Homili 11 Februari 2016

Hari Kamis sesudah Rabu Abu
Ul. 30:15-20
Mzm. 1:1-2,3,4,6
Luk. 9:22-25

Siap Menderita bersama Kristus

imagePada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan peringatan Bunda Maria di Lourdes dan mendedikasikannya sebagai Hari doa untuk Orang Sakit Sedunia. Paus Fransiskus memberikan tema perayaannya yakni Mempercayakan diri kepada Yesus yang berbelas kasih seperti Maria: “Lakukanlah apa pun yang Dia katakan padamu” (Yoh 2:5). Tema ini berkaitan dengan mukjizat Yesus yang pertama di Kana yang di Galilea, dimana Ia menunjukkan kemuliaan-Nya di depan para murid-Nya. Mukjizat pertama Yesus adalah mengubah air menjadi anggur atas permintaan Bunda Maria. Menurut Bapa Suci, perayaan hari orang sakit sedunia ini berhubungan erat dengan semangat tahun Yubileum Kerahiman Allah. Perayaan tahun ini dipusatkan di Nazaret, tempat di mana sang Sabda menjadi daging dan tinggal di antara manusia (Yoh 1:14). Dari Nazaret ini, Yesus akan keluar dan menghadirkan Kerajaan Allah dalam semangat nabi Yesaya dalam Injil Lukas (Luk 4:18-19).

Satu hal yang diangkat oleh Paus Fransiskus dalam pesannya ini adalah krisis yang dialami oleh semua orang yang sedang menderita sakit, baik mereka yang sakit ringan hingga yang sakit berat. Pertanyaan yang selalu muncul dalam diri mereka adalah mengapa sakit penyakit itu harus dialami oleh setiap pribadi? Pertanyaan ini turut membuat orang menjadi putus asa, berpikir bahwa semuanya telah hilang, semua hal di dalam hidup ini tidak memiliki makna lagi. Perasaan bersungut-sungut karena penderitaan ini ada dan nyata dalam diri orang-orang yang menderita sakit. Namun demikian Paus mengatakan bahwa kuncinya adalah iman kita kepada Tuhan. Di satu sisi, semua sakit penyakit adalah ujian iman kita, di sisi lain iman itu membantu para penderita untuk lebih dekat lagi dengan Tuhan Yesus yang selalu menyertai kita semua. Bunda Maria memberi inspirasi kepada kita untuk melakukan apa yang Tuhan Yesus kehendaki di dalam hidup kita. Mukjizat itu nyata!

Paus Fransiskus mengatakan bahwa perayaan hari orang sakit sedunia ini membuka ruang bagi kita untuk mendekatkan diri kepada orang-orang yang menderita berbagai sakit dan penyakit. Tugas kita adalah menjadi tanda dan pembawa kerahiman Allah kepada mereka. Semangat tahun kerahiman Allah adalah bahwa ada transformasi di dalam hati kita. Artinya kita membuka diri kita untuk merasakan kerahiman Allah dan pada gilirannya kita juga membawa kerahiman Allah kepada sesama yang lain, yakni tentu saja kepada mereka yang sakit, miskin dan terbelenggu oleh berbagai penindasan duniawi.

Pesan Paus Fransiskus bahwa setiap sakit penyakit yang kita alami merupakan ujian ketahanan iman dan dapat mendekatkan kita pada pribadi Kristus kiranya sejalan dengan pesan Yesus dalam Injil hari ini. Kita semua barusan memulai masa pra paskah dengan menerima abu kemarin, masa khusus bagi kita untuk merenungkan lebih dalam lagi makna penderitaan Kristus bagi kita semua. Tuhan Yesus menyampaikan berita tentang penderitaan-Nya dan bagaimana kita sebagai murid-murid-Nya bersikap terhadap penderitaan.

Tuhan Yesus dengan terbuka mengatakan kepada para murid-Nya tentang segala penderitaan yang akan dialami-Nya di Yerusalem, seperti ini: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” (Luk 9:22). Yesus tidak hanya berbicara tentang penderitaan kepada manusia tetapi Dia sendiri menunjukkan-Nya dengan menderita bagi manusia. Ia merasakan penderitaan yang sekarang masih dialami oleh setiap pengikut-Nya seperti adanya penolakan oleh orang-orang dekat bahkan dibunuh dan bangkit pada hari ketiga. Yesus juga masih menderita, ditolak dan dibunuh saat ini di dalam diri orang-orang sakit yang ditolak di rumah sakit tertentu karena miskin, tidak memiliki kartu BPJS, atau sebagai tetangga kita tidak membuka diri untuk membantu tetangga yang sedang sakit keras.

Tuhan Yesus meminta dari kita semua yang mengikuti-Nya untuk menjadi serupa dengan diri-Nya. Kita sedapat mungkin menghilangkan segala keluhan, segala sakit penyakit, penderitaan dan kemalangan yang sedang kita alami saat ini. Ia berkata: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?” (Luk 9:23-25).

Syarat-yarat yang diberikan Yesus untuk mengikuti-Nya dari dekat adalah menyangkal diri dan memikul salib. Menyangkal diri berarti kita mau menempatkan kebenaran dan kehendak Allah lebih tinggi daripada kehendak pribadi. Kehendak Allah adalah harga mati bagi kita. Memikul salib berarti kesiapan hati kita untuk menderita supaya orang lain menjadi bahagia. Yesus tidak bersalah, Ia memikul Salib supaya kita memperoleh keselamatan. Kedua syarat ini tidaklah mudah, namun kalau kita bisa melakukannya dnegan baik maka kerahiman Tuhan akan sungguh-sungguh menaungi kita semua. Tentu yang kita inginkan adalah keselamatan bukan kehilangan nyawa.

Lalu apa yang harus kita lakukan di dalam hidup kita? Musa dalam bacaan pertama memberikan kiat yang bisa membantu kita untuk mengalami dan bertumbuh dalam kasih Tuhan. Kiat yang dimaksudkan adalah mengasihi Tuhan dengan tulus hati. Pada waktu itu Musa menghadapkan kepada umat Israel pilihan-pilihan di dalam hidup: kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan (Ul 30:15). Pilihan-pilihan hidup ini membantu manusia untuk semakin mengasihi Tuhan Allah dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, berpegang pada segala perintah, ketetapan dan peraturan-Nya. Apabila manusia bisa melakukannya di dalam hidupnya maka ada hujan berkat baginya. Namun kalau manusia tidak mengikuti kehendak Tuhan Allah, ikut menyembah berhala maka yang ada padanya adalah kebinasaan. Tentu saja kita akan memilih mengasihi Allah sehingga mendapat berkat dari Tuhan.

Sabda Tuhan pada hari ini sangat menguatkan kita semua. Pengikut Kristus harus berusaha untuk menjadi serupa dengan Yesus dalam segala hal. Menjadi serupa dengan Yesus berarti siap untuk menyangkal diri dan memikul salib. Ini adalah tanda kasih kita kepada Tuhan selama-lamanya. Apakah anda siap untuk menderita bersama Kristus?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply