Homili Yesus dipersembahkan di Bait Allah – 2016

Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah
Mal. 3:1-4
Mzm. 24:7,8,9,10
Ibr. 2:14-18;
Luk. 2:22-40

Sebab mataku sudah melihat keselamatan

imageSaudari dan saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Empat puluh hari yang lalu kita merayakan Hari Raya Natal. Bayangan kita adalah pada sosok keluarga kudus dari Nazaret yakni Yesus, Maria dan Yusuf. Ketiga-tiganya menjadi cerminan bagi setiap keluarga Kristiani di seluruh dunia dan juga bagi setiap orang yang membaktikan dirinya bagi Tuhan Allah dan Kerajaan-Nya dalam hidup bakti (vita consecrata). Bolehlah dikatakan bahwa keluarga kudus di Nazaret adalah cermin bagi setiap keluarga kristiani. Keluarga-keluarga kristiani bisa belajar dari Maria dan Yusuf yang memiliki tugas dan tanggung jawab bagi Yesus yakni mempersembahkan Yesus kepada Tuhan, mengikuti adat istiadat Yahudi dengan persembahan tertentu kepada Tuhan. Keluarga-keluarga dalam hal ini para orang tua mempersembahkan anak-anak mereka kepada tuhan. Keluarga kudus menjadi cermin bagi para anggota hidup bakti (vita consecrata) karena mempersembahkan Yesus secara utuh kepada Tuhan di dalam bait suci. Para imam, biarawan dan biarawati mempersembahkan dirinya kepada Tuhan dengan utuh sebagai orang yang taat, miskin dan murni. Semua ini bisa berjalan dengan baik karena bimbingan Roh Kudus.

Dalam bacaan Injil hari ini, dikisahkan bahwa Maria dan Yusuf mengikuti hukum Taurat. Mereka membawa bayi Yesus ke Yerusalem untuk mempersembahkan-Nya kepada Tuhan. Tujuannya adalah supaya Yesus dikuduskan bagi Allah. Mungkin ada yang berkata Yesus itu Tuhan, Dia Putra Allah, mengapa harus dikuduskan lagi? Yesus itu memang sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Sebagai manusia, Ia dikandung oleh Maria dan dilahirkan sebagai seorang bayi di Bethlehem. Yesus nantinya juga tetap bertumbuh dalam keluarga, bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya. Yesus sungguh-sungguh Allah karena Dia Putra Allah Bapa di Surga. Ia sungguh-sungguh bersolidaritas dengan kita sehingga rela menjadi manusia dan siap memberi diri-Nya untuk keselamatan kita semua.

Kedatangan Yesus dinantikan oleh banyak orang. Simeon dan Hana adalah dua pribadi yang menanti kedatangan Tuhan hingga usia senja. Mereka punya komitmen untuk menanti dengan sukacita. Simeon dipenuhi oleh Roh Kudus, menanti kedatangan Yesus di dalam bait Allah. Ketika ia berjumpa dengan Yesus, sebagai Terang sejati, ia menerima-Nya, mengangkat-Nya seraya berkata: “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” (Luk 2:29-32). Perkataan Simeon ini memang membingungkan Maria dan Yusuf. Mereka belum mengerti apa yang akan terjadi dengan Yesus di masa depan.

Simeon yang penuh Roh Kudus ini memberkati keluarga kudus sambil berkata kepada Bunda Maria: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” (Luk 2:34-35). Ini adalah kata-kata yang tidak hanya membawa sukacita bagi Maria tetapi juga duka cita baginya. Maria menyimpan segala perkara di dalam hatinya.

Di samping Simeon, Hanna juga mendapat panggilan istimewa untuk menanti kedatangan Tuhan.Ia datang ke Bait Allah untuk bersyukur kepada Tuhan Allah dan berbicara tentang bayi Yesus kepada semua orang yang menanti kelepasan bagi Yerusalem. Simeon dan Hanna adalah kedua pribadi yang hingga usia senja juga mempersembahkan diri mereka untuk melayani Tuhan. Mereka tidak mengeluh ketika melayani di dalam Bait Suci.

Maleakhi dalam bacaan pertama membantu kita untuk memusatkan perhatian kita pada Tuhan. Dia adalah Tuhan Allah yang kita cari dan Ia masuk ke dalam Bait-Nya yang suci. Di sanalah Ia bersemayam. Ia juga menghendaki agar kita semua membuka diri untuk siap dimurnikan supaya layak tinggal bersama-Nya di dalam Bait Suci. Sungguh Tuhan kita adalah Raja semesta alam (Mzm 24:10b). Kita memandang Tuhan Yesus. Ia adalah Anak Allah. Ia dipersembahkan kepada Tuhan, dikuduskan sesuai hukum Taurat di dalam Bait Allah. Dia adalah Allah yang menghendaki kita untuk bersatu dengan-Nya di dalam Bait-Nya yang suci.

Tuhan Yesus sungguh-sungguh manusia. Dalam surat kepada jemaat Ibrani dikatakan bahwa dalam segala hal Yesus Kristus harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya. Orang-orang yang dipercayakan Allah kepada Yesus adalah anak-anak dari darah dan daging. Yesus sama dengan manusia kecuali dalam hal dosa. Ia menderita, sengsara untuk menebus umat manusia.

Pada hari ini kita kita diundang untuk membuka mata dan melihat keselamatan dalam diri Yesus Kristus, yang sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Kita belajar dari keluarga kudus yang mempersembahkan bayi Yesus kepada Tuhan Allah di bait Suci Yerusalem. Kita mendoakan keluarga-keluarga supaya mempersembahkan anak-anak kepada Tuhan. Belajar menderita seperti Maria. Ia memiliki duka tertentu karena mengasihi Yesus Putranya.

Bagi para imam, biarawan dan biarawati, hari ini merupakan hari istimewa untuk mengenang dan mendoakan panggilan hidup bakti yang sedang dihayati. Kita belajar dari Maria dan Yusuf yang mempersembahkan Yesus Putranya kepada Tuhan. Kita belajar dari Simeon dan Hanna yang membaktikan dirinya siang dan malam di dalam bait Suci. Ini contoh orang yang memiliki komitmen penuh dalam pelayanan. Apakah kita sungguh-sungguh mempersembahkan diri untuk melayani Tuhan dan sesama. Mari membuka mata rohani dan jasmani untuk melihat keselamatan yang datang dari Allah kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply