Homili 16 Februari 2016

Hari Selasa, Pekan Prapaskah I
Yes. 55:10-11
Mzm. 34:4-5,6-7,16-17,18-19
Mat. 6:7-15

Kuasa Sabda Tuhan

imageAda seorang ayah yang selalu memberikan wejangan kepada kedua anaknya di rumah. Pada suatu hari anak bungsunya bertanya kepada ayahnya alasan mengapa ayahnya suka memberikan wejangan-wejangan kepadanya dan kakaknya. Ayah itu mengatakan kepadanya bahwa selagi ia masih hidup, nasihat dan wejangan tidak akan berhenti begitu saja dari mulutnya. Wejangan-wejangannya mungkin belum berguna saat itu, tetapi akan ada saatnya yang tepat di mana wejangan-wejangannya itu berguna dalam hidup pribadi mereka sebagai anak. Anak bungsu itu mengangguk dan percaya pada kekuatan wejangan ayahnya. Lama setelah ayahnya meninggal dunia, kedua bersaudara itu baru sadar diri bahwa segala sesuatu yang pernah disampaikan ayahnya sangat berguna bagi mereka. Misalnya tentang semangat doa, membaca Kitab Suci, kehidupan devosional, spiritualitas kerja dan bersikap sopan santun terhadap sesama. Dalam pengalaman praktis, bagi mereka berdua, semuanya ini bukan hal yang baru karena sudah berkali-kali mereka mendengar langsung dari ayahnya. Wejangan yang keluar dari mulut ayah mereka memiliki kekuatan yang besar dan mengubah hidup mereka.

Kita semua percaya bahwa Tuhan Allah memiliki kuasa yang besar dalam Sabda-Nya. Misalnya, ketika Ia mengusir manusia pertama dari taman Eden karena mereka jatuh dalam dosa, Ia berkata kepada perempuan (Hawa): “Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu” (Kej 3:16). Perkataan Tuhan ini kepada Hawa memiliki daya atau kuasa dan merupakan sebuah kebenaran hingga saat ini. Perintah-Nya memiliki kekuatan besar dan bisa mengubah hidup manusia. Para murid merasakan kuasa Sabda Yesus ketika perahu yang mereka tumpangi mengalami angin sakal. Tuhan Yesus menghardik angin dan angin pun menjadi redah (Mrk 4:39).

Tuhan Allah menunjukkan kuasa Sabda-Nya melalui nabi Yesaya. Setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah memiliki kekuatan yang besar dan bisa mengubah seluruh hidup manusia. Tuhan berkata: “Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” (Yes 55:10-11).

Perkataan Tuhan ini merupakan sebuah kebenaran. Sabda Tuhan diwartakan oleh para nabi dan setiap orang diharapkan untuk mendengar Sabda. Sabda yang didengar itu memiliki daya untuk membantu manusia merasakan Allah dalam hidupnya, menjadikan manusia sebagai saudara karena mendengar sabda yang satu dan sama, menjadikan manusia sebagai rasul bagi Sabda kepada semua orang. Sabda Tidak hanya didengar saja tetapi setiap orang juga dipanggil untuk menjadi pelaku Sabda di dalam hidupnya.

St. Yakobus dalam suratnya mengingatkan kita semua sebagai pengikut Kristus supaya aktif sebagai pelaku Firman dan bukan hanya sebagai pendengar saja, sebab jika tidak demikian maka kita menipu diri sendiri. Sebab menurut Yakobus, jika seorang hanya mendengar Firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya (Yak 1:22-24). Maka sungguh, berbahagialah orang yang mendengar sabda Tuhan dann tekun melaksanakannya.

Sabda Tuhan memiliki daya mengubah hidup manusia juga didukung oleh doa. Dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus mengajar doa Bapa Kami kepada para murid-Nya di atas bukit. Doa ini diajarkan oleh Tuhan Yesus sehingga disebut Oratio Dominica atau Doa Tuhan. Seorang Bapa Gereja bernama Tertullianus mengatakan bahwa Doa Bapa kami merupakan ringkasan seluruh Injil. St. Thomas Aquinas mengatakan bahwa Doa Bapa kami adalah doa yang paling sempurna. Doa ini terdapat ditengah-tengah Khotbah Yesus di bukit (Mat 5-7) dan melukiskan inti seluruh Injil dalam bentuk doa.

Doa Bapa kami ini memiliki tujuh intensi pokok yaitu, dimuliakanlah Nama-Mu; Datanglah Kerajaan-Mu; jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam Surga; Berilah kami rezeki pada hari ini; Ampunilah kesalahan kami; seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami; Janganlah masukan kami ke dalam pencobaan; tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat. Maka sadar atau tidak sadar, setiap kali mendoakan doa Bapa kami, kita menyampaikan tujuh intensi ini kepada Bapa di surga.

Doa itu bisa mengubah segala sesuatu. Ketika kita berdoa, Tuhan bisa mengubah hati kita menjadi hati pendamai dan pengampun. Pada bagian terakhir dari Injil hari ini Tuhan Yesus berkata: “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” (Mat 6:14-15). Orang yang bisa mendengar sabda Tuhan dan melakukannya dengan tekun akan terus menerus mengarahkan hati dan pikirannya kepada Tuhan dalam doa. Dengan demikian ia juga bisa mampu mengampuni dirinya dan mengampuni sesamanya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply