Homili 18 Februari 2016

Hari Kamis, Pekan Prapaskah I
Tamb.Est. 3:10a,10c-12,17-19
Mzm. 138:1-2a,2bc-3,7c-8
Mat. 7:7-12

Belajar dari Bapa yang murah hati

imageAda seorang pemuda yang mengaku bahwa idolanya adalah ayahnya sendiri. Ia merasa bahwa di dalam diri ayahnya, ada kasih sayang dan perlindungan yang sangat berarti sejak ia masih kecil hingga dewasa. Ia berdoa dan beraharap agar sifat dan kebaikan ayahnya itu bisa menjadi bagian penting dalam kehidupan pribadinya. Pengalaman pemuda ini adalah pengalaman banyak orang, mungkin juga pengalaman pribadi anda dan saya. Bahwasannya figur seorang ayah itu sangat penting dalam pengembangan diri anak-anak. Dari ayah anak-anak bisa belajar semangat kerjanya, figurnya sebagai pelindung, figur orang tua yang baik dan lain sebagainya. Aspek maskulinitasnya  sangat berguna dalam membentuk kepribadian anak-anaknya. Kehilangan aspek maskulinitas dari diri ayah dalam keluarga akan berpengaruh besar dalam diri anak-anak khususnya anak laki-laki.

Tuhan Allah memberi kesempatan kepada kita selama masa prapaskah untuk melakukan permenungan tertentu sebagai jalan untuk merasakan kerahiman Allah yang bersumber pada Sabda Tuhan. Paus Fransiskus, dalam Misericordiae Vultus mengatakan bahwa selama masa Prapaskah ini kita perlu membuka diri kepada Tuhan untuk membaca dan merenungkan Sabda-Nya. Sabda Tuhan dalam masa prapaskah memberikan gambaran yang jelas wajah seorang Allah, Bapa yang penuh kerahiman. Ia panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. Allah seperti inilah yang selalu disapa dalam doa-doa, dan Ia selalu membuka tangan-Nya untuk menerima anak-anak-Nya apa adanya.

Tuhan Yesus dalam Injil Matius, menghadirkan figur Allah yang kita imani sebagai Allah Bapa yang mahabaik dan selalu murah hati terhadap harapan dan permohonan anak-anak-Nya. Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah menghadirkan wajah Allah sebagai Bapa-Nya yang mahabaik, murah hati dan selalu memberi segala sesuatu yang kita butuhkan dalam hidup ini. Dalam kotbah di bukit, Tuhan Yesus menghadirkan sosok Allah sebagai Bapa yang murah hati. Tuhan Yesus berkata: “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” (Mat 7:7-8). Di sini, Tuhan Yesus sedang memberikan dorongan kepada kita untuk tekun berdoa. Doa yang disampaikan dengan penuh iman dan ketekunan.

Lalu apa dampak dari doa yang penuh iman dan ketekunan? Tuhan Yesus mengingatkan bahwa relasi antara Tuhan dan manusia itu mirip dengan relasi seorang ayah dan anaknya. Misalnya, ada seorang anak yang meminta sesuatu kepada ayahnya dengan penuh keyakinan maka ia akan memperolehnya. Apalagi kalau kita meminta kepada Tuhan Allah, Bapa di dalam surga. Yesus mengatakan bahwa Bapa yang mahabaik dan murah hati itu akan memberi apa yang kita minta kepada-Nya.

Pada hari ini kita bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena Ia memperkenalkan Bapa yang murah hati kepada kita, supaya kita juga bermurah hati kepada sesama yang lain. Mari kita mulai bermurah hati dengan diri dan dengan demikian bisa bermurah hati dengan sesama. Untuk bisa bermurah hati seperti Tuhan sendiri, kita perlu banyak berdoa dan berkorban. Berdoa dan berkoban membantu kita untuk bertumbuh menjadi orang yang baik. Tuhan Yesus menunjukkan kepada kita teladan dalam doa dan berkorban. Masa prapaskah menjadi kesempatan indah bagi kita untuk bermurah hatim beramal, berdoa dan berkurban sebagai bagian dari puasa kita.

Dalam bacaan pertama kita menemukan Ratu Ester sebagai model pendoa bagi kita. Dalam bahaya maut yang datang menyerangnya, ratu Ester mencari perlindungan pada Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhan adalah raja dan esa. Dialah penolong yang setia dan tiada yang lain karena sebagai Tuhan, Ia dekat dengan umat-Nya. Ester juga bersyukur kepada Tuhan karena mengenal Tuhan sejak masa kecil melalui ayahnya. Dalam hal ini, ayahnya menceritakan kasih dan kemurahan Tuhan Allah kepadanya. Semua karya besar dari Tuhan Allah sudah terlaksana dalam diri umat-Nya. Tuhan adalah satu-satunya penolong yang benar bagi manusia.

Satu hal yang kita belajar dari Ester adalah iman dan kepercayaan Ester kepada Tuhan tidak berubah. Ia mendapat warisan iman yang sangat berharga dari keluarganya. Ia sedang mengalami kesulitan dan percaya bahwa pertolongan Tuhan akan datang tepat pada waktunya. Kita juga mengalami banyak kesulitan dan tantangan, aneka pergumulan datang silih berganti. Kita perlu menempatkan diri kita sebagai anak Tuhan yang percaya kepada Tuhan yang selalu menolong kita. Kita berdoa bersama Daud yang berkata kepada Tuhan: “Pada hari aku berseru, Engkau menjawab aku, ya Tuhan” (Mzm 138:3a).

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply