukan kita supaya bisa berkomunikasi lebih baik lagi dengan sesama dan saudara-saudari di sekitar kita. Kita juga menggunakan telinga kita supaya lebih banyak mendengar, menyimak lebih baik lagi sebelum bertindak.

Dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus naik ke atas bukit dan memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya. Mereka mendengar dengan baik dan datang kepada-Nya. Ia bersama-sama dengan mereka, dan mengutus mereka untuk mewartakan Injil dan berkuasa untuk mengusir setan-setan. Inilah nama-nama mereka: Simon Petrus, Yakobus dan Yohanes, Andreas, Filipus, Bartolomeus, Matius, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang Selot dan Yudas Iskariot. Hal yang menarik perhatian kita dari nama-nama mereka ini adalah orang-orang biasa, para nelayan, pemungut cukai, geriliawan bawah tanah dan pengkhianat. Tuhan memilih mereka sebagai mitra kerja-Nya untuk berbuat baik bukan untuk berbuat jahat. Perbuatan baik mereka adalah mewartakan Injil dan menyembuhkan orang sakit serta mengusir setan-setan.

Tuhan juga memilih dan menetapkan anda dan saya untuk berbuat baik. Tugas kita saat ini sebagai Gereja adalah mewartakan Injil sebagai Kabar sukacita bagi semua orang. Dia juga menguatkan kita untuk melakukan pekerjaan-Nya yaitu menyembuhkan orang sakit dan menghalau kejahatan di atas dunia ini. Mari kita mendengar-Nya dan melakukan semua pekerjaan-Nya di dalam hidup kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply